22. Kepergian

62.4K 1.3K 0
                                    

Cahaya matahari mulai memancarkan sinarnya. Anin terbangun dengan sesekali mengerjapkan mata.

Bisa dilihat mata Anin sembab, dan ini semua gara gara Erlan! Laki-laki itu menggempurnya selama sepuluh jam tanpa ampun. Meskipun ia sudah memohon mohon agar berhenti tapi Erlan tetap saja melancarkan aksinya seperti orang kesetanan. Memang gila!

Saat hendak bangun Anin merasakan sesuatu yang amat sakit. "Awsshh...." ringis Anin sampai menggigit bibirnya.

Cklek

Pintu kamar terbuka, terpampang jelas Erlan berjalan ke arahnya sambil membawa nampan berisi makanan dan menaruhnya di atas nakas. "Gimana tidurnya? Nyenyak hm?"

"Mana aja nyenyak! Jam lima subuh aja baru tidur!" protes Anin terdengar marah.

Erlan terkekeh. "Sakit gak?"

Pipi Anin bersemu merah. "Y-ya lo pikir aja sendiri! Awssh..."

"Kayaknya beneran sesakit itu ya?" tanyanya ikutan meringis.

"Tu ah males! Awas! Gue mau ke kamar mandi." ketus Anin.

"Yakin nih bisa jalan?" goda Erlan.

"B-bisa lah!" jawab Anin meyakinkan meskipun sebenarnya ragu, pasalnya ini sakit bukan sembarang sakit, udah kaya di gigit binatang buas.

"Sini, gue gendong ya," ucap Erlan.

Anin mengangguk hanya pasrah, kemudian Erlan mengangkat tubuh Anin yang dililit selimut seperti bridal style dan membawa masuk ke dalam kamar mandi.

"Kita mandi bareng."

°°°°

Sore harinya.

Orang tua Erlan berkumpul di rumah, mereka berniat mendampingi putranya yang akan pergi menjalankan tugas di luar negeri. Dan juga menemani Anin agar tidak kesepian, sendirian selama Erlan pergi.

Tentu barang barang sudah tertata rapih di dalam bagasi mobil. Begitu pun milik Mahen, Devan, dan Faldo, mereka akan berangkat ke bandara di mobil yang sama dengan Erlan.

Dan Daren? Dia berangkat mandiri.

"Udah ya jangan nangis," bujuk Erlan mengusap punggung belakang istrinya. "Gue pergi cuma empat hari, gak akan lebih dari itu."

"Hiks! Tapi nanti kalo lo kepicut sama bule bule di sana gimana..." rengek Anin.

"Yaelah, Nin. Palingan suami lo di gondol tante tante girang," sambar Faldo mengompori.

"Moncong lo mending diem deh Fal!" balas Devan membekap mulut Faldo.

"Tangan lo bau terasi goblok!" Faldo menyingkirkan tangan Devan dari mulutnya.

Lantas Devan menciumi bau tangannya sendiri. "Lah iya, tadi gue habis makan goreng terasi jing haha!"

"Sialan!" umpat Faldo.

"Sekarang gue udah boleh pergi hm?" tanya Erlan, keduanya masih setia berpelukan dan Anin yang enggan melepasnya.

"Jangan dulu..." lirih Anin. "Gue masih pengen di peluk tau."

"Yaudah iya," Erlan memilih untuk menuruti Anin. "Tapi kalo udah puas pelukannya izinin gue pergi, oke?"

Anin mengangguk. "He'em"

ERLANGGA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang