12. 5 Menit Cukup?

66.8K 2K 8
                                    

Salah satu cafe bernuansa out door mewah di daerah jakarta selatan tampak ramai pengunjung malam ini, mulai dari remaja sampai orang dewasa.

Sama hal nya dengan ketiga perempuan berseragam SMA yang sekarang tengah duduk santai sambil menikmati kopi dingin yang di padukan dengan cheese cake sebagai menu utama. Di sana mereka bukan hanya sekedar nongki aja, tapi sambil mengerjakan tugas hingga berjam jam.

Click

"Selesai," seru Agnes berhasil mengirim file tugas kelompoknya ke email guru bahasa indonesia, tugas akhir sebelum ujian kenaikan kelas dimulai.

"Keren keren, Agnes ada gunanya juga ternyata guys," ucap Lexa meledek.

"Iyalah anjir! Gue gak selama nya juga jadi beban kelompok mulu. Kalo memang mudah ya gue masih bisa ngerjain tanpa bantuan kalian," balas Agnes seraya meneguk minuman segar.

"Iya deh iya giliran presentasi aja lo mundur paling belakang."

Benar kata Lexa, Agnes setiap di suruh presentasi pasti langsung pasrah, makanya ia lebih baik ngerjain tugasnya di banding harus maju ke depan.

Agnes memutar bola matanya malas. "Gue males banget asli kalo harus presentasi di depan, apalagi kalo ngeliat muka muka lo berdua, gue udah ngakak abis gak bisa nahan tawa."

Anin tertawa mendengarnya. "Memang dasarnya jiwa lo receh, Nes. Padahal gue sama Lexa biasa aja liat lo presentasi."

"Entah mata gue yang salah apa gimana ya, tapi setiap ngeliat muka bestie sendiri tuh gue langsung kepengen ngakak sumpah." Agens mengacungkan dua jarinya berbentuk V.

"Sial sial nya ku bertemu dengan cinta semu, tertipu tutur dan caramu seolah cintaiku.... " nyanyi seorang pelayan yang menghampiri meja mereka.

"Permisi dek, pesanannya belum di bayar ya? Kebetulan di sini tertera semua totalnya jadi satu juga lima puluh ribu rupiah. Jadi gimana? Mau di bayar sekarang atau nambah lagi?" tanya pelayan itu.

"Woilah mbak makanan kita aja belum habis, lo udah nagih nagih aja," protes Agnes.

"Ya jelas lah dek, sebentar lagi jam sepuluh malam, cafe sudah mau tutup. Takutnya kan kalian lari gak mau bayar, karna biasanya nih jam segini anak SMA duitnya udah pada abis." balasannya seolah merendahkan, padahal sudah jelas jelas laptop yang mereka pakai di sana berlogo apel semua.

"Anjir! dia ngerendahin kita cok. " Agnes melirik Anin dan Lexa.

"Udah Nes nggak papa, biar gue aja yang bayar ya." Anin mengeluarkan dompet lipat merah mudanya dari dalam ransel, lalu mengeluarkan black card miliknya membuat pelayan itu melongo tak percaya.

"Bocah kematian, masih sekolah aja udah punya black card, lalu apa kabar sama gue yang kerja udah sepuluh tahun gak kaya kaya." pelayan itu geleng geleng kepala meratapi nasibnya.

Anin menggesek kartu itu dengan mesin EDC sebagai transaksi pembayaran.

"Udah mbak."

"Oh udah ya?" jantung nya seketika berdebar. "K-kalo gitu saya izin pamit ke belakang dulu ya dek hehe, sebelumnya terima kasih banyak dan jangan lupa sering sering ke sini ya."

"Iya mbak sama sama," balas Anin tersenyum.

"Anjay Anin udah pegang black card sendiri dong." mata Agnes berbinar.

ERLANGGA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang