chapter 4

19.1K 559 4
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

.
.
.
.
.

" Aku tidak peduli. kenapa juga harus menuruti Gus menyebalkan itu, " cibir Xavia yang ditujukan kepada Gus Varo.

Sekarang Xavia sedang melangkahkan kakinya menuju ndalem untuk menemui seseorang. tetapi sesampainya di depan ndalem Xavia terdiam ragu untuk masuk.

" Masuk tidak ya? " gumam gadis itu bertanya-tanya.

" Mbak Xavia kenapa? " ucap Amara dari arah belakang mengejutkan gadis itu.

" Astagfirullah, " kaget Xavia sembari mengelus dadanya.

" Maaf mbak Xavia. aku tidak bermaksud, " balas Ning Amara terkesan tidak enak akan perbuatannya barusan.

" Untung saya tidak punya riwayat penyakit jantung, " ujar Xavia.

" Memang mbak ingin bertemu dengan siapa disini? "

" Santri bilang ada yang ingin bertemu saya di kediaman kyai. jadi saya sekarang kesini, " jelas Xavia dijawab anggukan mengerti dari gadis yang lebih muda darinya.

" Terus kenapa tidak masuk? " tanya Ning Amara heran.

" Takut, " cicit Xavia pelan.

" Ayo masuk sama-sama! " ajak Amara sambil menyeret tangan Xavia tanpa memikirkan persetujuan dari Xavia terlebih dahulu.

" Assalamualaikum ," ucap kedua gadis yang berbeda umur itu.

" Waalaikumussalam "

" DADDY!! " pekik Xavia keras saat melihat adanya siluet sang ayah sedang duduk diruang tamu kediaman keluarga kyai.

" Jangan berteriak, Xavia! " peringat Anthony kepada putrinya.

" I miss you, " ucap Xavia dengan memeluk erat tubuh kokoh sang ayah.

" I miss you too, " jawab Anthony sembari membalas pelukan putrinya tak kalah erat.

" Kaifa haluk? "

" Alhamdulillah, " jawab Anthony tersenyum tipis.

" Xavia sudah makan malam nak? " tanya ning Kirana yang sedari tadi memperhatikan interaksi anak dan ayah itu.

" Belum Ning, " jawab Xavia menggelengkan kepalanya kecil.

" Ummah. panggil ummah saja, " pinta Ning Kirana.

" Na'am ummah, " jawab Xavia ragu.

" Kenapa belum makan? daddy sudah bilang jangan telat makan, " sahut Anthony.

" Aku sudah bilang bahwa aku tidak akan makan jika daddy tidak membawakan apa yang aku mau, " cerca gadis itu.

" Jadi sedari siang kamu belum makan? "

" Kamu tadi tidak makan siang nak? " tanya kyai Alif.

" Belum, " singkat Xavia dan langsung mendapat tatapan tajam dari sang ayah.

" John, ambilkan makanan nya! " perintah pria dewasa itu.

" Baik tuan, " jawab John yang sedari tadi diam memperhatikan akhirnya bergerak menuruti perintah tuannya.

Tak lama John kembali membawakan beberapa makanan, salahsatunya pesanan dari nona mudanya.

Bersamaan dengan itu, dua lelaki tampan tak lain yaitu Gus Varo dan Gus Arsha memasuki kediaman.

Guliran Tasbih Aldevaro [Segera Terbit]Where stories live. Discover now