Phase 2 - Twenty

1K 178 29
                                    

"Are you sure there's no mistakes? Tidak tertukar hasilnya? Bisa di cek ulang saja?" tanya AJ bertubi-tubi ke arah Gina.

"Adrian...." ucap Grace pelan. "Hasil test-nya tidak salah. I should have known... Dengan segala gejala yang sama seperti saat kehamilan Ardi dulu... Seharusnya aku sadar kalau...." Grace menarik napas panjang, meraih tangan AJ dan menatap suaminya yang terlihat pucat. Dia memiringkan wajah,  menggenggam tangan AJ lembut. "We're gonna have another baby...."

"No!! It can't be right, Gracie... Dengan segala hal yang terjadi pada Ardi dan Adna, aku gak boleh punya anak lagi!" seru AJ putus asa.

Grace melirik Gina sekilas sebelum dia turun dari tempat tidurnya, berhati-hati dengan selang infusnya saat dia memeluk AJ erat.

Tahu diri, Gina mundur dari tempatnya sambil bergumam kalau dia akan membawa Grace untuk USG saat mereka berdua sudah siap.

Sepeninggal Gina, Grace hanya memeluk AJ, mengusap punggungnya berulang kali sambil sesekali mengecupnya lekuk leher dan bahunya, menggumamkan kalau dia mencintainya sampai AJ berangsur tenang.

"Apakah ada kemungkinan untuk...." dengan berat hati, AJ mengusap pelan perut Grace, tak sampai hati untuk mengungkapkan pikirannya.

"Terminate this baby?" tanya Grace lugas.

AJ mengangguk walau ekspresinya terlihat menderita dan juga agak malu dengan pemikirannya sendiri.

"Selama aku yang menjadi bundanya... Not a chance, Adrian!" jawab Grace tegas.

AJ menarik napas dalam, memejamkan mata sambil menghembuskan napas perlahan. "Kamu tiduran lagi ya...." ucapnya sambil mengarahkan Grace untuk kembali rebah ke ranjangnya.

"Adrian...." panggil Grace lembut saat dia sudah duduk nyaman di kasurnya sementara AJ duduk di sebelahnya, mengatupkan tangan sambil menunduk pasrah. "I was nervous and frightened about the future... Our baby...." Dia berhenti sejenak sebelum melanjutkan. "Kupikir semua sudah berjalan dengan sangat baik. I'm so happy with our lives... dengan kamu, Ardi, dan Aska... Semua ini sudah sangat cukup untukku. But, now?? What should I do, Gracie... If something wrong happen... Kalau sampai ada yang terjadi sama kamu and our innocent baby... what should I do??"

Lembut, Grace mengusap pundak AJ. "Hey... My love... I'm alright... Look at me... Please... Look at me...."

AJ mendongak menatap Grace dengan mata yang agak berkaca-kaca. "I love you...." dendang Grace tegas, namun lembut.

Grace menangkup pipi AJ dengan kedua tangannya, mengecup keningnya. "I love you... So much! And the whole universe knows that too...." tegasnya lagi. "Aku akan selalu ada di sisi kamu. For better and worst... I won't leave you... No, I won't. You will always have me."

Tangannya meraih tangan AJ, menempatkan jemarinya di perutnya. "Apa pun yang terjadi nanti, kupastikan kita akan menghadapinya berdua."

Tersenyum, Grace kembali mengusap pelan pipi AJ. "Aku bisa memahami ketakutanmu karena aku pun merasakan hal yang sama. Tapi, kalau kita pikir dengan jernih... Selama ini kita sudah sangat berhati-hati. Aku langsung memakai kontrasepsi sebulan sebelum kita menikah. Kamu pun memakai pelindung setiap kali kamu menyentuhku hanya untuk berjaga-jaga. Bahkan kamu sudah merencanakan akan melakukan vaksetomi bulan depan. But, look at us now. Walau kita sudah sangat berhati-hati dan merencanakan semua dengan sangat baik, dia tetap ada, kan...."

"Mari kita anggap saja kali ini kita sedang beruntung karena dipercaya untuk menjadi orang tua lagi...."

Akhirnya AJ balas tersenyum, mengusap pelan perut Grace. "As always... You always look for the bright side...."

Love You in Silence (New)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang