Phase 2 - prolog

1.3K 157 17
                                    

Grace sedang berkonsentrasi memainkan Chopin Waltz in A minor dengan pianonya saat dia mendengar debam yang ditimbulkan  oleh buku yang terjatuh.

Grace menoleh, menatap sinis ke arah AJ yang santai saja memungut bukunya.

"Sorry... Continue, Gracie...." ucapnya sambil kembali duduk membuka halaman terakhir buku tebal yang dibacanya.

Grace kembali berkonsentrasi ke pianonya, melanjutkan permainannya, namun lagi-lagi dia harus berhenti karena mendengar suara AJ menutup bukunya dengan kencang.

Grace kembali menoleh, menatap AJ dengan mata yang tinggal segaris dan rahang yang terkatup rapat.

AJ berjalan menghampirinya lalu duduk di sebelahnya sambil mengambil satu buku musik tipis. Tiba-tiba saja dia menggunakan buku itu untuk memberi pukulan ringan ke wajah Grace yang cemberut. "Stop staring at me like that! You scared me!"

"I hate you!!" desis Grace tak terima.

"No you don't! Now, continue your practice. I'm here to watching you, Gracie. Ibu bilang kamu bolos latihan dua minggu dan sekarang kamu baru latihan 10 menit!" seru AJ tegas. Dia mengambil salah satu buku tebal dari tasnya, melanjutkan membaca sementara Grace yang masih kesal terpaksa melanjutkan latihannya.

Kali ini Grace memainkan lagu The Swan dengan sangat indah ditemani oleh AJ yang duduk di sebelahnya sambil meneruskan membaca buku.

Sedang asyik-asyiknya berlatih, tak sengaja kaki AJ menyentuh tasnya hingga terguling.

"Adrian Kenichi Ardhani! Bisa gak, sih, berhenti ganggu aku main?" protes Grace berang.

AJ menatap Grace, menutup buku yang dia baca dan menaruhnya di lantai. "I'm sorry, tapi biasanya konsentrasi kamu gak akan pecah cuma karena ini. Kamu mau terus ngambek sama aku memangnya?" Mau sampai kapan? And why you're calling me with my full name?" protes AJ.

"Memangnya gak boleh? It's your real name, tho... lagipula, why everyone calling you AJ. You know how weird that is? Its just two alphabets!" balas Grace sewot.

"I've been using that name for 16 years now. Adrian Junior... Dan aku gak pernah keberatan. Why should I? It's a tribute for our gramps and you know that very well, Gracie! Now, continue your practice!"

Grace mendengkus. "Still weird...." balasnya sambil asal memainkan pianonya.

AJ menahan diri untuk tidak tertawa melihat Grace yang ngambek. Dia tahu pasti alasan kenapa Grace mencari gara-gara dengannya dan sebetulnya sudah menolak untuk bicara dengannya dalam dua minggu terakhir ini.

His 12 years old sister marah karena AJ memutuskan untuk kuliah di MIT dan akan berangkat sebulan lagi.

"Okay, stop. Suara piano kamu jadi jelek kalau kamu mainnya begitu!" tegur AJ sambil menahan tangan Grace.

"What do you know about piano? Kamu kan cuma bisa main gitar!" balas Grace sengit.

"Oh, begitu... Geser!" AJ mendorong Grace sedikit agar dia bisa lebih leluasa menyentuh pianonya lalu mulai memainkan Secret in allegro dengan sangat lancar.

Grace menatap AJ dengan pandangan tidak mengerti saat dia selesai memainkan lagu. AJ tertawa, mencubit ujung hidung Grace gemas. "There's so much of me that you didn't know, Gracie... Memangnya kamu pikir hanya keluarga Hamizan saja yang dipaksa belajar main piano? Aku sempat belajar juga walau aku jelas lebih tertarik bermain gitar."

"I can play better than you!" balas Grace cepat.

AJ tersenyum, mengusap lembut kepala Grace. "I know... Grace Yumiko Hamizan!" balas AJ setengah meledeknya.

Love You in Silence (New)Место, где живут истории. Откройте их для себя