28. Percaya

65 14 0
                                    

Gadis berambut panjang berjalan dengan kaki jenjangnya menelusuri sebuah koridor. Semua pasang mata tertuju padanya, sesekali diantara mereka ada yang menyapa dirinya, namun tak ia balas, walau dengan senyum sedikitpun. Kathryn semakin mempercepat langkahnya menghindari dari kerumunan orang.

Seseorang berdiri di hadapannya dengan tiba-tiba. Kathryn mengernyitkan dahinya, tiga orang siswi yang Kathryn pun tak mengenal mereka siapa. Salah satu dari mereka memegang lengan Kathryn, lalu menyodorkan sebuah bucket cokelat.

Tiba-tiba sekali?

"Kak? Are you okay?" ucapnya.

"Kak Kathryn yang sabar ya, pasti kakak berat banget menghadapi masalah ini." Ucap yang lain.

"Orang baik seperti kakak gak pantes nerima ini semua, Maira yang kurang ajar ngerebut Mahesa dari kakak!"

"Mahesa pasti nyesel."

"Kakak harus tetep semangat—"

Kathryn menepis pegangan tangan salah satu dari mereka itu. "Gue gak butuh kasihani dari kalian!" sungut gadis itu, ia juga melempar bucket cokelat pemberian ketiga siswi ini.

Maksudnya apa? Merayakan atas kesedihan Kathryn? Dirinya merasa lemah jika seperti ini. Kathryn benci.

"Kak..."

Semua mata tertuju pada mereka. Apalagi ketika wajah Kathryn menampilkan raut amarah, terlebih pada saat gadis itu membentak sampai melempar bucket cokelat pemberian adik kelasnya ini.

"Gue gak kenal kalian! Jangan sok baik."

Sontak, ketiganya terkejut bukan main. Mana Kathryn yang ramah?

Kathryn melangkahkan kakinya meninggalkan ketiga adik kelasnya yang katanya 'berempati' terhadapnya serta semua pasang mata yang tertuju pada dirinya.

Kathryn muak dengan semua ini.

Kathryn tidak butuh kasihani.

Badannya berbelok di ujung koridor, dengan spontan ia menghentikan langkahnya ketika mendapati seseorang disini. Kathryn menghela napas sembari memutar bola matanya, entah kenapa ia harus bertemu dengan orang lagi.

"Kak Kathryn?" panggil Maira.

Kathryn tidak mau peduli, gadis itu memilih berjalan pergi, namun urung karena cekalan di tangannya oleh Maira. "Apaan sih?"

"Lo kenapa lakuin semua ke gue, Kak? Gue salah apa sama lo? Apa hanya karena Mahesa?" tanya Maira to the point.

Kathryn menatap tajam gadis bermata sayu dihadapannya.

"Jawab, Kak. Lo mau gue menderita?" tanya gadis itu yang membuat Kathryn terbungkam, apalagi ketika ia menemukan luka-luka memar di beberapa sisi wajah Maira.

Kathryn tidak mau merasa bersalah dan tidak mau disalahkan.

"Jauhin Mahesa." Hanya itu yang bisa terlontar dari mulut Kathryn.

Maira berdecih, lalu terkekeh samar. Gadis itu maju selangkah, membuat Kathryn sedikit terkejut. Maira cukup berani juga.

"Gak semudah itu, siapa lo berani ngatur? Gue disini cuman mau pengakuan lo, Kathryn..."

Kathryn mendorong keras bahu Maira. "Mahesa punya gue! Milik gue anjing!" ujar Kathryn disertai umpatan yang membuat Maira semakin menertawai gadis ini.

PLAK!

Hanya seorang Maira yang berani menampar Kathryn.

"Hanya karena Mahesa, bikin lo tega rundung gue, Kak? Lo jahat..." lirih Maira. Jangan sepelekan bagaimana traumanya Maira ketika di rundung kemarin. Selain luka fisik, psikis Maira juga nyaris hancur karena satu kejadian kemarin. "Temen-temen lo bikin gue gini, Kak. Lo gak paham karena lo gak ngerasain jadi gue, hujatan mereka, cacian mereka, gue sakit hati, Kak."

To be mine✔️Where stories live. Discover now