19. Namanya siapa?

52 18 0
                                    

Maira menuruni tangga selepas bangun tidur di hari libur ini. Sekarang hari Sabtu, karena eskul diliburkan di minggu ini, Maira memutuskan untuk berleha-leha seharian. Ya enggak apa-apa kan? Toh gak tiap hari juga.

Gadis berkaos putih dengan gambar keropi di tengahnya itu melangkah menyusuri dapur untuk mengambil segelas air putih.

"Mama?" langkahnya terhenti ketika mendapati wanita paruh baya yang sedang duduk di kursi kitchen bar, ditemani segelas kopi susu.

Mama kini tidak memakai pakaian kantor seperti biasanya, ia memakai daster merah muda yang jarang sekali Maira lihat dari diri Mamanya. Karena ia tahu, kalau Mama sangat sibuk sekali, dan melihat pemandangan pagi ini, cukup membuatnya keheranan.

"Anak gadis jam segini kok baru bangun?" tanya Mama. "Sini duduk, kayanya kita gak pernah kita ngobrol. Biasa sarapan apa?"

Sebegitu sibuknya Mama, sampai lupa sarapan biasa anaknya tiap pagi. Karena Mama datang selalu tengah malam, dan kembali bekerja sebelum Maira dan Naren bangun, begitupun Papa, mereka terlalu bekerja keras sampai lupa dengan kasih sayang untuk anaknya yang nyaris tidak pernah mereka beri.

"Kak Naren mana?"

Mama terlihat kecewa dengan pertanyaan Maira. "Kok nyari kakak sih? Kan disini ada Mama!" wanita itu terlihat menghela napasnya. "Dia ke kampus pagi-pagi banget."

Maira berohria. "Kak Naren suka bikinin aku omelet,"

"Kamu mau omelet?"

Maira mengangguk semangat.

"Mama bikinin dulu ya, setelah sarapan, Mama minta tolong kamu ke tukang sayur ya? Mama cuti dua hari dan mau menghabiskan waktu di rumah bareng kalian. Mama mau masak hehe!"

Gadis berambut panjang itu menerbitkan senyumnya, mungkin kebanyakan anak lain malas jika disuruh keluar hanya untuk membelikan sesuatu, Maira justru senang karena baru kali ini Mama mengandalkan dirinya sebagai anak.

"Iya, Ma!"

***

Maira melangkahkan kakinya kembali masuk ke lingkungan komplek setelah dirinya belanja sayur. Dilihat lucu memang, seumur-umur Maira baru kali pertama berinteraksi dengan ibu-ibu komplek dan Mang Edi pemilik gerobak sayur itu.

Ia berjalan sembari bersenandung, sambil menarik napas panjang menghirup udara pagi yang sejuk ini.

Semuanya terasa menyenangkan—Tunggu?

"Maira?!"

Maira menghentikan langkahnya seketika pada saat seorang berdiri di hadapannya.

"Anjir Mahesa?"

Lelaki yang berdiri tinggi menjulang itu tersenyum pada gadis ini. "Ngumpat mulu setiap ketemu gue, emang nyeremin ya?"

BANGET! Bikin jantung mau copot.

Oke ini terlalu berlebihan.

Sementara Maira refleks menutup wajahnya spontan, sebab malu. Bagaimana tidak, dia bangun tidur dengan wajah yang masih buluk, pake baju seadanya, sambil jinjing kantong plastik berisi sayuran. Pokoknya penampilan Maira enggak banget.

Kenapa harus ketemu crush disaat penampilan lagi jelek sih?

Mahesa memegang tangan Maira yang sedang menutupi wajah gadis itu. "Kenapa ditutup dah?"

Maira menipiskan bibir sambil tersenyum paksa. "Hehe..."

"Ngapain disini?"  Tanya Maira.

"Sepedahan aja sih." Jawab Mahesa. Maira menoleh ke samping ada sebuah sepeda gunung berwarna hitam yang tersandar di pinggir jalan.

"Lo kesini bawa sepeda?"

Mahesa mengangguk. "Yaiyalah!"

"Ah gitu? Hehehe..." ucap Maira sambil terkekeh pelan. "Duluan ya, Hes. Ditungguin Mama!"

"Kapan-kapan sepedahan bareng ya?"

Maira otomatis mengangguk semangat, sedetik berikutnya ia merutuk dalam hati, kenapa mengiyakan padahal punya sepeda aja enggak.

"Eh tunggu!"

Apalagi sih?

Maira udah enggak peduli penampilannya sekarang, bodo amat mau Mahesa ilfil sekalipun. Tapi jangan deng..

"Gue tau lo bohong soal pacaran sama Akmal. Iya kan?" Tanya Mahesa membuat Maira bingung menjawab apa.

"Iya gue cuman bohongan."

"Jangan gitu. Kalau dia baper gimana? Gue gak mau saingan sama dia."

"Iya lo tenang aja, gue suka nya sama lo kok." Jawab Maira enteng. Tentu saja kini membuat Mahesa menampilkan rona merah di pipi lelaki itu.

Mahesa tersipu.

"Suka pengen nabok!" Lanjut Maira.

Mahesa mendengus kasar, ia memajukan tubuhnya hanya sekadar untuk mengacak rambut gadis itu. "Belum mandi ya?"

TUHKAN! Mahesa ngeh.

Mahesa terkekeh pelan, kemudian lelaki itu langsung naik ke atas sepedanya. "Gue lanjut jalan ya, Ra!"

"Hati-hati."

"Siap sayang!"

Maira kini yang tersipu.

Sayang-sayang. Ngasih kepastian enggak! Dasar Mahesa.

***

Mama membuka kantong belanjaan. "Serius semua ini cuman tiga puluh lima ribu?"

Maira mengangguk.

"Mama kalau belanja di supermarket bisa sampe ratusan loh!"

"Beda dong, Ma."

Mama terkekeh pelan. "Bantuin Mama cuci sayurnya ya, Ra."

"Okeey!" Maira mengambil beberapa sayuran lalu ia masukan ke dalam wadah dan mencucinya. "Mama emang bisa masak?"

Mama terlihat menghentikan aktivitasnya. "Itu masalahnya... mama gak bisa, Ra!"

Maira tertawa pelan. "Tenang, Ma. Aku bisa kok sedikit,"

"Serius?"

Maira mengangguk sembari menampilkan senyumnya. "Selagi masih ada resep di YouTube gausah khawatir hehehe."

Mama menepuk pelan lengan Maira sambil tertawa bersama. "Ah kamu sama aja!"

"Mau masak apa kita?" Tanya Maira.

"Kamu sama kakak suka apa sih?"

"Soto ayam!"

"Oke kita bikin menu itu, kamu beli ayam kan?"

"Beli kok, Ma!"

Mama terlihat membuka iPadnya lalu di sandarkan di tempat tisue dan menampilkan tutorial membuat soto ayam. Kalau dilihat lucu juga, dua orang ibu dan anak yang sama-sama ingin memasak namun tidak ada yang bisa.

Keduanya mulai untuk memasak dengan asik, saling bergurau, bercerita sedikit tentang keseharian masing-masing. Boleh tidak Maira berharap kalau seperti ini ia rasakan setiap hari?

"Kamu punya pacar?"

"Enggak, Ma."

"Masa sih? Anak Mama secantik ini gak ada yang suka?"

Maira mengangkat bahunya tidak tahu, namun sedetik kemudian Maira tersenyum. "Tapi aku lagi suka sama orang, Ma."

Mama mendekat pada Maira dan merasa antusias jika Maira tidak keberatan curhat tentang kisah kasih pada Mama. "Ayok cerita! Orangnya gimana? Namanya siapa? Pantesan ih senyum-senyum dari tadi, kamu ketemu dia ya?"

"Kok Mama tau aku barusan ketemu dia sih?"

"Insting seorang ibu gitu loh!" Maira melihat Mama mengibaskan rambutnya ke belakang. "Namanya siapa?" Tanya wanita itu lagi.

"Mahesa. Namanya Mahesa."

Bersambung...

To be mine✔️Where stories live. Discover now