2. Jatuh suka

138 29 3
                                    



Mahesa tak pernah menyangka, bahwa dirinya akan sefamous ini. Ini tidak seperti yang ia harapkan sebelumnya. Mahesa hanya ingin menjadi siswa biasa yang tidak terlalu dikenal oleh siapapun.

Namun, entah kenapa karena penampilan bernyanyinya setahun lalu bisa membuatnya dikenal dimulai dari teman seangkatan, adik dan kakak kelas.

Dari awal ia memarkirkan motornya di parkiran sekolah, sapaan serta ucapan selamat pagi selalu terlontar untuk Mahesa, yang jelas Mahesa tidak tahu siapa mereka.

Efek pandemi setahun kebelakang, membuat Mahesa jadi malas bersosialisasi, tapi kalau sudah gini mau tak mau Mahesa harus bersikap ramah juga.

Dari tempat motornya terparkir, hingga ia menelusuri koridor sekolah, senyuman padanya tak henti-hentinya ia temukan.

Mahesa tidak mau percaya diri, apa dia terlihat se menarik itu 'kah?

"Kak Mahes?"

Contohnya yang satu ini, ketika ia berjalan menelusuri koridor kelas sepuluh, sebuah suara gadis memanggilnya. Ia kemudian menoleh mendapati gadis ini sedang tersenyum padanya.

"Kak aku suka banget sama suara kakak, padahal video kakak nyanyi udah lama. Aku selalu puter berpuluh kali, kakak punya suara yang bagus."

Mahesa mengingat, sebuah postingan video dirinya diunggah dalam aplikasi tiktok salah satu siswi SMA ini dan menjadi viral sampai 21 juta penonton. Gila aja. Ternyata video itu masih saja ada yang ingat.

Mahesa terkekeh. "Makasih,"

"Boleh aku minta kontak kakak?" tanya adik kelas itu.

Mahesa tampak kebingungan, masalahnya kontak ponselnya hanya orang tertentu saja yang punya, sementara adik kelas ini? Namanya juga Mahesa tidak tahu. "Maaf ya, privasi."

Adik kelas itu tampak gelagapan dan tertawa sumir. "Ahh iya enggak apa-apa kak,"

Mahesa mengangguk lalu kembali melanjutkan jalannya. Sampai pada akhirnya, dia bertemu dengan ketiga temannya yang sedang berjalan kemari. Arga, Jev, dan Seno.

"Hes?" panggil Seno sambil menyodorkan sebuah bingkisan berisi oleh-oleh khas Bandung.

"Apaan ini? Padahal bisa aja lo ngasih nya pas di kelas."

Seno berdecih. "Masih mending gue kasih,"

Mahesa tertawa pelan. "Makasih ya, lo liburan selama pandemi, di Bandung?"

"Bukan liburan anjir, gue kena isolasi karena bokap gue positif, jadi gak bisa balik ke sini."

Arga menepuk bahu Seno. "Oleh-oleh buat gue mana?"

"Nih ada di tas, yang buat Mahesa kan khusus, ada sesuatunya." Ucap Seno menaikkan alisnya.

Mahesa hanya menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Sesuatu maksud Seno yaitu titipan untuk adik satu-satunya Mahesa, Kinara. Entah dari kapan, Seno menyukai Kinara, dan hanya Mahesa yang tahu, kedua temannya tidak. Kata Seno sih, takut di rebut. Apalagi Arga, cowok playboy yang selalu tebar pesona itu.

"Kalau lo kemana aja, Jev? Selama pandemi." Tanya Seno.

"Yakan imbauannya di rumah saja. Ya gue di rumah." jawab Jev.

Keempatnya berjalan menyusuri koridor yang cukup ramai. Antusias siswa untuk sekolah meningkat pasca pandemi. Belajar di rumah membosankan, materi tidak seratus persen masuk, dan interaksi dengan orangpun terbatas, ya begitulah mau gimana lagi.

"Sepanjang kita jalan, kenapa pada senyumin gue sih?" kata Arga sambil melambaikan tangan dengan pedenya.

Ketiganya mendelik pada si tampan Arga.

"Ngeliat Hesa gak sih?" celetuk Jev.

Raut Arga langsung turun begitu saja, dan menatap sinis Mahesa. "Hes? Perasaan gantengan gue deh daripada elo!"

"Serahh!" ucap Mahesa.

Mahesa kembali berfokus pada jalan menuju kelas, sesekali ia melirik ke arah samping banyak yang tersenyum padanya. Mungkin perkataan Jev benar, sepertinya cewek-cewek disini tersenyum hanya pada Mahesa, mungkin ketiga temannya itu bonus.

Yang menjadi pusat perhatian Mahesa saat ini adalah, seorang gadis yang sempat ia lihat setahun yang lalu. Gadis yang selama ini Mahesa cari keberadaanya, ternyata ia menemukannya juga. Mahesa tidak tahu siapa dia, namanya, kelasnya. Namun, satu hal yang Mahesa tahu, gadis ini memiliki mata yang indah, yang menjadi daya tarik Mahesa kalau menatapnya.

Ketika berjalan melewati gadis itu, tak disangka tatapannya bertemu. Mahesa tak bisa mengalihkan pandangan selain pada netra gadis ini. Tapi tak pernah ia sadari, justru gadis ini memutuskan kontak mata mereka.

Mahesa menghela napas dalam. Sebenarnya siapa dia?

Mahesa ingin tahu.

***

Di kelas XI IPA 1, yang kini menjadi kelasnya. Mahesa menatap layar ponsel, mencari instagram official sekolahnya. Ia meneliti satu-satu akun dari sepuluh ribu pengikut akun sekolahnya, hanya karena ingin tahu, apakah gadis itu follow instagram sekolahnya atau tidak.

Mahesa bisa saja, menanyakan nama dari gadis itu ke temannya, tapi ia pasti akan hapal kalau setelahnya ia akan mendapat ledekan. Itu akan membuat rencananya fatal, bisa jadi teman-temannya itu secara terang terangan akan memberitahu gadis yang Mahesa kagumi. Kalau sampai gadis itu risih, bagaimana? Maka dari itu, biarlah Mahesa sendiri yang berjuang mendapatkan informasi atas gadis itu.

Helaan napas panjang, ia meletakkan ponselnya kasar. Memijat pelipisnya yang terasa pening. Setengah jam lamanya ia menatap layar ponsel, ternyata tidak ada hasil apapun.

"Hesa lo kenapa sih?" tanya Seno sambil duduk di sampingnya.

"Sen? Gue tau rahasia lo, dan gue gak berniat bocorin tentang Kinara ke yang lain."

Seno tampak mengangkat alisnya. "Ya terus?"

"Gue ada rahasia besar, yang mungkin lo juga kaget."

Seno melotot tak percaya, ternyata dibalik sikap lempengnya Mahesa masih ada sisi Mahesa yang seperti ini. "Apa? Lo intel? Apa lo vampir?!"

Mahesa mendengus pelan, ia pukul sekali lengan sahabatnya ini.

"Kenapa?"

"Kita udah berapa tahun sih temenan?" Mahesa malah bertanya keluar dari topik pembicaraan yang hendak ia bahas.

"Kita udah temenan dari orok," jawab Seno.

"Tolong kasih tau gue, hal mustahil apa yang bakal gue lakuin selama ini."

"Lo suka sama cewek." Ucap Seno. "Secara, gue masih mempertanyakan apakah lo normal atau enggak, selama ini banyak yang nyatain cinta sama lo, dan cewek yang nembak lo tuh gak tanggung-tanggung dan mereka cantik semua anjir. Lo gak sadar apa lo emang punya kelainan?"

"Gue normal anjing." Umpatnya.

Seno berdecih. "Lo mau nanya gitu doang? Hes? Lo ada tekanan batin ya? Mau ke psikiater? Gue anterin yuk!" ucap Seno terkesan main-main, namun ketahuilah di lubuk hati Seno ada kekhawatiran untuk Mahesa.

Mahesa terdiam sesaat, dan memilih memalingkan wajahnya. Seno menatap Mahesa dengan raut wajah yang sulit di artikan.

"Kalau suka sama cewek rasanya gimana?" Mahesa membuka suara lagi.

Seno langsung menoleh cepat. "Serius lo nanya ini? Siapa yang lo suka?"

Mahesa mengulum bibirnya. "Gue gak tau namanya, tapi pas pagi gue liat."

"Pagi tadi kita ketemu banyak cewek, Hesa!" Kata Seno jengah.

Mahesa terkekeh. "Disaat cewek lain senyumin gue, tapi dia malah buang muka ketika gue berani natapnya." Ucap Mahesa yang tak sadar kalau ia berbicara sembari tersenyum.

Seno langsung memegang dahi Mahesa. "Hes? Lo kesurupan Arga, ya?!"

Mahesa segera menepis tangan Seno. "Sen? Gue rasa gue udah jatuh cinta."

Gimana 2 bab pertamanya??

To be mine✔️Onde as histórias ganham vida. Descobre agora