20. Salah Paham

70 17 0
                                    


"Akmal? Kenapa sih lo jadi ikut-ikutan kita mulu?" Tanya Wina ketika dirinya dan Maira hendak ke perpustakaan, eh cowok itu malah ngikut di belakang.

Akmal berdecih pelan sambil merangkul lengan Maira dari samping, kemudian lelaki itu menjulurkan lidahnya pada Wina. "Suka-suka gue dong!"

Maira menghela napas jengah, ia berjalan meninggalkan kedua temannya ini menuju perpustakaan.

"Maira tungguin!!!!" Ucap keduanya bersamaan.

Setelah mengisi daftar hadir di sebuah tab yang tersedia di depan perpustakaan, ketiganya masuk dan mulai berpencar untuk mencari buku novel, karena ada tugas bahasa Indonesia yaitu resensi buku.

"Win? Lo mau genre apa?" Tanya Maira.

"Gue mau horor." Sahut Akmal alih-alih Wina.

"Maira nanya ke gue ya!" Sungut Wina kesal. Nggak tau ya, berawal dari menabrak Jev karena dikejar Akmal, Wina jadi gampang emosi sama cowok itu. Masalahnya malunya sampe sekarang cuy! "Gue mau romance, Ra!"

Maira mengangguk. "Gue juga deh hahaha!"

Ketiganya berpencar kembali mengelilingi setiap rak.

"Demi apa ada novel kesukaan gue!" Mata Maira berbinar ketika melihat sampul novel berwarna merah muda dengan gambar kupu-kupu sebagai cover buku itu.

Tangan Maira terulur ke atas, namun ada tangan lain mengambil buku itu.

Maira menatap sinis pada seorang yang kini berdiri dihadapannya. Mahesa memberikan novel itu pada Maira. "Nih!"

"Gue gak pendek ya, dan bisa jangkau novel itu!" Maira merenggut novel itu.

Mahesa terkekeh pelan sambil menyandarkan tubuhnya di rak, namun kepalanya menoleh pada Maira. "Biar romantis dikit kaya di drama."

Maira mencibir pelan sambil mendorong bahu Mahesa.

"Eh? Gue lagi nyender di rak, kalau jatoh gimana?" Ucap Mahesa sembari menegakkan badannya.

"Bodo amat, jatoh aja sekalian."

Mahesa mencubit pipi Maira gemas, membuat sang empunya mencebikkan bibirnya kesal. "Apaan sih, nanti tambah melar!"

"Gapapa gue suka." Ujar Mahesa sambil menyeringai sambil mengangakat-angkat alisnya.

"Gue kira lo cowok dingin, ternyata tukang flirting ya?" kata Maira sambil meninggalkan Mahesa disini.

Mahesa berjalan mengikuti Maira di belakang sambil melihat-lihat ke arah rak.

"Gue gini sama lo doang kok, bagian dari perjuangan!"

Bohong kalau Maira nggak baper. Nyatanya dia udah deg-degan dari awal ngeliat Mahesa disini. Maira hanya bisa tersenyum simpul yang tidak diketahui Mahesa sendiri.

"Jadi kapan mau di publish nih?" Tanya Mahesa.

"Maksudnya?" Maira membalikkan tubuhnya.

Mahesa berjalan mendekat pada Maira. Diantara rak-rak buku ini, Mahesa memajukan wajahnya pada Maira.

Cup!

Satu kecupan singkat di pipi gadis itu, membuat Maira membelalakkan matanya tidak bisa berpikir apa-apa lagi selain melongo.

"Masih aja gak paham?" Tanya Mahesa sambil menarik kembali wajahnya menjauh. "Lo bener gak peka atau pura-pura sih?" kata Mahesa kesal sambil mengacak rambut si gadis.

To be mine✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang