6. Tertarik katanya

116 24 9
                                    




Sejak kejadian bola kasti, hukuman, sampai pulang bareng, tidak ada lagi interaksi keduanya. Dari Maira sendiri maupun Mahesa yang sama-sama diam. Ketika bertemu pun tidak ada lempar senyum semacamnya, keduanya sama-sama ingin dekat namun bingung untuk memulai.

Berita tentang lomba solo singing yang akan diikuti Mahesa sebagai perwakilan sekolah tersebar keseluruh antero sekolah. Tidak perlu di ragukan lagi, kalau lelaki dengan suara indah itu pasti mampu mendapatkan kejuaraan. Maira turut senang, setidaknya walaupun tak pernah memberi support secara langsung, Maira tetap menjadi fans nomor satu Mahesa.

Saat ini, jam menunjukkan pukul 16.30. sejam setelah pulang sekolah, Maira harus melaksanakan jadwal piket dulu, dan berakhirlah hari ini ia pulang sedikit telat.

Setelah dirasa kelas sudah bersih, teman-temannya izin pamit pulang duluan, tersisalah Maira yang masih di kelas duduk sambil membaca novel. Entah kenapa, suasana hening seperti ini yang Maira inginkan, tidak ada suara bising dari segala perbincangan orang sekitar.

Namun, ia mendengar suara yang familiar di telinganya. Maira mengikuti suara itu, dan benar saja suara itu adalah suara Mahesa yang sedang latihan vokal di ruang seni.

Maira mengintip dari jendela, ia bisa melihat Mahesa sedang bernyanyi sendiri membawakan sebuah lagu yang Maira tahu, salah satu lagu dari westlife berjudul swear it again, sekaligus lagu kesukaan gadis ini.

Maira tak henti-hentinya menampilkan senyuman ketika suara Mahesa jelas terdengar di balik kaca jendela ruang seni. Sampai ia lupa dan tersadar, ada tiga cowok berdiri di belakang Maira sekarang.

"Hayooo ngintip Hesa yaa ciee??" goda Jev.

"Lahhh ini mah yang waktu itu gak sih? Temennya cewek benjol?" tanya Seno.

Jev mengumpat. "Namanya Wina! Bukan cewek benjol,"

"Yakan palanya benjol gara-gara lo, Jev."

"Gausah diingetin!" ucap Jev.

"Lagi apa? Kok belum pulang? Mau gue anter?" tawar Arga.

Maira jelas terkejut sekaligus malu, bisa-bisanya dia kepergok ngeliatin Mahesa nyanyi, sama temen-temennya pula. Setelah ini, Maira harus ngapain?

"Yahhh kok diem?" tanya Arga.

"Dia sawan liat lo, Ga. Orang kesini mau ngeliat Hesa yakan?" tanya Jev.

Maira menggeleng cepat. "Gue abis piket, gak sengaja denger yang lagi nyanyi. Gue penasaran buat liat deh," ucap Maira sebisa mungkin dengan nada santai, padahal tangan dan kakinya sudha panas dingin.

"Ada apa?" tiba-tiba, Mahesa sudah menampakkan batang hidungnya di hadapan mereka. Lelaki bertubuh tinggi itu berjalan menghampiri Maira, Seno, Arga, dan Jev. "Loh? Cewek yang gue hukum itu kan?" tanya Mahesa lagi dengan kesan pura-pura, padahal dia jelas tahu siapa nama gadis ini.

Disisi lain, Seno yang tahu semuanya hanya menahan tawa melihat wajah Mahesa. Padahal bilang aja, Hes.. calon pacarku kenapa disini? Batin Seno sambil terkekeh.

"Sen? Lo kesurupan, ketawa sendiri gitu?" tanya Arga.

Seno langsung memasang wajah datar. "Enggak, gue ngakak liat Mahesa."

Mahesa yang tahu maksud dari ucapan Seno ini membelalakan sedikit matanya. Awas saja jika rahasianya terbongkar di depan Jev, Arga, dan Maira.

"Gue gak sengaja lewat, yaudah gue balik." Kata Maira sambil membalikkan badannya meninggalkan keempat cowok ini.

Maira pulang dengan perasaan campur aduk, mengingat perkataan Mahesa tadi, Cewek yang gue hukum itu kan? Ternyata lelaki itu tidak mengingat siapa Maira, tapi memang Maira siapa? Untuk apa Mahesa mengingat nama gadis yang justru bukan siapa-siapa baginya. Anggapan Maira seperti itu, tapi yasudahlah.

"Ga? Katanya mau anterin pulang, noh kasian." Ucap Seno sengaja.

Mahesa menoleh cepat, seakan tidak percaya dengan apa yang dikatakan Seno sendiri. Sebenarnya Seno berpihak pada siapa? Kalau gini caranya, jelas Mahesa menyesal memberitahu pada Seno.

"Iya gue anter ah, siapa tau dia kepincut sama gue hehehe!" kata Arga.

Dengan gerak cepat, Mahesa menarik bahu Arga sampai cowok itu hampir terjungkal.

"Hes? Lo apa-apaan!" katanya.

"Buang kebiasaan buruk lo itu, Ga."

"Semua orang juga tau kali, Hes. Kalau Arga tuh buaya, ya biarin aja." Kata Jev.

"Kalian gak paham, cewek itu—" ucap Seno terpotong.

"SENO!"

Arga dan Jev saling beradu tatap. "Lu pada kenapa sih anjir?" Tanya Jev seakan aneh kelakuan Mahesa dan Seno yang patut dicurigai.

"Motor kalau gak di gas, gak akan nyampe, yang ada ditikung." Bisik Seno di telinga Mahesa.

Cowok itu hanya menelan salivanya susah payah. "Gue.. balik duluan." Ucap Mahesa final.

Lelaki itu berlari untuk menghampiri gadis itu yang entah Mahesa juga tidak tahu apakah sudah pulang atau belum. Namun, ketika dirinya melewati kelas 11 IPA 2, ia bisa melihat gadis itu sedang duduk dan membaca buku alih-alih pulang seperti kata Maira sebelumnya.

Maira melihat Mahesa berdiri di ambang pintu kelasnya dengan tatapan sulit diartikan. Mahesa menghampiri Maira dan menekan lengannya di ujung meja sambil menatap Maira yang sedang duduk di hadapannya.

"Sekolah mau ditutup, sebaiknya lo pulang."

"Hah? Emang iya?"

Mahesa segera menggenggam erat lengan Maira secara tiba-tiba. "Pulang sama gue ya,"

Jelas Maira tidak percaya ini terjadi, barusan apa katanya. Crush nya sendiri menawarkan pulang bersama untuk kedua kali?

"Lo dapet taruhan dari temen lo itu ya? Buat anterin gue pulang, terus deketin gue, abis itu lo akan ninggalin gue? kaya cerita di wattpad kebanyakan." Kata Maira yang membuat Mahesa terkesiap. "Gue tau lo punya semuanya, Hes. Tapi jangan jadiin gue bahan taruhan lo sama temen-temen lo, gue bukan cewek kaya gitu. Jangan mentang-mentang lo terkenal, gue bisa luluh sama lo? Enggak!"

Jelas bohong. Maira sudah luluh sebelum ini.

"Siapa yang jadiin lo taruhan?"

Maira mengernyitkan dahi. "Yaterus apa?"

"Apa?" tanya Mahesa balik. "Gue cuman nawarin pulang bareng, gak ada maksud lain. Lo cewek pulang sendiri, dan sekarang udah jam lima lewat."

"Gue bisa minta jemput."

"Yaudah, gue tungguin lo sampe di jemput." Kata cowok itu.

"Gausah, lo bukan siapa-siapa gue." ucap gadis itu sambil meraih tasnya, dan berlalu berjalan melewati lelaki itu.

"Kalau gue mau jadi siapa-siapa lo, gimana?" tanya Mahesa mengikuti jalan Maira.

"Gausah aneh-aneh."

"Maira kan nama lo?" tanya Mahesa.

Maira hanya melanjutkan jalannya tidak peduli dengan Mahesa yang mengikuti dari belakang. Jika boleh jujur, jantung Maira seakan mau copot rasanya.

Ia ingin cintanya terbalas, namun kenapa secepat ini. Maira tidak bodoh, hanya karena pertanyaan Mahesa. Apa tadi Mahesa sedang menyatakan perasaan? Atau hanya main-main saja. Maira tidak mau baper dulu.

"Jangan seenaknya, mentang-mentang lo ganteng." Kata Maira ketus.

Mahesa jelas tertawa di sepanjang koridor. Maira yang jalan di hadapannya hanya bisa menahan senyuman.

"Gue tertarik sama lo." Ungkap lelaki itu.

Tbc!!

To be mine✔️Where stories live. Discover now