13. Memang

87 21 3
                                    


"Makan bakso tuh, harus asem pedes manis." Ujar Wina sambil menyendok sambal ke dalam mangkuknya.

"Win? Jangan kebanyakan." Ucap Maira mengingatkan kalau sahabatnya ini selalu makan pedas.

"Kita masih ada tiga pelajaran lagi. Kalau mencret gimana lo!" Sahut Akmal, yang tadi ikut kesini karena mau makan bakso bareng mereka.

"Diem lo, Mal. Ngapain ikutan kita kesini?!" Tanya Wina. "Gak punya temen ya?"

Akmal ingin sekali menyemburkan botol saus ke wajah tengil Wina saat ini, kalau tidak Maira melerai keduanya.

"Berisik mau makan aja gak tenang gue!" Ucap Maira.

Keduanya kicep dan memilih untuk melanjutkan makanannya.

"Eh Kak Kathryn cantik banget," celetuk Akmal memandangi seorang gadis berjalan bersama seseorang. "Dih, si Mahesa ngapain sih disitu?"

"Minimal pacaran kek mereka tuh, cocok banget berdua." Ucap Wina.

"Apaan?! Kak Kathryn punya gue ya!"

"Ngimpi." Cibir Wina.

Maira menoleh ke belakang, melihat Kathryn dan Mahesa yang sedang mencari bangku kosong. Lalu, ia melanjutkan makannya seolah tak peduli dengan pemandangan ini.

"Kak Kathryn? Sini gabung."

Akmal GOBLOK!

Maira menghentikan makannya ketika Kathryn dan Mahesa berjalan kemari. Sekarang, keduanya sudah berada di hadapan bangku mereka.

"Hallo Kak Kathryn? Mahesa?" Sapa Wina.

"Hai Kak Rin, Mahesa gak hai!" Sapa Akmal.

Dih?

"Kita boleh gabung kan?" Ucap Kathryn.

"Boleh kak sini," Akmal menggeser duduknya ke bangku sebelah. Kemudian Kathryn dan Mahesa duduk bersebelahan, pas di hadapan Maira.

"Makasih yaaa!"

"Cie berdua mulu," ucap Wina.

Wina gak ngerti apa, kalau sahabatnya lagi dilanda api cemburu. Jelas iya, karena Wina belum tahu kalau Maira menyukai Mahesa.

Kathryn hanya tersenyum pelan. "Ah tadi kebetulan abis dari ruang seni bareng,"

"Kalian mau lomba ya?" Tanya Wina basa basi.

"Semangat Kak Kathryn!" Ucap Akmal.

"Hehe makasih ya,"

Maira semakin dibuat terbungkam, dirinya tak tau mau nimbrung apa. Terlebih, tatapan Mahesa terhadapnya tak bisa ia artikan.

"Lo kok diem aja?" Mahesa membuka suara.

"Hah? Gue?" Maira menunjuk dirinya sendiri.

"Siapa lagi coba yang gak ngomong dari tadi Maira. Maaf ya Hes, Maira emang introvert akut." Ucap Wina.

Maira hanya terkekeh pelan. "Semangat ya kalian lombanya,"

"Ehh gue jarang liat lo, deh. Kelas mana?" Tanya Kathryn.

"Mipa dua kak!"

Kathryn mengangguk paham. "Hes? Mau makan apa?"

"Terserah lo mau apa?"

"Nasi goreng aja, sama thai tea."

Mahesa mengangguk. "Biar gue yang pesen, lo tunggu disini aja."

Wina menopang dagunya sambil senyum-senyum sendiri melihat interaksi Kathryn dan Mahesa. Gadis berambut pendek itu menyenggol bahu Maira. "Gemes banget ya mereka."

Maira tersenyum sumir.

Ketika Mahesa sudah berjalan pergi. Kathryn menatap Maira dengan penuh selidik. "Eh lo cantik deh," ucap Kathryn menunjuk Maira.

Tiba-tiba banget? Muji Maira?

"Eh kak? Makasih hehe."

"Menurut gue sih lo lebih cantik kak, si Maira cantik-cantik lemot." Sahut Akmal.

Maira menonjok lengan Akmal kesal. "Emang gue cantik, kenapa hah?" Tanya Maira sengak pada Akmal.

"Noh kan kak liat si Maira, muka doang kalem, aslinya galak!" Kata Akmal sambil mengusap lengannya.

Kathryn tertawa pelan. "Kalian cocok banget." Celetuknya.

"HAH???" pekik Maira dan Akmal berbarengan.

"Gue sih gapapa, Maira kalau di ajak jalan gak malu-malu in amat sih..." ucap Akmal.

"Gue gak mau sama lo ya!" Kata Maira.

"Ihh cocok kan kalian tuh!" Kata Kathryn gema sendiri.

"Siapa?" Mahesa tiba-tiba sudah ada di samping membawa nampan berisi pesanan dia dan Kathryn.

Kathryn menunjuk Maira dan Akmal. "Mereka, iya kan?"

Wina mengangguk semangat. "Cocok jadi pasangan tergoblok dan terlemot!"

Maira mendengus kasar. Sementara Akmal merangkul Maira dari samping. "Noh katanya kita cocok loh, Ra!"

Kini Mahesa terlihat mengeraskan rahangnya. Ia menyimpan nampan kasar hingga terdengar debaman keras akibat benturan nampan dan meja.

Tangan panjangnya langsung menepis lengan Akmal di bahu Maira.

Perlakuan Mahesa jelas membuat keempatnya ini mematung seakan heran dengan yang dilakukan Mahesa. Begitupun Kathryn yang menatap tak percaya.

"Apasih, Hes? Gak cukup apa Kak Kathryn?" Ucap Akmal dengan tatapan sengit. "Suka lo sama Maira?"

Akmal dan juga Mahesa saling melempar tatapan sulit diartikan. Pertanyaan Akmal—membuat ketiga perempuan disini seolah menunggu jawaban pasti dari Mahesa sendiri.

"Mahesa makasih ya, ini punya gue kan?" Ucap Kathryn seperti malas melihat perdebatan ini.

"Akmal!" Panggil Maira sambil menahan bahu teman lelakinya ini. "Udah lanjut makan,"

Setelahnya, Akmal hanya nyengir tidak jelas. "Serius amat, Hes! Gue tau jawabannya pasti enggak. Masa iya lo suka sama cewek aneh modelan Maira hahahahaha." Kekeh Akmal.

"Memang!" Sahut Mahesa.

Memang gak suka Maira?

Tolong yang jelas Mahesa.

Terus perlakuan yang sudah-sudah maksudnya apa? Nganterin pulang, telpon malem-malem, pegangan tangan, berangkat bareng, melindungi Maira dari hujan dengan jaketnya, dan sekarang...?

Memang salah Maira, sudah terbawa perasaan sampai sejauh ini. Harusnya ia paham, apa pantasnya gadis biasa bersanding dengan  Mahesa Fahrenza.

Makanan dihadapannya kini berubah hambar, tak ada selera makan lagi. Maira hanya ingin kembali ke kelas secepatnya, dan melupakan kalau ia menyukai Mahesa.

Si tampan hanya untuk si cantik.

Kathryn lebih cocok untuk itu.














"Memang suka!"

Bersambung...

I.N as Akmal

N as Akmal

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
To be mine✔️Where stories live. Discover now