1. Eye contact

252 32 3
                                    


Menurut kalian rasa kagum itu bertahan berapa lama sih?

Awal mula Maira mengagumi Mahesa, ketika masa orientasi sekolah setahun yang lalu.

Definisi cinta pada pandangan pertama, ketika lelaki yang memiliki tubuh cukup tinggi dibandingkan teman-temannya itu menyanyikan lagu yang membawa kesan baper bagi siapapun yang mendengarnya. Judulnya, Simpan Rasa dari Vadel, ketika hari terakhir MOS waktu pensi setiap gugus kala itu.

Mungkin saja, bukan hanya Maira yang manyukai suara indah milik Mahesa, ketika itu semua orang berteriak histeris mendengar angelic voice milik lelaki itu.

Maira selalu bertanya pada orang yang memiliki suara bagus. Apa enggak pernah makan gorengan apa ya? Sampai-sampai punya suara seperti itu.

Setelah masa orientasi berlangsung, Mahesa di rumorkan dekat dengan kakak osis dan waktu itu menjadi kakak pendamping gugus Mahesa.

Fyi, katanya kakak osis itu yang mendekati Mahesa. Kakak osis tercantik menurut Maira, rambutnya panjang hitam legam, proporsi badannya bagus, bahkan jika disandingkan dengan Mahesa akan terlihat sangat pas. Mereka sama-sama tinggi. Pokonya cocok banget.

Kakak OSIS itu juga banyak yang suka diantara teman lelaki Maira. Ya siapa yang gak suka sih, sama dewi sekolah? Bahkan Maira sendiri selalu terkagum-kagum dengan wajah gadis yang nyaris menjadi kekasih Mahesa.

Maira sempat hendak mundur, dan berhenti menyukai Mahesa namun ketika ia mendengar bahwa Mahesa menolak, sebuah kesempatan untuk menyukai dalam diam muncul lagi.

Maira akan terus begini, dalam diam mengagumi Mahesa, tanpa melangkah lebih jauh hanya karena ingin mendapatkan hatinya.

Maira lebih suka seperti ini, walau ia sering kali merasa cemburu ketika Mahesa bersama perempuan lain.

Maira...

Kamu siapa Mahesa memangnya?

Maira tidak berharap perasaannya terbalas, karena menurutnya mengagumi Mahesa adalah sesuatu yang menyenangkan baginya.

Jadi, sampai sekarangpun begitu.




.....











Akhirnya, Maira bisa menghirup udara segar pagi-pagi ini. Setelah sekian lama di rumah karena pandemik setahun ini, yang mengharuskan Maira dan siswa lainnya bersekolah di rumah.

Kini, dirinya sudah memasuki kelas 11 semester 2. Tidak terasa, baru saja kemarin Maira menjadi siswa baru di sekolah menengah atas, dan kini dirinya sudah memiliki satu tingkat adik kelas dibawahnya.

Maira berjalan menelusuri koridor kelas 10, yang sudah dipenuhi anak siswa baru.

Di keramaian, Maira tertegun melihat seseorang yang selama belajar online di rumah, Maira rindukan. Siapa lagi kalau bukan Mahesa. Lelaki yang menjadi crush Maira selama di sekolah.

Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, ketika Mahesa dan ketiga temannya berjalan melewati dirinya. Punggung yang tegap, rambut rapi, serta kaki panjangnya yang melangkah lebar.

Diantara ketiga temannya yang tidak kalah tampan dari Mahesa sendiri, justru Maira tetap menjadikan Mahesa menjadi center. Karena hanya Mahesa lah yang menarik perhatiannya.

Kalau dipikir, ternyata sudah lama juga ia menyukai lelaki itu, hampir setahun lebih. Bahkan, tidak bertemu selama online class pun Maira tetap memantau lelaki itu di sosial medianya, di akun kedua pastinya. Karena Maira tidak ada nyali sama sekali untuk sekadar memfollow instagram Mahesa.

Ketika, Mahesa melewati Maira. Lelaki itu melirik Maira sekilas dengan tatapan datarnya. Tunggu? Maira dan Mahesa sempat eyecontact. Rasanya Maira ingin sekali terbang ke atas awan dan menari diantara bintang-bintang. Sadar Maira, ini sudah pagi mana ada bintang di atas langit?!

Maira bisa gila hanya karena dilirik oleh Mahesa. Ia langsung membuang muka kasar agar tidak terlihat memperhatikan Mahesa dari jarak yang lumayan dekat ini.

Mahesa berlalu begitu saja. Membuat Maira menghela napas dalam.

"Mairaaa!!!" panggil seseorang dengan suara cemprengnya.

Gadis itu menoleh mendapati Winara, atau sering dipanggil Wina. Teman sebangku Maira saat ini, karena semalam gadis itu meminta untuk sebangku dengannya ketika sekolah offline.

"Akhirnya sekolah offline, bisa cuci mata nih cari kakel ganteng." Kata Wina dengan ekspresi imut.

Iya Wina sangat imut dan cantik. Mungkin, baru beberapa hari sekolah Wina pasti sudah banyak yang suka. Sifat dirinya yang ceria siapa yang tidak tertarik?

Maira sendiri bingung, kenapa Wina memilih dirinya di sekian banyak teman perempuan lain yang lebih cantik, pintar, dan yang jelas asik di ajak main. Tidak seperti dirinya, nolep, introvert, pendiam—tidak, Maira tidak pendiam dengan orang yang menurutnya dekat, namun jika ia bertemu dengan orang baru, Maira sulit sekali untuk basa-basi duluan.

Karena itu juga, alasan Maira hanya menyukai Mahesa dalam diam.

Mahesa lagi...

Ngomong-ngomong, Mahesa itu kelas 11 IPA 1 sementara Maira 11 IPA 2. Tidak menyangka akan tetanggaan kelasnya.

"Ayok ke kelas, kita ambil bangku deket jendela ya, Ra? Biar kalau kakak kelas ganteng lewat bisa lirik-lirik,"

Maira memutar bola matanya malas. "Yaudah iya,"

"Ra? Gue abis beli parfum baru di miniso. Wangi gak?" kata Wina sambil membuka tutup parfum kecil itu.

"Wangi."

"Gue bawa bekal nasi goreng. Lo bawa apa?"

"Hmm ayam goreng."

"Nanti anter gue beli minum ke kantin dulu ya, gue lupa bawa minum!"

"Iya."

"Maira! Lo semangat sekolah gak sih?" kata Wina berhenti.

"Semangat kok!"

"Kok lemes banget sih? Lo sakit?"

"Enggaa Wina, mending kita langsung ke kelas aja." Kata Maira sambil merangkul Wina untuk berjalan ke kelas.


***


Pukul satu siang, kelas 11 IPA 2 pelajaran sejarah lintas minat Pak Abdul. Maira sudah kesekian kalinya menguap dan mengerjapkan matanya, agar tetap tersadar untuk memperhatikan suara Pak Abdul yang sedang menceritakan tentang materi pembelajaran.

Pak Abdul yang notabenenya guru hobi cerita, Maira merasa sedang di dongengkan oleh guru itu, harus bersikeras menaham kesan kantuk di matanya.

Maira melirik sekitar kelas, yang tersisa hanya anak barisan depan saja yang memperhatikan, sebagian besar penghuni belakang sudah tidur dengan kepala bertumpu di meja dan ditutupi oleh buku. Pak Abdul tidak peduli dengan keadaan kelas, yang terpenting ia telah menyampaikan materi.

"Win? Jangan tidur!" ucap Maira membangunkan teman sebangkunya.

Wina terlihat menggeliat perlahan. "Ngantuk banget, suara Pak Abdul halus bikin gue pengen tidur."

"Iya sih, cuman Pak Abdul kasian. Dari tadi ngoceh gak ada satupun yang merhatiin."

"Yaudah lo aja perhatiin, Ra."

Maira menghela napas jengah. Ia kembali memperhatikan guru dengan kacamata minus tebal itu sedang bercerita. Ia menoleh ke jendela, ada beberapa murid lainnya yang berlalu lalang lewat depan kelas.

Namun, pandangannya menangkap sesosok lelaki tinggi, yang tak lain adalah Mahesa sendiri melirik ke dalam kelasnya.

Mereka saling beradu tatap untuk kedua kalinya.

Mahesa langsung melengoskan pandangan, setelah berhasil menatap Maira disini. Lelaki itu berjalan seolah tidak melihat apa-apa.

Tidak seperti halnya Maira, yang tadinya ia merasakan kantuk yang luar biasa, berubah jadi seger hanya karena melihat mas crush lewat depan kelas.

Tak ia sadari, sebuah senyuman terbit di wajahnya.

Lagi dan lagi...

To be mine✔️Where stories live. Discover now