4 cats

604 92 7
                                    

Yeji mengucek-ngucek matanya dan mulai menetralkan pandangannya. Setelah merasa cukup aktivitas mengucek matanya, pemandangan yang pertama kali lihat adalah Jeno yang ada dibawahnya. Suaminya itu masih terlelap nyenyak dengan tangannya yang memeluk pinggang Yeji.

Wajah tenang dan polos itu membuat Yeji terkekeh, Jeno seperti bayi saja kalau tidur. Kemudian Yeji menepuk pelan pipi Jeno yang masih nyenyak tidur di sekitaran dada Yeji.

"Hey, bangun."

Tak ada respon, Yeji sedikit menambah kekuatannya menepuk pipi Jeno.

Merasa terusik Jeno mulai menggeliat. "Aku harus menyiapkan sarapan, aku harus membantu eomma," ucap Yeji masih menepuk pipinya.

Tidak kunjung bangun, Jeno malah lebih mendusel di leher Yeji. Rambut Jeno yang lembut itu kadang membuat geli lehernya.

Daripada menunggu Jeno, Yeji berinisiatif bangun lebih dulu saja. Tapi tangan Jeno yang di pinggangnya malah menahan pergerakan Yeji.

"Jika kau masih ingin tidur, tidurlah, aku akan membantu eomma mu dulu ya," kata Yeji selembut mungkin agar Jeno bisa melepaskannya.

"Tidak mau," ucap Jeno dengan nada serak.

"Astaga... Aku tidak enak jika tidak membantu ibu mertuaku, sayang..."

"Cium dulu."

"Pagi-pagi sudah minta yang aneh-aneh saja."

"Kalau tidak mau ya sudah." Jeno menarik kembali Yeji lebih dekat dan tidak ingin Yeji bangun.

Yeji menghela nafas, dia mencium pucuk hidung Jeno yang mancung dan membuat sang pemiliknya tersenyum dengan mata yang masih terpejam.

Jeno melonggarkan tangannya dari pinggang Yeji dan akhirnya Yeji bisa bangun. Dia membenarkan pakaiannya yang sedikit melorot dan menguncir rambutnya.

Yeji terduduk di lantai kemudian ia menggusrak surai kehitaman Jeno.

Omong-omong mereka tidak tidur kasur milik Jeno, karena kasur Jeno single bed, jadi tidak mungkin cukup untuk tidur berdua. Pada akhirnya mereka memilih tidur di lantai bersama dengan kasur lipat yang dipinjamkan ibu Jeno.

Sebelum Yeji benar-benar turun, dia mencuci muka dan tak lupa menggosok gigi. Masalah mandi, nantian saja.

Saat menuruni tangga, Yeji tak mendengar apapun di belakang dan suasana rumah sepi sekali. Kemarin saja saat bangun tidur ia sudah mendengar suara gaduh di dapur yang disebabkan oleh ibu Jeno.

Dengan langkah cepat, Yeji langsung menuju dapur rumah Jeno. Disana belum ada ibunya Jeno.

"Eomma masih tidur?" gumamnya. Tapi tak mungkin ibu beranak dua itu bangun telat. Yeji mengintip setiap ruangan untuk mencari keberadaan beliau. Namun tetap saja tidak ada.

Netra Yeji terhenti saat melihat ada notes yang tertempel di kulkas. Ia pun langsung mengambil dan membacanya.

Maafkan eomma tidak bisa membuatkan sarapan dan bekal untuk kalian pulang nanti. Karena dini hari eomma mendapat panggilan dari kantor untuk berangkat bekerja subuh. Aku harap nak Yeji bisa membuatkan sarapan. Hati-hati untuk perjalanan kalian nanti. Sehat-sehat terus ya anak-anakku, aku menyayangi kalian.


Setelah membaca pesan singkat dari ibu Jeno membuat Yeji sedikit merasa sedih karena tidak bisa pamit secara langsung saat pulang nanti. Jeno dan Yeji berniat untuk melanjutkan liburan mereka di tempat lain.

"Aku menyayangimu juga, Lee eomma. Terima kasih sudah menerima kehadiranku disini," ucap Yeji mengembalikan notes itu dengan menempelkannya di kulkas.

WE GOT MARRIED || YEJENODonde viven las historias. Descúbrelo ahora