ignored

630 106 6
                                    

Yeji baru saja selesai membereskan dapur setelah membuat bekal untuk perjalanan panjang nanti malam. Mereka berencana memulai liburannya besok, dimulai mengunjungi orang tua Yeji. Mereka berangkat pada malam hari agar perjalanan tidak macet dan mereka tidak kecapekan karena jaraknya yang lumayan jauh.

Sekarang masih jam 3 sore, koper sudah disiapkan dari siang tadi tinggal memasukkan barang sisanya di tas ransel atau tas selempang.

Sengaja Yeji dan Jeno menyiapkan barang bawaannya lebih awal agar saat sudah selesai menyiapkannya mereka tinggal membersihkan tubuh dan mengisi energi untuk perjalanan panjang dengan istirahat sebentar.

Dan semuanya sudah beres, Yeji naik ke atas memasuki kamar untuk merebahkan badannya sebentar. Dia melihat Jeno di depan layar komputernya, entah sedang apa dia.

Komputer yang Jeno bawa dua hari yang lalu ditempatkan di meja yang berhadapan dengan kasur dan bersebelahan dengan meja rias Yeji serta lemari baju.

Yeji duduk di pinggiran kasur sambil menatap Jeno yang sepertinya asyik sendiri dengan komputernya. Apakah dia tidak menyadari kehadirannya?

"Jeno, apa yang sedang kau lakukan?"

Tidak ada sahutan, Yeji beranjak dari duduknya.

"Yeobo, dari siang sampai sore kau di depan komputer terus, apa yang kau lakukan?"

Yeji berdiri di samping Jeno, dan saat itu baru dia menyadari kehadiran Yeji. Mau menjawab tapi Yeji sudah melirik layar komputernya. Yeji mendapatkan jawabannya, Jeno tengah bermain game, dia tidak tahu game apa itu.

"3 jam main game, tidak bosan?" tanya Yeji.

"Aku baru saja membuka game-nya dan ini masih ingin memulai permainannya," balas Jeno melirik Yeji sebentar.

Yeji hanya menghela nafas, biarkan saja suaminya sebentar seperti itu.

Wanita itu kembali ke ranjangnya dan merebahkan tubuhnya dengan merentangkan kedua tangannya. Dia tidak berniat untuk memejamkan matanya, lagipula ia tidak mengantuk saat ini, hanya saja lelah sedikit.

Siang tadi, dia dan Jeno menyiapkan berbagai pakaian dan barang-barang lain untuk dimasukkan ke koper. Setelahnya dia memasak sendirian untuk bekal perjalanan nanti. Iya, sendirian. Jeno tak membantunya dengan alasan dia ingin mengecek projek grupnya di komputer.

"Istirahatlah sebentar, kau akan menyetir nanti," ucap Yeji.

Dan lagi-lagi tidak ada balasan dari ucapannya tersebut.

"Tidak mungkin 'kan kau akan membawa komputermu itu???" ucap Yeji sambil melirik Jeno yang terlihat punggungnya saja dari atas ranjang.

"Lee Jeno."

"Hm?" Akhirnya dia menyahut meski hanya berdehem.

"Kemarin malam aku mimpi kita sudah ada di rumahku, ibu dan ayahku tampak bahagia melihat kedatangan kita, mereka memperlakukanmu dengan baik, aku senang melihatnya."

"Apakah aku benar-benar rindu ibuku sampai terbawa di mimpi? Atau aku yang tidak sabar dengan perjalanan nanti hingga esok??"

"Tapi memang kenyataannya aku tidak sabar sekali..."

Setelah Yeji bercerita, dia tengkurap, kembali menatap punggung suaminya yang tidak ada pergerakan sama sekali setelah dia bercerita.

Merasa ceritanya tidak dapat ekspresi atau umpan balik, Yeji pun kembali beranjak. Dia berharap jangan dicueki untuk sekarang ini.

Dia kembali berdiri di samping Jeno. Mata suaminya begitu fokus pada layar komputernya, dan juga jari-jarinya yang lihai memencet tombol keyboard maupun mouse-nya.

WE GOT MARRIED || YEJENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang