appreciation

748 130 17
                                    

Jeno mengerjap menetralkan indranya, cahaya telah masuk dari ventilasi kamarnya. Dia terduduk kemudian menoleh ke samping, Yeji sudah tidak ada di sampingnya yang artinya dia sudah bangun lebih dulu darinya.

Setelah membasuh muka dan kumur-kumur, Jeno yang masih berada di anak tangga paling atas sudah mencium aroma yang bisa membuat perutnya bergetar dan berbunyi. Dengan langkah cepat ia turun dan menemukan istrinya sedang sibuk berkutat di dapur.

Tidak menyadari kehadirannya, Yeji terkejut setengah mati saat Jeno memeluk pinggangnya di balik celemek putih. Yeji sampai memekik nyaring, untung saja orang yang memeluknya itu tidak di lempari sup yang masih panas di atas kompor.

"Lee Jeno, kau ingin aku mati muda, huh?!" Itu yang bisa Yeji katakan setelahnya.

Jeno tak membalas ucapan tersebut, dia masih nyaman memeluk istrinya itu.

Tiba-tiba jantung Yeji berdetak lebih cepat dan membuat dirinya meremang seketika saat kepala Jeno mencari posisi nyaman di lehernya.

"Jeno-ssi, h-hentikan.. aku tidak bisa memasak..."

"Hum??" Jeno tak mendengar apa yang Yeji ucapkan barusan, dia sibuk dengan posisinya.

"Lepaskan, aku tidak bisa bergerak, telurnya akan gosong itu."

Memang benar, kompor sebelah digunakan untuk memasak telur goreng dan itu hampir gosong jika Jeno tak segera melepasnya.

Yeji cepat-cepat membereskan telur setengah gosong itu dan mematikan sup kimchi jiggie yang sudah matang, kemudian ia berbalik. Dia hendak memarahi Jeno.

"Lihat, telurnya hampir gosong karena ulahmu," omel Yeji sambil menunjukkan telur tersebut dengan dagunya.

Jeno tak peduli.

"Morning kiss?"

Yeji mendelik, bagaimana bisa suaminya itu meminta hal tersebut setelah hampir menggosongkan telur yang ia masak?

"Tidak ada, salah siapa berulah di pagi hari."

Jeno melengkungkan bibirnya ke bawah, mata bak anak anjing itupun menyorotkan kesedihan. Sedangkan Yeji, dia berpindah di sisi lain. Dia menyelesaikan manisan lobak yang ia buat untuk pertama kalinya.

Tapi lagi-lagi, seorang Lee Jeno memeluk kembali tubuh istrinya lebih erat dan membuat si empu lebih susah bergerak.

"Morning kiss dulu baru aku lepas."

Yeji mulai jengah, ia memutar bola matanya. Daripada sarapannya tidak jadi, Yeji pun mengalah.

"Baiklah. Setelah itu, kau duduk diam di meja makan sembari menunggu sarapannya siap semua."

Jeno tersenyum sumringah, yang tak diketahui Yeji karena ia masih memeluk Yeji dari belakang.

Perempuan itu berbalik setelah Jeno melonggarkan pelukannya. Jantung Yeji sebenarnya masih berdebar dari tadi. Saat hendak Yeji mendekatkan kepalanya, Jeno menarik pinggangnya dan mereka berdua terlihat menempel sekali.

Yeji memberi kecupan singkat di bibir Jeno. Secepat mungkin dia berbalik untuk menyembunyikan pipinya yang merona.

Jeno terkekeh melihat Yeji yang tersipu. Dia pun duduk anteng di meja makan sambil menatap Yeji yang sedang menyiapkan sarapan mereka.

Beberapa menit kemudian, Yeji membawa satu persatu lauk dan menaruhnya di meja makan. Sudah ada sup kimchi jiggie, telur goreng, dan manisan lobak di atas meja. Ia juga mengambilkan dua mangkuk nasi untuk suaminya dan dirinya sendiri.

Membiarkan sang suami mencicipi lebih dulu masakannya, Yeji melihat pergerakan Jeno menyuapkan satu sendok masakannya ke dalam mulut. Yeji menanti-nanti bagaimana tanggapan suaminya, karena ini pertama kalinya semua lauk sarapan ia buat sendiri.

WE GOT MARRIED || YEJENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang