take turns

508 104 15
                                    

"Tidak ada yang ketinggalan lagi?" Pertanyaan yang sukses membuat dua orang beda jenis kelamin menoleh dengan kompak.

Ibu Yeji menghampiri anaknya beserta menantunya yang berada di ruang tamu.

"Tidak, meskipun ketinggalan juga tidak apa-apa, ketinggalan di rumah sendiri," ucap Yeji.

Tak lama kemudian ayah Yeji menghampiri mereka yang berada di ruang tamu.

"Aku berangkat kerja duluan ya," ucapnya.

"Iya, appa," Yeji memeluk ayahnya. "Appa jaga kesehatan ya, senang bisa bertemu appa, aku akan merindukanmu, appa."

Ayah beranak dua itu terkekeh mendengar penuturan putri bungsunya, "appa juga senang kamu balik ke rumah. Semoga liburannya menyenangkan ya.. setelah ini kalian ke rumah besan 'kan?" tanyanya sambil menatap Yeji dan Jeno secara bergantian.

Yeji mengangguk.

"Aku titip salam ya," ucapnya sembari melepas pelukannya dengan Yeji.

Ayah Yeji menghadap ke Jeno, "aku senang Yeji bisa di sampingmu, aku titip dia ya, salam juga untuk orang tuamu." Ayah Yeji memeluk singkat Jeno.

"Tentu, appa..."

"Ya sudah, aku berangkat dulu, takut telat."

"Yeobo, aku berangkat ya," lanjutnya sambil mencium kening istrinya.

Jeno yang melihat itupun merasa Yeji sangat beruntung lahir di keluarga ini. Keluarganya saling mencintai dan menyayangi, Yeji tidak akan pernah kurang kasih sayang. Dan kini dia ikut memberi kasih sayang kepada Yeji yang notabenenya adalah istrinya.

"Hati-hati di jalan," ucap ibu Yeji.

Ayah Yeji melambaikan tangannya dan keluar dari rumahnya untuk pergi bekerja.

Setelah kepergian ayah Yeji, kembali ke mereka berdua yang akan pergi juga dari rumah Yeji setelah 3 hari menginap.

Tiba-tiba ibu Yeji memberikan Jeno setoples yang entahlah isinya apa, Jeno tidak tahu karena tertutupi dengan kantong plastik berwarna merah.

"Ini ada mandu untuk ibumu, tinggal dikukus kembali atau digoreng," ucap ibu Yeji.

"Kenapa repot-repot, eomma..." ucap Jeno sambil membuka kantong plastik tersebut.

"Tidak repot, eomma membuatnya dengan sepenuh hati, semoga ibumu suka ya."

"Pasti suka, terima kasih, eomma," ucap Jeno dengan tersenyum hingga matanya ikut tersenyum.

"Ya sudah kalau begitu kita berangkat ya, eomma," ujar Yeji sambil menyampirkan tas selempangnya di pundak.

Wanita paruh baya itu langsung memeluk Yeji, mengelus rambut Yeji, "eomma bahagia sekali kalian bisa datang ke rumah dan menginap disini."

"Aku juga, aku sangat merindukanmu, eomma.. andai kita bisa lama disini, tapi kita harus bagi-bagi hari untuk berlibur," ucap Yeji merenggangkan pelukannya.

Ibu Yeji beralih pada Jeno dan menangkup tangan kekar Jeno, "terima kasih ya nak Jeno bisa jaga Yeji, bisa selalu disampingnya, eomma senang sekali kalian bisa bersatu kembali. Kalau Yeji nakal atau susah dibilangin, tidak usah segan untuk menasehatinya, atau bisa langsung telepon eomma saja, biar eomma yang menasehatinya nanti."

"Iya, eomma. Terima kasih juga sudah melahirkan gadis secantik ini, aku akan memberinya kasih sayang lebih banyak lagi."

Yeji yang mendengar itu semua tak bisa menahan malu hingga pipinya muncul semburat merah.

Jeno melirik istrinya yang malu itu, kemudian terkekeh.

"Ya sudah, sana cepat berangkat, ibumu pasti juga sudah menunggu kalian," ucap ibu Yeji menjauhkan tangannya dari tangan Jeno.

WE GOT MARRIED || YEJENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang