BAB 2 | HARDER

24 10 7
                                    

"Maka carilah rezeki di sisi Allah, kemudian beribadah dan bersyukurlah kepada Allah. Hanya kepada Allah kamu akan dikembalikan.” (QS Al-Ankabut:17).
***


“Alhamdulillah ....”

Nura baru saja mengambil uang dari mesin ATM yang tersedia di lingkungan kampusnya, dengan senyum yang terbit di wajahnya. Nura memasukan uang yang keluar dari mesin ATM dengan angka dua beserta angka nol berderet enam kali di belakangnya, dia simpan ke dalam dompet.

Seperti yang sudah diberitahukan oleh dosen pembimbing akademiknya pada awal semester, Nura berusaha keras untuk mendapatkan IP 3,00 sebagai salah satu syarat mendapatkan beasiswa. Target Nura adalah mendapatkan beasiswa dari salah satu bank yang bermitra dengan kampusnya. Beasiswa itu memberikan kepada para penerimanya, sejumlah uang yang langsung masuk ke rekening masing-masing.

Sederet rasa syukur terucap dari mulut Nura, saat dia berhasil mendapatkan beasiswa itu.
Nura melenggang dengan hati yang riang dan senyum yang tidak kunjung luntur dari wajahnya. Dia bisa membayar uang untuk indekos dan juga uang saku saat nanti berangkat kunjungan ke tempat praktik lapangan bersama dengan teman dan juga dosen jurusannya. Nura ingat, dia pernah bernazar kalau sampai dia berhasil mendapatkan beasiswa itu, dia akan memberikan sedikit dari rezekinya kepada mereka yang membutuhkan.

Nura membuka tas dan mengambil ponsel pintar miliknya, segera dia menghubungi nomor Julia.  “Assalamualaikum, Julia.” Suara Nura terdengar saat kata halo terdengar dari seberang telepon.

“Julia, kamu ada di indekos kan?” tanya Nura setelah mendapatkan jawaban dari salam yang dia ucapkan kepada sang penerima telepon.

“Alhamdulillah ... syukurlah, kamu ada di indekos. Bantu aku ya Julia, aku ingin berbelanja sembako di pasar, aku butuh bantuanmu, kamu bisa kan bantu aku?” kata Nura mengutarakan maksudnya.

Setelah Nura mendapatkan jawaban dari Julia, Nura kembali berucap syukur. “Nuhun Julia, antosan abdi nya*1), Assalamualaikum,” tandas Nura lalu mematikan panggilannya.

“Assalamualaikum,” ucap seseorang membuat Nura membalikan badannya dan menatap orang itu.

“Waalaikumsalam, iya, ada apa, Kang?” tanya gadis itu saat mendapati laki-laki yang mencegah langkahnya adalah kakak tingkat di jurusannya, Parta.

Parta tersenyum. “Bade ka mana*2), Neng Nura?”

Bibir Nura menukik ke atas membalas senyum dari laki-laki itu. “Oh, ini Kang Parta, Nura baru saja mau pulang ke indekos.”

Parta mengangguk. “Mau Akang antar, Neng?”

Nura menggeleng cepat. “Tidak usah, Kang, terima kasih. Nura bisa pulang sendiri kok, biasa jalan kaki,” jawab gadis itu, diakhiri dengan senyum yang terpatri di wajahnya.

Biar bagaimanapun letak indekosnya terbilang dekat dengan kampus, dan dapat ditempuh hanya dengan berjalan kaki. Selain itu, bukannya Nura besar rasa atas tawaran Parta kepada dirinya. Laki-laki yang menjadi kakak tingkat berbeda dua tahun darinya itu, terlihat maju tak gentar setiap kali berhadapan dengan Nura.

Semenjak kejadian pada saat PAB atau Pengukuhan Anggota Baru, sebuah acara yang diadakan oleh jurusan, kepada para mahasiswa baru yang ikut serta di dalam organisasi jurusan.

Acara PAB ini diadakan selama tiga hari dua malam, di daerah Panaruban, Subang, Jawa Barat. Acaranya hampir mirip dengan acara pengukuhan anggota pramuka pada saat di bangku sekolah dulu.
Saat itu, Nura dan kelompoknya tiba di pos senior, di sana ada Parta. Saat semua anggota kelompok Nura datang terlambat, karena di pos sebelumnya mereka kewalahan menyelesaikan tantangan. Akhirnya saat di pos yang dijaga Parta, mereka semua mendapatkan hukuman. Sayangnya, Nura sempat menjadi pengecualian dari Parta.

Jalan Takdir Where stories live. Discover now