8

205 12 1
                                    

Setelah makan siang mereka bertiga duduk di sofa bersama dengan menonton sebuah film, tidak ada percakapan yang berarti ketiganya sibuk dengan film yang sedang di putar.

"Kyl boleh aku mengusap perutmu?" izin Jeff saat melihat Kyla yang terlihat mengusap perutnya yang sedikit buncit dengan lembut.

"Boleh Jeff, tapi usia kandunganku masih tiga bulan jadi belum terlalu bisa merasakan pergerakannya." Kyla tersenyum lembut.

Aura langsung menatap Jeff yang terlihat sangat senang dan langsung mengusap perut buncit Kyla dengan tatapan cinta itu yang masih terasa begitu kuat dan masih tetap ada.

Melihat interaksi keduanya dan betapa nyamannya Kyla saat perutnya diusap oleh Jeff, membuat Aura merasa seperti melihat potret sebuah keluarga kecil yang bahagia dan sedang menunggu kelahiran sang buah hati.

Aura merasa iri tentu saja, sampai dia menerawang kapan dia bisa seperti Kyla maksudnya mendapatkan senyuman tulus dan tatapan mata penuh cinta seperti itu dari Jeff.

Kenapa rasanya sangat sulit untuk dia dapatkan sebegitu buruk, 'kah dirinya hingga tidak pantas mendapatkan cinta Jeff?

Kyla melihat Aura yang melamun lalu menghela napasnya kasar dan hal itu membuat Kyla tidak nyaman, dia merasa tidak enak. "Ra, kau baik-baik saja?"

Mendengar pertanyaan Kyla membuat Aura langsung menatapnya dan mengulas senyumnya tipis, Jeff masih menatapnya dengan tatapan yang sangat sulit untuk diartikan. "Aku baik-baik saja Kyla."

"Kau tadi melamun. Apa yang sedang kau pikirkan, ada yang menganggu pikiranmu? Kau bisa berbaginya dengan kami." ucap Kyla dengan lembut.

Aura menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak ada Kyla, aku baik-baik saja."

"Sungguh?" tanya Kyla dengan wajah khawatirnya.

"Iya aku baik-baik saja, orang yang melamun belum tentu ada masalah dan sedang memikirkan jalan keluarnya bukan. Tadi aku melamun, hanya ingin saja dan tiba-tiba aku jadi merindukan ibu dan ayahku." ucap Aura dengan nada pelannya tapi matanya terlihat sedih.

"Baiklah, aku tahu merindukan orang tua itu sangat sulit untuk diatasi, jangan lupa doakan orang tuamu tenang di atas sana jika merindukan mereka." Kyla berbicara sangat lembut dan memang benar jika orangtua Aura sudah meninggal semuanya, ibunya karena kecelakaan dan ayahnya karena sakit.

"Tentu aku akan mendoa, 'kan mereka." ucap Aura dengan tersenyum lembut.

"Ya ampun, aku harus segera pulang. Ini sudah sore jika Jeremy tahu, aku belum pulang nanti dia bisa marah." Kyla terlihat panik saat matanya tidak sengaja melihat jam dinding.

"Aku antar Kyl." ucap Jeff dan Kyla mengangguk setuju.

"Aura, aku pulang dulu ya. Baiklah jika kau baik-baik saja tapi ingat jangan sering melamun lagi ya." pesan Kyla dan Aura menganggukkan kepalanya pelan serta mengulas senyum lembutnya.

"Kapan-kapan main ke sini lagi ya dan terima kasih untuk bekal makanannya." ucap Aura dengannya lembut. "Jeff, antarkan Kyla pulang dengan selamat, awas saja jika kau sampai membuatnya terluka."

Jeff mengangguk mengerti, Kyla tertawa kecil mendengar ancaman Aura dan Aura tersenyum tipis.

"Dia akan menjagaku dengan sangat baik Aura, jangan khawatir." ucap Kyla dengan lembut.

"Tentu aku tidak akan membuatmu terluka Kyla." ucap Jeff dengan yakin.

"Baiklah hati-hati di jalan ya." Aura tersenyum tipis.

Setelah itu mereka pergi, Aura mengantarkan mereka sampai di luar hingga mobil menghilang dari pandangannya.

Aura masuk ke dalam rumahnya dan menghelah napasnya kasar, entah mengapa hatinya tiba-tiba merasa takut saat ucapan Shella yang menyuruhnya untuk menjaga Jeff dan tidak membiarkannya dekat dengan Kyla tampak sangat menganggu perasaan dan pikirannya.

Istri TerlupakanWhere stories live. Discover now