part6

218 17 1
                                    

Di rumah, Jeff memilih untuk langsung masuk dan pergi ke kamar mereka, meninggalkan Aura begitu saja.

Aura hanya bisa menghela napas dan ikut masuk juga tapi kali ini dia tidak akan langsung menyusul Jeff, dia akan membiarkan Jeff sendiri dulu untuk sekarang.

Tujuannya kali ini, pergi ke dapur Aura berencana membuatkan segelas teh chamomile, kemarin Aura melihat jika Jeff membeli teh itu dan dia akan menyeduhnya kali ini, mungkin bisa sedikit memperbaiki mood Jeff yang buruk.

Setelah selesai, Aura pergi ke kamarnya, mengetuknya pelan lalu membuka kenop pintu kamarnya dan masuk ke dalam. Di dalam kamar dia melihat, Jeff yang tampak begitu frustasi dengan rokok di tangannya serta botol minuman beralkohol, yang Aura sendiri tidak tahu Jeff dapatkan dari mana minuman beralkohol dan rokok itu. Dia juga baru tahu jika Jeff bisa merokok padahal yang Aura tahu, pria itu sangat menjauhi sesuatu penenang yang mengandung nikotin itu.

"Jeff, apa yang terjadi?" tanya Aura yang terkejut lalu menaruh teh buatannya di meja nakas dan langsung mendekati Jeff yang terduduk di bawah lantai.

"Kyla telah hamil anaknya Aura, dengan pria brengsek itu. Aku sangat membenci suaminya!" ucapnya dengan sangat frustasi dan juga sedih.

"Kenapa kau harus marah? Itu jalan takdir kehidupannya dan kebahagiaan keluarga kecil mereka, Jeff. Kau harus bisa menerima hal itu, sepahit apapun rasanya kau tidak boleh marah, bukan, 'kah kau mencintai Kyla maka kau juga harus bahagia melihat dia bahagia, dengan cintanya." ucap Aura dengan lembut memberi pengertian.

"Iya aku tahu tapi di sini rasanya sesak Au." aduh Jeff dengan menunjukkan dadanya. Aura yakin pikirannya sudah tercampur dengan efek alkohol meskipun jika dilihat Jeff masih sadar seratus persen, hanya saja hatinya terguncang melihat seseorang yang dia cintai telah hamil dengan pria pilihannya.

"Kau harus mengikhlaskannya maka rasanya akan lebih ringan, kau harus melepaskan rasa menyesakkan itu agar tidak sakit, kau juga harus ikut bahagia jika dia juga bahagia, kau harus menghargai dan menghormati keputusannya. Mencintai seseorang tidak harus memaksanya untuk dimiliki, tapi kita juga harus dan bisa mengikhlaskannya karena yang terpenting adalah melihat kebahagiannya, melihat dia tersenyum tulus dan menjalani hari-harinya dengan penuh senyuman, bukankah itu sudah cukup untuk membuktikan rasa cintamu Jeff." nasehat Aura dengan panjang.

Dan tumpah, 'lah Air mata Jeff, Aura langsung membawanya ke dalam pelukannya. "Aku kira melepaskan, mengikhlaskannya dengan pria lain itu mudah bahkan untuk melupakannya juga. Aku begitu percaya diri bisa melakukannya tapi kenyataannya aku tidak bisa Aura, hatiku tidak bisa menerima hal itu rasanya sangat sakit."

"Iya aku tahu rasanya Jeff." ucap Aura pelan dan mengusap lembut punggung lebar Jeff. "Aku sangat tahu bagaimana rasanya Jeff, karena itulah yang aku rasakan. Bedanya aku mencoba menerima jalan takdir ini, aku mencoba menerimamu sekalipun kau tidak mau memberikan cinta untukku sedikit saja, dan yang terpenting aku mengikhlaskan cintaku yang masih kau gantung seperti harapan yang tak nyata."

Jeff menangis dalam dekapan Aura dan Aura yang masih sangat setia mengusap dan menepuk punggung Jeff dengan lembut agar Jeff tenang, sesekali dia bersenandung kecil. Pada akhirnya Jeff mulai terlihat tenang, lalu Aura mengajak Jeff untuk berdiri dan menyuruhnya untuk berbaring di ranjang.

Lalu sebelum dia memberikan teh nya, dia memberikan minum air minum agar Jeff minum terlebih dahulu. Beruntung Aura selalu membawa air minum ke dalam kamar jadi dia tidak perlu repot untuk keluar mengambilnya.

"Ini teh chamomile, kurasa bisa sedikit membuatmu tenang. Kemarin kau bukan, yang membelinya." ucap Aura dengan lembut dan Jeff menerimanya dengan senang hati, dia menyesap dan meminumnya secara perlahan.

Aura mematikan puntung rokok yang masih menyala, meskipun rokoknya telah hampir habis menjadi abu lalu membuang botol alkohol yang masih tersisa sedikit ke dalam tong sampah. Semua yang dia lakukan, tidak luput dari pandangan Jeff yang begitu memperhatikan Aura.

"Istirahatlah, aku akan membuang sampah botol minumanmu. Lain kali jangan minum dan merokok lagi ya, itu tidak baik untuk kesehatanmu." ucap Aura dengan lembut lalu beranjak untuk keluar.

Tapi Jeff memanggil namanya dan membuat langkahnya terhenti. "Terima kasih Aura, maaf aku merepotkanmu."

Aura membalik badannya dan tersenyum lembut. "Sama sekali tidak direpotkan Jeff, karena kau suamiku."

Setelah mengatakan itu Aura keluar dari kamar dan Jeff tertegun mendengar ucapan Aura, membuatnya menundukkan kepalanya serta menatap gelas tehnya. Entah mengapa ucapan Aura, cukup mengganggu hatinya.

Di luar kamar, Aura hanya bisa menghela napasnya kasar. Hatinya jujur sangat sakit, melihat Jeff seperti itu tapi dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apalagi untuk bisa membuat Jeff berpaling dari Kyla dan menatap dirinya. "Tidak apa Aura, ini sudah biasa. Kau bisa menahannya demi Jeff, jangan merasa terluka, ini pilihan hidupmu."

Selesai membuang sampah Aura kembali masuk ke dalam kamarnya lalu melihat Jeff yang tertidur masih dengan menggunakan sepatunya, Aura melepaskan sepatunya lalu menyelimutinya.

Setelah itu dia membersihkan dirinya dan kembali keluar lagi, Aura memilih untuk tidur di ruang keluarga alasannya karena ingin memberi ruang agar Jeff bisa menenangkan dirinya. Dia takut jika kembali ke ke dalam kamar, Jeff akan terganggu dengannya karena bagaimana pun sikap Jeff yang sudah berubah, pria itu masih belum bisa menerimanya sepenuhnya.

Karena benar-benar sangat kelelahan, Aura akhirnya jatuh tertidur di sofa ruang keluarga tapi beberapa menit kemudian, dia dibangunkan oleh Jeff dan membuatnya terkejut.

"Jeff...." panggil Aura setengah sadar dan berusaha untuk bangun. "Kau tidak tidur? Ini sudah malam beristirahatlah."

"Kenapa tidur di sini, kenapa tidak di dalam kamar?" tanya Jeff dengan wajah dinginnya lalu duduk di sebelah Aura.

"Maaf Jeff, aku hanya ingin memberimu ruang untuk menenangkan diri. Aku takut menganggumu tadi." Aura berbicara pelan dan menundukkan kepalanya.

"Aku baik-baik saja, maaf membuatmu khawatir. Maafkan aku juga telah bersikap kekanakan dan menyinggung perasaanmu dengan tingkahku yang bodoh karena marah Kyla hamil anak suaminya. Seharusnya aku tidak bersikap seperti itu dan menghormatimu sebagai istriku dengan tidak menyinggung wanita lain di dalam pernikahan kita. Kau juga benar, aku harus bisa merelakan dia bahagia dengan pria lain karena bahagia dia juga bahagiaku, bukan justru ingin bersikap egois." Jeff berbicara sangat panjang dengan nada lirih dan membuat mata Aura seketika itu juga terbuka, rasa kantuknya menguap seketika.

Aura sangat tidak menyangkah Jeff akan berbicara seperti itu padanya dan meminta maaf juga, Aura sangat bahagia. "Tidak apa Jeff, jangan dipikirkan lagi. Aku tahu rasanya merelakan seseorang yang kau cintai begitu dalam dengan orang lain itu tidak mudah untuk dilakukan."

Jeff memeluk Aura dengan tiba-tiba, "Maafkan aku Aura."

Aura tersenyum dan mengusap punggung suaminya dengan lembut. "Aku sudah memaafkanmu, jadi jangan pikirkan lagi, sekarang ayo kita masuk ke dalam kamar dan beristirahat."

"Terima kasih sayang." Jeff mencium kening Aura dengan hangat dan kembali membuat Aura merona merah dengan senyum bahagia yang tidak dapat disembunyikan, dia sangat senang dengan perhatian kecil yang Jeff berikan padanya. "Jangan tidur di sofa lagi. Tidur di kamar saja denganku, kau istriku bukan orang lain."

Aura mengangguk mengerti dengan senyum lembutnya lalu mereka berdua kembali masuk ke dalam kamar dan tidur bersama dengan saling berpelukan hangat.

TbC




Istri TerlupakanWhere stories live. Discover now