◄• 40 •►

4.5K 1.1K 105
                                    

Vote susah amat kayanya ngab wkwkwk jdi males update.

• ° • ♡ • ° •

Tok.. Tok..

Menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan. Hazel membuka pintu kamar Fazura, Mamanya.

Kepala Hazel menunduk, menutup pintu lalu menghampiri Mamanya diatas ranjang.
Ketika kepala Hazel terangkat, matanya bertatapan langsung dengan mata sang Mama yang ia rindukan.

Hati Hazel sakit, jujur.
Tatapan Fazura benar benar berhasil membuat perasaanya tak nyaman karena ingin ikut merasakan kesedihan itu.

"Mama.."

Hazel langsung merasakan pelukan dari Mamanya. Pelukan yang erat agar Hazel tak lagi pergi dari Fazura.

Hazel membalas pelukan Fazura, kepalanya bersandar di bahu kecil Mamanya dan matanya terpejam menikmati aroma manis khas wanita yang telah melahirkannya.

"Maafin aku, Ma."

"No. Mama dan Papa yang salah karena gak mengerti kamu, nak. Maafin Mama Papa, ya?" suara parau Fazura menusuk hati Hazel.

Tidak, Mamanya tidak boleh menangis.

Hazel menguraikan pelukan lalu tangannya membingkai wajah cantik Fazura, dua ibu jari menghapus air mata yang mengalir di pipi.

"Mama gak boleh nangisin anak nakal kayak Hazel. Mama 'kan lagi hamil, jangan bikin diri Mama sakit." Hazel memperlihatkan senyumnya yang mengatakan kalau ia baik baik saja. Tidak ada masalah diantara keluarga ini.

Fazura semakin menangis mendengarnya.
"Maafin Mama, Jel.."

Hazel memeluk kembali wanita tercintanya, dibalik punggung sang Mama, tangan Hazel menutup matanya sendiri untuk mencegah air mata keluar.

Hazel lemah.
Hazel akui itu.

Dirasa keadaan mulai tenang, Hazel kembali melepas pelukannya. Matanya menatap wanita cantik yang menjadi sumber kehidupannya, tangannya menggenggam tangan putih milik Fazura.

"Aku cuma mau Mama sehat selalu sampai ajal jemput aku duluan. Mama harus lihat senyum aku waktu meninggal, dan anak Mama ini gak akan pernah mau lihat Mamanya pergi duluan. Sehat terus ya, Ma. Sama anak barunya juga." kalimat terpanjang Hazel hari ini. Sejujurnya Hazel menyembunyikan ketakutan terbesar didalam hatinya ketika ia berbicara tentang kematian. Ia takut meninggalkan Mamanya.

Fazura menggeleng. "Anak Mama harus selalu bareng Mama terus. Makasih udah terima adek kamu, Jel."

Hazel mengernyitkan dahi, "Kapan aku bilang terimanya?"

Fazura tersentak mendengarnya.
Ia kira...

Hazel tersenyum lembut, tangannya berpindah menyentuh perut Mamanya.

"Selama bayi ini gak nyakitin Mama, aku terima apa adanya. Tapi sebaliknya, kalo Mama gak baik baik aja setelah ngelahirin dia, aku gak janji bisa jadi anak baik lagi." ujar Hazel dengan mata memandang perut Fazura. Begitu kesimpulan yang Hazel ambil.

Hello, Hazelnut! [END]Kde žijí příběhy. Začni objevovat