◄• 10 •►

5.9K 1.1K 171
                                    

500 vote bisa kali kiw kiw

------------------

Gubrak.

Dari sebuah kursi, seorang Hazel terjatuh karena dorongan dari belakangnya.

"Heh, bocah! Lo kasih ke siapa lagi nomer gue?" Kalandra berkacak pinggang menatap Hazel yang tersungkur diatas semen rooftop.

Hazel bangun membersihkan baju seragamnya.
"Biasa aja, bisa?" ekspresi datar Hazel menatap Kalandra menyiratkan ketidaksukaan.

"Wow.. Ada apa, nih?" Jaden yang tadinya sedang memejamkan mata kini terbangun dan merangkul Hazel.

Hazel menepis tangan Jaden dari bahunya kemudian ia mundur memilih duduk ditempat lain.

"Adek lo lagi lagi ngasih nomer gue kesembarang orang. Bilangin, kek!" keluh Kalandra menatap Hazel kesal.

Kesalnya benar benar meluap sejak sebelumnya.
Hazel selalu menggunakan nomer teleponnya jika ada perempuan yang menginginkan nomer telepon Hazel. Itu menjengkelkan, sungguh.

Puncaknya adalah kemarin malam dan malam tadi. Seorang perempuan yang mengaku bernama Kaynara mengiriminya pesan hampir 20an hanya untuk memastikan apakah nomer tersebut adalah benar nomer Hazel. Kondisi saat itu ponsel Kalandra mati total selama 2 hari karena rusak jadi saat ponselnya sudah diperbaiki dan ia aktifkan banyak pesan yang masuk dari nomer tersebut. Mengesalkan.

"Jel, 'kan gue udah bilang kalo ada yang minta nomer kasih nomer gue aja." celetuk seorang Raja yang sedang mengunyah cemilan yang biasa di stok dirooftop hanya untuk Raja dan teman temannya.

"Lupa, maaf."

Kalandra mendengus mendudukkan diri di kursi yang diduduki Hazel sebelumnya.

"Emang apa isi chat nya?" tanya Jaden yang penasaran.

Kalandra mengeluarkan ponselnya lalu mencari topik menarik dari sebuah ruang pesan.

"Hazel diundang ke acara ulang tahun Kaynara anak sebelas MIPA dua, temen temen Hazel juga, Aruna juga diundang. Itu isinya."jawab Kalandra yang langsung melihat kearah Hazel, "Kaynara cewek yang mau lo temuin waktu itu, kan?"

Hazel mengangguk. "Gue gak mau dateng."

"Tapi kalo Aruna dateng lo ikut, kan?" tanya Raja diselingi nada menggoda.

Hazel tak menjawab.

Jaden berdeham, "Hazel pasti ikut, lah!"

•••

Diparkiran sekolah, Aruna menundukkan kepala.
Didepannya ada Hazel yang memakai helm hendak pulang ke rumah.

"Umm.. Kacang,"

Hazel berdeham menjawabnya, lelaki itu sedang memundurkan motornya dari parkiran.

Aruna mendekat kearah Hazel. "Lo mau ajarin gue naik motor, gak?"

Hazel membuka kaca helm yang hanya menunjukkan alis dan matanya, alisnya terangkat menatap Aruna yang hari ini sangat berbeda.

Yang ditatap menggaruk tengkuknya, "Itu.. Mama gue kerja keluar kota, supir yang biasa nganter jemput gue ikut Mama. Iya, sih Mama ngasih uang buat ongkos kendaraan tapi biar hemat aja gue mau bawa motor sendiri. Tapi masalahnya gue... gak bisa nyetir motor." jelas Aruna yang memelan kalimat terakhir.

Aruna membasahkan bibirnya kemudian menatap Hazel yang tidak bicara.

"Gak mau, ya?"

Hazel menurunkan kembali kaca helmnya, "Minta ajarin Jaden. Naik." Hazel mengode dengan kepalanya.

Hello, Hazelnut! [END]Where stories live. Discover now