◄• 28 •►

5.4K 1.1K 389
                                    

Yuk bisa yuk 100k readers

• ° • ♡ • ° •

Laju motor perlahan diturunkan, tanda Hazel sudah sampai ditempat tujuan.

Ibu jari kirinya menekan klakson sebanyak dua kali didepan sebuah rumah besar milik keluarga Aruna. Tak lama anak pemilik rumah keluar dengan tergopoh-gopoh karena belum memakai sepatu juga tas gendong yang ditenteng.

"Sebentar, Kacang!" anak perempuan itu duduk memakai kaus kaki terburu buru dilanjutkan dengan sepatu.

"Mama, Runa berangkat. Assalamualaikum." Aruna berdiri menggendong tasnya kemudian berlari kearah Hazel. "Ayo, Jelnut."

Dari ajakan tersebut, Hazel yang memang hari ini tidak pakai helm jadi dapat mengendus aroma nafas Aruna. Wangi permen.

Kening Hazel berkerut, "Lo abis nyebat?"

"Eh? Enggak, kok." jawab Aruna menatap Hazel panik.

"Bohong."

"Serius, Jelnut. Gue makan permen karna abis sarapan, kalo gak percaya tanya aja Mama gue." ujar Aruna lebih tenang dengan alasannya.

Hazel menatap Aruna dengan lamat.
Baiklah, akan ia percaya untuk kali ini.

"Ayo berangkat, mendung nih." ucap Aruna segera naik keatas motor Hazel.

🥜🥜🥜

Pagi pukul 06:25.

Pagi yang terbilang tidak cerah, awan gelap tanpa matahari yang menyilaukan. Terbilang mendung layaknya sebuah ekspresi wajah seorang lelaki yang berada di koridor mengawasi seorang perempuan.

"Lo sakit karena susu dari gue, ya?" tanya laki laki bertubuh lebih pendek dari Aruna dengan ekspresi sendu.

Aruna menggeleng, "Bukan. Mungkin emang lagi musim sakit makanya gue sakit." jawab Aruna sembari matanya melirik kearah Hazel yang sudah terlihat bosan. "Eh, sebentar lagi bel. Gue duluan, ya."

"Tunggu, Kak." anak laki laki tadi membuka ransel sekolahnya kemudian mengambil sebuah paperbag kecil polos dan memberikannya kepada Aruna. "Buat lo, Kak. Semangat belajarnya." setelah mengatakan itu, si laki laki langsung pergi dengan langkah riang berlari kecil menuju kelas.

Hazel menatap paperbag ditangan Aruna penasaran. Apa lagi kali ini? Harus ia buang dengan alasan apa lagi?

"Isinya uler, siniin." tangan Hazel terulur didepan Aruna.

Aruna menatap Hazel bingung kemudian ia dekap paperbag tersebut. "Mau lo buang lagi, ya?" melihat Hazel yang tetap mengulurkan tangan, Aruna melanjutkan. "Gak sopan, tau!" setelahnya Aruna melangkah duluan menuju kelas meninggalkan Hazel.

Hazel menyugar rambutnya, kepalanya panas rasanya ingin marah marah.

Bisakah perempuan itu tidak membuatnya cemburu?

🥜🥜🥜

Jam istirahat pertama.
Dengan bekal yang dibawa oleh Aruna dan dimakan bersama Hazel telah habis, keduanya menetap dirooftop.

Mata Hazel tak lepas memandang sebuah permen tangkai ditangan Aruna yang masuk kedalam mulut perempuan itu kemudian keluar melewati bibir merah muda Aruna.

Bibir itu tampak berseri. Bolehkah Hazel...

"Gak boleh kebanyakan permen." ujar Hazel seraya tangannya merampas tangkai permen dari tangan Aruna kemudian ia lempar jauh.

Hello, Hazelnut! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang