◄• 26 •►

5.4K 1.1K 200
                                    

Bentar guys, aku mau ngobrol dulu.
Gini ya teman teman, part kemarin aku rasa kurang karena aku sendiri orangnya overthinkingan paraahhh.
Aku ngerasa kayak 'emang bener nih begini?' ,'suka gak ya yang baca?'.

Aku sering nanya begitu ke diri sendiri sebelum aku pencet publish part. Jadi kalian para readers cerita ku, dengan sangat aku mohon komenan kalian tentang setiap part nya, kalo emang ada yang kurang aku bakal benerin, kalo emang ada banyak typo langsung aku betulin.

Beberapa pendapat dari kalian malah membangun banyak dorongan buat aku makin berpikir maju.

Thank you guys ( ˘ ³˘)♥

• ° • ♡ • ° •

Bruk.

Seorang lelaki dengan seragam dilapisi jaket hitam terduduk dibelakang pintu setelah menutup benda besar berbentuk persegi panjang tersebut.

Tangannya menutup mulutnya seolah terkejut.

Pikirannya kembali memutar adegan agresif yang ia lakukan diluar akal sehatnya. Tadi itu ia kerasukan apa?

Disentuhnya bibir merah muda miliknya, tatapan lelaki itu lurus masih mencoba sadar.

Gue tadi ngapain?
Seolah pikun mendadak, Hazel memegangi kepalanya yang terasa berat.

Astaga, bibirnya malah mengingat bibir Aruna.
Mengingat bagaimana lembutnya bibir merah muda tersebut namun rasa dari lidah yang ia sesap tadi sangat tidak enak. Pahit.
Berharap merasakan rasa manis suatu saat.

Hazel menggeram, mengacak rambutnya menghalau ingatan diluar nalar tersebut.

Tok. Tok.

Suara pintu diketuk mengejutkan Hazel.

Lelaki tampan itu berdiri, merapihkan penampilannya kemudian membuka pintu.

"Mama," gumamnya melihat Fazura berdiri didepan pintu membawakan segelas teh dan juga camilan.

Fazura masuk kemudian meletakkan bawaannya diatas meja belajar yang ada dikamar Hazel.

"Buat siapa, Ma?" tanya Hazel mendekat pada Fazura.

Fazura duduk ditepi ranjang Hazel. "Kamu. Tadi Mama liat muka kamu merah sampe rumah, takutnya kamu demam lagi." jawab Fazura, tangannya menepuk sisi sampingnya yang kosong, mengisyaratkan Hazel untuk duduk.

Hazel menurut, duduk disamping Fazura lalu kepalanya ia sandarkan di bahu sang Mama tercinta.

"Pusing, Ma."

Tangan Fazura terangkat mengusap sisi wajah Hazel. "Kamu sakit?"

Kepala Hazel menggeleng.
Fazura mengernyit, suhu tubuh Hazel juga normal tapi Hazel terlihat seperti terkena demam.

Hazel mengangkat kepalanya, duduk dengan tegak kemudian menatap Mamanya dengan serius.

"Cinta itu apa, Ma?"

Hello, Hazelnut! [END]Where stories live. Discover now