BAB 1 | LANGKAH AWAL

60 13 3
                                    

Rosulullah saw bersabda, "Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga."
***

Hari ini adalah hari pertama masa orientasi studi dan pengenalan kampus. Kegiatan awal bagi setiap mahasiswa baru, termasuk Lila Nurahiandira, Nura. Di hari pertamanya, Nura nyaris saja terlambat kalau tidak dibangunkan oleh Julia, sahabatnya sejak SMA. Kedua sahabat itu masuk di satu fakultas yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial, tetapi berbeda jurusan. Mereka pun satu tempat indekos.

"Halo, perkenalkan namaku, Cakra." Seorang laki-laki yang berbaris di sebelah Nura mengulurkan tangan kepada gadis itu.

Nura tersenyum menanggapi uluran tangan laki-laki bernama Cakra. "Nura," balasnya.

"Halo, Nura, salam kenal."

"Halo, Nura, Cakra ... aku Jovina, salam kenal." Seorang gadis yang berada di sebelah kiri Nura ikut nimbrung dan menyatakan dirinya bernama Jovina.

Nura dan Cakra mengangguk, bergantian berjabat tangan dengan Jovina. Setelah mengobrol cukup lama, mereka baru tahu ternyata Cakra dan Jovina berasal dari kota yang sama, salah satu kota yang berada di pesisir Pantai Utara Jawa. Ketiga mahasiswa baru itu saling berkenalan. Bukan hanya Cakra dan Jovina saja yang hari itu masuk pada daftar teman barunya Nura, lebih dari itu, dunia di bangku kuliah lebih luas lagi, tidak hanya sebatas teman satu kota atau daerah asal saja, bahkan antar pulau di Indonesia.

"Silakan manfaatkan waktu istirahat kalian sebaik mungkin ya, adik-adik!" Seorang laki-laki dengan jaket almamater kampus berseru kepada seluruh peserta orientasi.

"Setelah selesai istirahat, kita berkumpul lagi di sini," tambah laki-laki itu. Maru, atau para mahasiswa baru menjawab dengan serentak sebelum meninggalkan lobi fakultas.

"Siapa saja yang mau salat zuhur?" tanya Hayah, satu-satunya gadis yang mengenakan kerudung di kelompok itu.

Semua orang berdiri termasuk Jovina. "Kita salat berjamaah, yuk!" ajak Hayah.

"Kalian salat, aku dan Nura tunggu di sini saja ya," kata Maria, sembari menarik pergelangan tangan Nura.

"Aku salat juga, kok, Maria," ucap Nura. Segera Maria melepaskan genggamannya.

"Bukannya kau itu non Muslim ya, Ra?" tanya Maria, gadis dengan logat Medan yang kentara.

Nura tertawa sambil lalu. "Aku bingung, kenapa dari kecil orang-orang selalu mengira kalau aku itu non Muslim, apa karena aku tidak berkerudung? Tapi kalau itu sebabnya, bukankah banyak juga non Muslim yang belum atau tidak berkerudung sepertiku?" kata gadis itu. Dia malah menjawab pertanyaan Maria dengan pertanyaan balik. Sebenarnya pertanyaan itu, sekalian Nura tujuan kepada teman-teman barunya, siapa tahu ada dari mereka yang memberikan jawaban untuk dirinya.

"Kau serius, Ra? Aku pikir kau itu non Muslim loh!" Kali ini laki-laki bertubuh jangkung nan atletis, dengan wajah dominan India--Arab yang berkata, namanya Emir dia berasal dari Kepulauan Riau.

Kini semua mata memandang Nura dengan rasa penasaran. Gadis itu mengiakan pertanyaan Emir dengan anggukan. Namun, lagi-lagi air wajah teman-temannya itu menunjukkan kalau mereka tidak percayaan. Gadis itu lantas mengembuskan napasnya ke udara, dia lalu merogoh tas mencari benda berbentuk persegi berwarna cokelat berisi sejumlah uang, atm, kartu mahasiswa dan juga KTP. Nura memberikan kartu identitasnya kepada Maria.

"Eh, serius loh si Nura ini, tidak bohongnya dia ... Cok tengok*1), Islam pun agamanya," kata Maria setelah memastikan KTP Nura.

"Widih ... ayune ... di foto dan asli podo ayune sampean, Ra*2)." Kali ini Jovina menceletuk dengan logat Jawa-nya yang kental.

Jalan Takdir Where stories live. Discover now