22

184 13 4
                                    

Dua minggu kemudian eren melihat kedatangan kru dari band blue. Kedatangan merek menggemparkan bandara karena banyaknya fans yang menunggu. Armin salah satunya. Teman eren yang satu itu sudah menghilang dari asrama pagi-pagi dan baru kembali ketika malam menjelang. Armin menceritakan banyak hal yang membawa senyum di bibir eren. Ia menyesal eren tidak ikut dengannya.

"Malas ah, Armin. Ngapain nungguin orang di bandara begitu? Kurang kerjaan"

"Tapi kan asyik bisa melihat langsung dari dekat. Banyak loh yang memberi mereka hadiah disana," jelas Armin.

"Oh, ya? Jadi siapa saja yang berhasil kau lihat?"

"Mmmh.. Ada mike. Dia ternyata jauuuuuuuh lebih tampan daripada yang kulihat di televisi atau majalah." ujar Armin merona merah. Membuat eren tertawa. Ekpresi Armin benar-benar terlihat terpesona.

"Terus ada Levi." Tawa eren terhenti seketika.

"Oh, benarkah? Seperti apa orangnya?" Eren sending merasa suaranya terdengar aneh tapi armin tidak menyadari hal itu dan melanjutkan ceritanya. "Dia juga sangat tampan. Hidungnya bagus, menggugah keinginanku untuk melukisnya. Tapi dia pelit senyum ya? Dia hanya berlalu dan langsung naik bus, sama sekali tidak melambaikan tangan atau menyapa. Padahal katanya sangat ramah pada fans. Kelihatannya banyak pikiran."

Mm, begitukah? Apa kira-kira yang ada di pikirannya?

Eren langsung menghentikan pikirannya yang melantur ke mana-mana hanya karena armin menyebutkan nama levi. Armin masih bercerita tentang kru lain. Kelihatannya Armin menyukai zeke, katanya senyumnya manis. Perasaan eren kembali tidak enak karena menyembunyikan kenyataan bahwa ia dan zeke bersaudara.


Saat itulah ponselnya berdering, tapi karena ia tidak mengenal nomornya, eren mengabaikan telephone itu dan kembali mengobrol dengan Armin. Lalu datanglah pesan singkat dari nomor tadi. Rupanya zeke, dan pria itu hanya menulis pesan singkat, "Angkat. Kakakmu"

Ia membalas curiga, " kakak yang mana?"

Sebentar kemudian balasan pun tiba. "Memangnya kau punya kakak berapa, eren?"

Walau sudah tahu itu zeke, zeke membalasnya dengan, "bagaimana aku tahu kalau ini zeke-san?"

"Apa perlu ku beberkan rahasiamu terbesarmu eren? Kau baru percaya?" begitulah balasannya.

Hal yang membuat eren hanya menulis, "baiklah telephone lah lagi."

Telepon pun kembali berdering, kali ini eren buru-buru meminta diri dari admin, berlari keluar kamar dan mengangkat telpon.

"Zeke-san, ada apa?"

"Kau dimana?"

"Di asramaku."

"Bisa keluar?"

"Bisa sebentar. Asal tidak melanggar jam malam, kupikir tidak apa-apa."

"Jam berapa jam malammu?"

"Jam sepuluh malam, zeke-san."

"Baiklah, kita makan malam ya. Tahu tempat makan yang enak?"

Eren menyebutkan sebuah restoran yang sering ia datangi. Makanannya enak dan tempatnya sangat nyaman. Namun, ia berkata bahwa mungkin zeke harus menyamar agar tidak dikenali.

"Kau pikir akan ada yang mengenaliku?"

Eren teringat pada armin sebelum menjawab,"yah, itu mungkin sekali."

Ia mendengar kibum menghela nafas. "Baiklah. apa supir taksinya langsung tahu aku memberikan alamat ini?"

"Pasti tahu. Tempat itu terkenal di kalangan mahasiswa"

Levi x Eren   A Love Like An Obsession Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang