16

228 14 7
                                    

Eren berbaring menghadap jendela dengan buku di tangan. Ia menemukan buku have a nice day terselip ruangan. Sofa besar ini setidaknya mendukung untuk bersantai. Sejujurnya ia sedikit mengantuk. Namun, cerita seru itu ternyata memaksanya tetap membaca, setidaknya sampai ia tahu bagaimana misteri di dalamnya terpecahkan.

Suasana rumah sangat sepi. Semua orang sedang pergi ke air terjun kecil tak jauh dari rumah. Kemarin juga eren pergi ke sana dan makan bersama yang lain. Hari ini ia ingin bermalas-malasan tanpa kegiatan fisik.

Ia teringat bagaimana perlakuan Levi padanya kemarin. Berbeda dengan yang ia duga, ternyata sikap pria itu masih sama meski mereka sudah berpacaran. Levi berjalan di sampingnya tanpa menggandeng tangannya. Dia bahkan memilih berbicara dengan direktur musik yang mengurus album baru mereka. Dia hanya berbicara seperlunya pada eren -kau lelah? Haus? mau istirahat? eren terpaksa memandang sekeliling dan mengagumi pemandangan saja.

Eren beberapa kali Iri dengan pasa ga reiner dan historia. Mereka bertengkar kecil, tapi tidak terlalu mengesalkan. Reiner yang sekarang sangat berbeda dengan Reiner yang dulu ia kenal. Sekarang pria itu lembut, dan lebih hangat. Cinta memang bisa mengubah apa pun. Lalu, Levi? Cintakah Levi padanya?

Eren mengernyit, berusaha berpikir positif. Ini sulit begitu pikirnya. Levi mungkin menganggap eren anak kecil. Atau yang lebih parah, Levi menganggap nya bocah laki-laki yang tidak pernah dimilikinya. Kalau benar begitu, tidak heran perilaku Levi biasa saja terhadapnya.

Eren menggeleng. Tidak. jauhkan pikiran itu dari benakmu, eren! Tidak ada untungnya, batinnya. Ia mencoba fokus pada buku bacaannya.

Eren tidak mendengar pintunya terbuka dan tertutup dengan lembut. Ia bahkan tidak sadar ada orang lain di ruangan hingga ia merasakan sesosok tubuh berbaring di sampingnya. Ia kaget, mencoba untuk membalikkan badan. Namun sosok itu menahan badannya. Eren kenal dengan wangi parfum itu dan tubuhnya pun jadi tak setegang tadi.

"Siapa? Tanyanya memastikan. Sebagai jawaban, sebuah tangan terjulur ke pinggangnya dan ada kaki yang menindih kakinya tiba-tiba. Eren jadi seperti guling sekarang.

" tebak, siapa." suara berat yang ia kenal. Suara itu teredam karena wajahnya bersembunyi di balik punggung. Eren tersenyum.

"Levi-san tidak pergi bersama yang lain?"

"Dan meninggalkan bocah manisku ini?"

Eren terkikik mendengar jawaban Levi. Ia ingin melihat wajah pria itu saat ini. Apakah pria itu malu mengatakannya? Eren meragukannya.

"Kau sedang apa?" tanya Levi. Suaranya terdengar sedikit mengantuk dan dekat sekali dengan telinga eren, membuat bulu kuduk pria manis tersebut meremang. Ia merasa suara pria itu adalah senjata mematikan yang bisa membuat dirinya mati mendadak.

Eren berdeham untuk menenangkan diri sebelum menjawab, "membaca buku."

"Apa judulnya?"

Tangan Levi menyusuri tangan eren sampai pergelangan tangan. Jemari pria itu membelai lembut pergelangannya, melihat judul buku yang dipegang eren. "Have a nice day, :slikon bournemouth," katanya tak peduli. Napas eren terdekat akibat belaian lembut itu. Apalagi ketika Levi menumpangkan dagu ke bahu eren sambil meneruskan belaian di pergelangan tangan pria manis itu.

Eren berdeguk tertahan.

Levi tertawa kecil mendegarnya. Getaran halus tawanya mengirimkan barisan kupu-kupu ke perut eren. "Wah, wah, wah! Kau suka itu ya?" godanya lembut tepat di kuping eren. Pria manis tersebut harus memejamkan mata menahan perasaan yang mulai terbangun dalam dirinya. Jantungnya berdentam-dentam, kuat dan liar.

Levi bersikap seakan tidak peduli dengan reaksi eren terhadapnya. Sekarang tangannya kembali berpindah ke perut eren, menggambar lingkaran-lingkaran kecil di perut eren yang terbalut kaus tipis. Apa pun yang tadi eren pikirkan tentang Levi terhadap dirinya, eren tarik kembali.

Levi x Eren   A Love Like An Obsession Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang