9

226 24 5
                                    

Eren menatap interior restoran yang sama sekali tidak cocok dengan piala Titan chibi dalam sebuah film animasi. Cuma dia yang cukup gila ke restoran mewah dengan piama lucu. Dalam kasus ini bukan dia yang gila,tapi Levi. Pria itu dengan cuek mengajaknya ke sini kalau bukan karena datang bersama Levi,ia tidak akan diperbolehkan masuk.

"Kau mau makan apa?" tanya Levi sambil memberi kode pada pelayan.

"Burger keju?" tanya eren penuh harap.

"Tidak ada cerita untuk makan makanan junkfood eren." jawab Levi sabar,seperti menghadapi anak berumur lima tahun yang nakal. Eren mengerucutkan bibirnya.

"Tapi aku maunya burger keju Levi-san. Burger keju,burger keju,burger keju." serunya kesal

"Dan khawatir lagi karena demam mu kumat?"

Mata eren berhenti memperhatikan menu. "Kau khawatir?"

Levi tidak menjawab pertanyaan eren. Lelaki itu bahkan terlihat sama sekali tidak mendengar ucapan eren. Eren melihatnya memperhatikan menu sesaat sebelum memutuskan bahwa harapannya mendengar kembali kekhawatiran Levi terucap dari bibir pria itu bagai menantikan neraka membeku. Jadi ia pun kembali menekuni menu dan menemukan makanan yang cukup ingin dimakannya..

"Itu saja?" tanya Levi sambil mengernyit. Eren mengangguk-angguk. "Kenapa? Nafsu makanmu belum kembali? Perutmu sakit? Lidahmu pahit? Atau bagaimana?"

"Tidak. Hanya tidak ingin makan banyak. Kalau kau memberiku burger keju,akan ku pertimbangan porsinya." jawab pria manis itu santai.

Levi menghembuskan nafas sambil tertawa kecil. Ia sudah makan tadi,maka hanya memesan teh. Tadinya ingin memesan anggur,kepalanya tiba-tiba penat begitu melihat Jean ada dikamar eren.

Seorang pelayan datang untuk mencatat pesanan mereka. Tak lama kemudian makanan yang dipesan pun datang. Levi mengucapkan Terimakasih lalu ia diam dan memperhatikan eren Baik-baik. Bocah itu terlihat sibuk dengan makanannya.

"Kenapa Jean ada di kamarmu eren?" tanyanya begitu eren selesai memasukkan suapan terakhir ke mulutnya.

Eren mengedikkan bahu. "Ibu yang menyuruhnya masuk. Bukan aku."

"Kau bisa menyuruhnya menunggu di bawah atau menolaknya,dan menyuruhnya pulang."

"kenapa?"

"Kenapa apanya?"

"Kenapa harus menyuruhnya pulang? Dia sudah cukup baik menjenguk ku. Lagi pula,aku pernah menyuruhnya pulang satu kali. Kan tidak sopan kalau sampai menolaknya dua kali."

Levi menelengkan kepala,tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Jadi eren pernah menolak Jean berkunjung?

"Baiklah. Aku bisa menerima hal itu. Lalu kenapa pintunya harus ditutup?"

Kali ini eren mengeluarkan tawa sinis. "Memangnya kau pikir akan ada kejadian apa,Levi-san? Jean akan menerkamku dan memerkosa ku begitu?"

"Kita harus berhati-hati. "

"Yang benar saja," kata eren sambil mendesah keras.

Levi melihat kekesalan pria manis itu dengan jelas,mengalihkan pembicaraan. "Kau sudah menerima gaji mu?" tanyanya.

Eren hanya melirik

"Tidak atau tidak tahu?"

"Yang kedua."

"Ini aku beritahu. Perusahaan sudah mengirimkan gaji ke rekening mu kemarin,begitu kata manajer ku. Aku juga sudah mengirimkan uang ke rekeningmu sebagai tambahan."

Eren memandangnya,curiga. "Kenapa?" tanya pria manis itu.

Levi mengedikkan bahu. "Aku pikir kau akan banyak keperluan."

Levi x Eren   A Love Like An Obsession Where stories live. Discover now