Blind Date (1/4)

61 9 0
                                    

Sejeong POV

Dua puluh tujuh tahun aku hidup, tak pernah sedikitpun terpikir untuk berkencan apalagi menikah. Bagiku cinta itu menyakitkan.

Banyak orang yang menilai diriku aneh, karena aku adalah seorang designer gaun pernikahan. Setiap hari aku bertemu dengan pasangan-pasangan yang punya cerita romantis yang minta dituangkan dalam gaun pesanan mereka. Tapi aku sendiri masih anti cinta.

Banyak orang di sekitar yang menyadarkan aku bahwa aku tidak bisa selamanya hidup sendiri. Ya, walaupun masih senang sendirian, tapi aku sadar, aku akan menua dan kemampuanku melakukan kegiatan sehari-hari akan berkurang.

Maka dari itu, aku di sini sekarang. Duduk berhadapan dengan seorang pria tak dikenal di sebuah resto hotel mewah di Seoul. Pria yang berkharisma, tapi tampaknya juga sama-sama terpaksa menghadiri kencan buta ini.

"Berapa usiamu?" tanyaku setelah lama terhening, rasanya sangat buang-buang waktu kalau terus terdiam

"Dua puluh tujuh tahun. Aku tahu, kita seumuran" balas pria itu dingin

Aku menghela napas berat, "Jadi, kau dipaksa siapa untuk melakukan kencan buta ini?" tanyaku ketus

Dia melihat tangannya di depan dada sambil menatapku datar, "Kakakku"

"Benar, ternyata kita sama-sama tidak menginginkan pertemuan ini. Kalau begitu, aku pamit" aku bangkit berdiri dan berniat pergi

Tapi baru selangkah menjauh, tiba-tiba pria itu bersuara, "Menikahlah denganku, Sejeong-ssi!"

Aku menghela napas sekali lagi, lantas berbalik badan. Sedikit heran saat menyadari pria itu mengatakannya dengan sangat santai.

"Doyoung-ssi, sepertinya kau mabuk! Segera telepon supirmu dan pulanglah!" ucapku sarkas

Dia berdiri perlahan, lalu kembali menatapku datar, "Aku serius"

Aku menghela napas kesal sekali lagi, "Aku pamit" lalu meninggalkannya

Mana ada pria yang langsung mengajak menikah di hari pertama bertemu. Tapi bisa saja ada, karena kata Jihyo, banyak orang aneh yang ditemui saat kencan buta.

Aku memberhentikan taksi dan melanjutkan perjalanan pulang. Memang paling benar hidup sendiri, karena sejujurnya bagiku, tidak mudah menerima orang baru.

Sejeong POV Off

Di sisi lain, Doyoung baru saja sampai rumah. Sudah ada saudara tirinya yang heboh menanti cerita dari Doyoung tentang kencan butanya tadi. 

Doyoung kelelahan, dia langsung menjatuhkan punggung di sandaran sofa sambil memijat pelipisnya.

"Dia cantik kan?" tanya Taeyong heboh

Doyoung hanya berdehem mengiyakan, tenaganya sudah terkuras habis untuk berinteraksi dengan manusia. Kalau itu bukan satu-satunya orang yang menemaninya hidup di Korea, mungkin dia akan langsung mengunci kamar.

"Benar kan? Dia pasti cocok dengan seleramu, wanita cantik dan mandiri" sambung Taeyong

"Kalau begitu kenapa tidak hyung saja yang mengencaninya" balas Doyoung lemas

"Tidak mau. Dia lebih baik untukmu" ujar Taeyong

Doyoung yang semula menunduk, tiba-tiba merasa perlu mendongak dan menatap Taeyong. Mereka sudah saling mengenal sejak baru lahir, Doyoung hapal betul sifat kakaknya itu. Jika sudah begini, berarti wanita itu pernah punya sejarah dengannya.

"Kenapa? Wanita itu siapamu?" tanya Doyoung pelan

Taeyong terkekeh pelan, "Siapa? Bukan siapa-siapa"

"Aku sangat tahu saat kau berbohong" ujar Doyoung sukses membuat Taeyong tersudut

Taeyong terdiam lama. Berpikir harus mulai dari mana dia mengatakannya. Dia sudah tidak mungkin lagi menutupi itu dari Doyoung.

Taeyong menarik napas begitu dalam, lalu menghembuskannya, "Dia bukan siapa-siapa, hanya seseorang yang tidak sengaja aku kenal"

"Bagaimana bisa?" tanya Doyoung

"Kau tahu panti asuhan yang sering kita datangi, kan?" Taeyong bertanya balik

"Tentu"

"Kim Junyoung eomoni ternyata memiliki seorang putri yang sudah puluhan tahun tidak pulang karena kesalahannya" jelas Taeyong

"Mwo? Seolma..."

"Eoh, maja. Aku berhari-hari mencari tahu siapa putrinya, dan ternyata itu Kim Sejeong, seorang desainer terkenal" lanjut Taeyong

Doyoung menghela napas berat, dia kembali memijat kepalanya yang semakin sakit seusai mendengar cerita Taeyong.

"Aku tidak tahu apa yang seharusnya aku lakukan. Tapi Junyoung eomoni benar-benar merindukannya"

"Kau tahu alasannya kabur dari rumah?" tanya Doyoung tak ingin berpihak

Taeyong menggeleng, "Sepertinya terlalu sakit untuk dikatakan"

"Oh, wanita itu memang mandiri dan terlihat angkuh tidak butuh orang lain dalam hidupnya. Kurasa dia sebegitu sakitnya" akhirnya Doyoung berkata panjang

"Kalau begitu, besok... maukah kau menemuinya lagi?" tanya Taeyong

"Kenapa aku? Kenapa tidak kau saja sih?" Doyoung protes

"YA! Ini kesempatan bagus untukmu. Kau belum pernah tahu rasanya berkencan, kau juga tidak bisa hidup seterusnya begini, Kim Doyoung"

Doyoung menghela napas berat dan bangkit meninggalkan sofa untuk menuju ke kamarnya. Jika sudah begitu, artinya Doyoung setuju. Dan jika Doyoung setuju, artinya wanita itu menarik baginya.

TBC
Haaaiiii I'm back...
Maaf banget lama ga up cerita, karena sekarang udh mulai kuliah lagi dan pastinya mulai banyak tugas lagi.
Tapi aku akan tetep usaha buat up kok, hehee...
Enjooyy❤️❤️

Book of UsWhere stories live. Discover now