The Story About Him

62 10 0
                                    

Matahari malu-malu bersembunyi di balik awan hitam pagi itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Matahari malu-malu bersembunyi di balik awan hitam pagi itu. Orang-orang berjalan membawa payungnya masing-masing, berlalu-lalang di trotoar, lalu buru-buru masuk ke gedung kantor masing-masing.

Semua orang sibuk di hari Senin, termasuk seorang gadis yang dikenal sebagai penulis junior yang sukses di bidangnya. Memiliki lebih dari dua puluh juta pembaca dan novel-novelnya sudah terjual lebih dari lima puluh juta buah.

Sekarang dia tengah duduk di sebuah acara talkshow tempat orang-orang inspiratif diundang. Penuh keanggunan dia menjawab semua pertanyaan masyarakat setelah novel terbarunya diluncurkan.

"Kim Sejeong-ssi, apakah benar ini kisah nyata?"

"Iya, aku menulisnya berdasarkan kisah nyata diriku sendiri"

Senyum cerah dia lemparkan ke kamera, berbanding terbalik dengan hatinya yang teriris kembali.

"Kisah dirimu sendiri?"

Sejeong mengangguk tanpa suara, rasanya kalau dia bicara sekali lagi, air matanya akan lolos tak tertahan.

"Tapi novel ini begitu menyedihkan, tidak disangka orang seceria dirimu mengalami hal semenyedihkan ini"

Sejeong tersenyum lagi, "Ya seperti yang kita semua tahu, kesedihan tidak memilih siapa untuk didatangi. Semuanya juga bisa merasa sedih dan hancur"

"Jadi, tokoh Dongyeong ini kekasihmu?"

Sejeong menghela napas berat sambil tersenyum lagi, "Calon suamiku"

Siaran talkshow berakhir dengan pertanyaan-pertanyaan yang sejujurnya melelahkan bagi Sejeong. Sekarang dia sedang berada di rooftop kantornya, menunggu seseorang.

Angin kencang berhembus menerbangkan rambut kecokelatannya yang tidak terurus. Jangankan memikirkan rambut, makan sehari dua kali pun sudah bersyukur kalau ingat.

Diam-diam ada seorang pria dengan jas menyelaraskan posisi dengannya di samping kanan.

"Kenapa tidak bersuara?" tanya Sejeong terkekeh melihat pria yang setahun lebih tua darinya itu

"Aku tidak ingin mengganggu kedamaianmu" jawab pria itu sambil tersenyum

"Taeyong oppa benar-benar pengertian" puji Sejeong setengah becanda

"Aku memang pengertian" Taeyong memuji dirinya sendiri

Sejeong menggelengkan kepalanya, sifat narsis orang ini memang tidak pernah berubah sejak pertama bertemu dulu.

"Oh ya, kau benar-benar akan pindah ke Jerman?" tanya Taeyong mulai serius

Sejeong mengangguk, "Tidak ada pilihan lain. Aku rasa sudah tidak sanggup tinggal di sini"

Taeyong menoleh pada Sejeong yang masih menatap langit yang gelap. Lalu dalam kesunyian itu, Taeyong mengeluarkan sebuah kotak beludru berwarna navy dari kantongnya.

Taeyong menyodorkan itu pada Sejeong dan berhasil membuat Sejeong terbelalak tak karuan. Sejeong bingung dengan itu semua.

"Cincin ini ditemukan di saku jas Doyoung" ucap Taeyong sendu

Setitik air mata akhirnya lolos dari mata cantik milik Sejeong. Dia menerima kotak itu, dan membukanya perlahan, sebuah cincin berlian yang sesuai selera Sejeong bertengger di sana.

"Dia kecelakaan saat akan melamarmu kan?" sambung Taeyong

Sejeong mendengar itu tak lagi sanggup menahan isakan tangisnya. Tangannya bergetar hebat, bahkan cincin itu sangat pas bertengger di jari manisnya.

"Ibunya Doyoung memintaku memberikan itu padamu. Lalu... dia juga ingin aku mengatakan... bahwa kau adalah satu-satunya wanita yang dia cintai sampai akhir hayatnya" Taeyong masih melanjutkan

"Apa aku berhak?" tanya Sejeong di tengah isakannya

Taeyong menoleh, "Kenapa tidak berhak? Aku tidak pernah melihat Doyoung sebahagia itu selain saat bersamamu"

"Oppa, apa Doyoung benar-benar bahagia?" tanya Sejeong lagi

"Apa masih perlu bertanya? Aku mengenal dia jauh sebelum kau mengenalnya, aku lihat sendiri bagaimana depresinya dia saat ayahnya menjadi tersangka pengedar narkoba" Taeyong kembali menatap langit, berharap Doyoung mendengar ucapannya

"Dia sempat kehilangan kontrol atas dirinya. Tapi saat bertemu denganmu, Doyoung kembali menjadi Doyoung yang kukenal" sambung Taeyong

"Kuharap kau pun bahagia dimanapun kau berada. Karena dengan begitu, Doyoung pun akan bahagia di sana" Taeyong masih melanjutkan

"Gomawo-yo, oppa" gumam Sejeong pelan

Tak lama setelah itu, Taeyong meninggalkan Sejeong yang masih menangis sambil menggenggam erat kotak beludru itu di depan dada.

Sejeong pernah ditinggalkan sosok ayah hingga jadi trauma dan berujung sulit percaya pada pria. Lalu, Sejeong menemukan Doyoung yang mematahkan statemennya pada makhluk bernama pria.

Tapi Doyoung juga meninggalnya. Jadi, apa masih bisa seorang Sejeong menerima kehadiran pria lain dalam hidupnya?

Kenapa Tuhan jahat sekali? Bukannya Tuhan menyayangi Sejeong? Padahal Sejeong anak baik, rajin pergi ke gereja dan berdoa.

Jika sudah begini, Sejeong harus mencari kemana lagi makna ikhlas yang sesungguhnya?

Sejeong mengangkat kepalanya menatap awan hitam yang siap runtuh, "Sampai jumpa, Kim Doyoung"

END
Literally short story ygy.
Actually udh aga stuck, tp berusaha kok dilanjut hehe
Enjooyy❤️❤️

Book of UsWhere stories live. Discover now