6. Sebaran KasihNya

7 0 0
                                    

Hari ini, entah mengapa, saya merasa banyak sekali petunjuk kecil yang Allah hadirkan lewat kejadian-kejadian tak terduga.

Misalnya, melalui proses sharing tentang dunia UX kepada teman-teman Psikologi di Unisba dan seluruh Indonesia, saya jadi kembali buka-buka buku teks psikologi saya, serta mampir ke buku-buku Psikologi User Experience dan Desain, proses ini tiba-tiba jadi momentum AHA.

Sebenarnya di dunia desain produk, ada buku terkenal yang ditulis oleh ilmuwan Psikologi, Susan Weinschenk, perempuan ini menulis 100 Things Every Designer Needs to Know About People. Beliau adalah ilmuwan dan psikolog pendidikan yang malah setelah itu fokus masuk ke dunia IT dan menjadi ilmuwan psikologi yang fokus membeda peran psikologi dalam riset-riset produk.

Saya tahu buku itu, membaca, tapi, entah kenapa tidak tergugah untuk melihat backgroundnya. Tapi, hari ini saya seperti diarahkan oleh Allah, dari 15 buku per UX an dengan penulis yang berbeda, saya memilih untuk membaca biografi dari Susan Weinschenk.

Kalau saya tidak mengisi hari ini, mungkin saya ga akan belajar lagi, kalau saya ga belajar lagi, mungkin saya ga akan tiba-tiba kepo siapa Susan Weinschenk itu.

Sepintas peristiwa ini, membuka beberapa bottleneck dalam hidup saya. Pertama, saya jadi tahu, saya ingin berguru ke siapa. Sebab, selama ini, saya mencari promotor yang sejenis dengan saya. Beliau yang backgroundnya psikologi, tapi, paham mendalami user research. Risetnya pun harus sesuai minat saya, bukan yang lebih ke klinis, atau, lebih ke pendidikan, atau, psikologi siber yang notabene agak beda dengan human-computer interaction, dan, spesifikanya mendalami user research.

TENTANG SETITIK CAHAYA

Selepas dari mengisi di Unisba, saya lanjut book date sama temen, dan, janjian untuk menyisihkan waktu untuk membaca buku yang belum tuntas kita baca. Saya memiliki Psikologi kepemimpinan. Menariknya, ada bagian dari buku itu yang menenangkan saya. Seperti, buku itu bercerita bahwa ternyata usia-usia saya berganti karir bisa 10-an kali dalam hidup. Ini membuat saya jadi lebih tenang dalam memutuskan. Saya masih bisa membuka ruang eksplorasi seluas-luasnya, dan, nyatanya secara global saya tidak sendirian. Ketakutan soal bagaimana jika terlambat, bagaimana jika saya membuang-buang waktu saya, atau, bagaimana jika ini adalah sebuah bentuk ketidakloyalan dan ketidakdisiplinan?

Sedikitnya, melalui buku yang saya baca tadi, rasanya saya jadi lebih tenang.

TENTANG TITIK BAHAGIA

Buku ini juga bercerita tentang kebahagiaan. Tulisan dan riset, serta premis yang dikutif sebenarnya bukan hal baru bahwa kebahagiaan itu harus didefinisikan oleh kita sendiri. Namun, kadang, kita perlu sebuah pengingat, bahwa kita tahu lho teorinya, hanya saja kita butuh pihak lain untuk mengingatkan kita. Pada buku itu, ditulis sebuah percakapan dengan mahasiswa Harvard. Mereka ditanya, "Apakah masuk Harvard, adalah yang kalian inginkan?". Mereka menjawab, "Ya,". Kemudian, pertanyaan dilanjutkan. "Apakah dulu, sebelum masuk Harvard, kalian merasa akan semakin bahagia jika diterima?". Mereka juga serentak menjawab, "Ya, kami dulu merasa akan sangat bahagia jika keinginan kami terkabul,". Kemudian, profesor kelas itu bertanya, "Lalu, apakah sekarang kalian sebahagia yang kalian bayangkan?" Jawabannya, hampir sebagian mengatakan, "Ternyata biasa saja," atau "Ternyata, tidak sebahagia yang dibayangkan,"

Apa yang bisa kita pelajari dari cerita itu?

Kadang, kita merasa, apabila kita mencapai apa yang kita inginkan, kita akan semakin bahagia. Sekarang, saat kita belum mencapai apa yang kita inginkan, kita tidak sebahagia itu.

Tapi, ternyata, saat mendapatkan apa yang kita inginkan pun, bagaimana jika ternyata rasanya tidak sebahagia itu? Atau, lebih tidak menyenangkan?

Artinya, kebahagiaan itu bisa jadi sangat tidak ajeg, tidak stabil, kalau kita gantungkan ke sesuatu yang nggak stabil. Hal-hal yang kita inginkan, yang bisa iya, bisa nggak dapetnya. Atau, pujian dan apresiasi orang lain, yang bisa iya bisa nggak akan sampai pada kita. Ketidakstabilan ini akan mengguncang kondisi kebahagiaan kita.

Lalu, apa sandaran kebahagiaan yang stabil? Yang kokoh, yang kuat, yang tidak akan berubah?

Saya rasa, kita semua tahu jawabannya. :)

Penutup

Pada akhirnya, kadang jawaban atas masalah, kegundahan dan segala macam kesulitan, terjadi pada saat dan waktu yang tidak diduga-duga. Dan, ini adalah bukti kasihNya.

Sore ini, saya merasa seperti jatuh cinta lagi dan lagi dengan Tuhan saya. RahmatNya memeluk saya di saat yang paling tidak saya duga.

***
Fakhirah, Bandung, 5 Maret 2023, 18:24, diselesaikan saat adzan maghrib berkumandang.

RESTARTWhere stories live. Discover now