Alya tersenyum lalu merangkul Aesa kuat, "Sekarang kan ada aku sama Indah, cerita aja sama kita".

"Atau cerita aja sama Anis, orangnya pelupa" lanjut Alya, "Banyak temen yang cerita ke dia, aman semuanya".

Aesa tertawa kecil, "Kok bisa?".

"Misal kamu cerita ke dia hari ini nih, besok udah lupa" jawab Alya diakhiri tawa kecil juga diikuti oleh Aesa.

"Aku beruntung banget ketemu kalian" ucap Aesa tulus karena memang hidup di desa tempat lahir sang Ibu membuatnya banyak menemukan hal yang mengharukan hatinya.

"Kita juga beruntung kok ketemu kamu" balas Alya kemudian memeluk singkat Aesa dari samping.

Gadis itu mengambil sketch book-nya sebelum Alya sampai di halaman dimana gambar yang tadi Aesa buat bersama Chandra berada.

"Mau tau gambar favorit aku gak?" Aesa membalik lembar demi lembar mencari gambar yang cukup bagus untuk mengalihkan perhatian Alya.

"Indah kok gak kesini?" tanya Alya sembari menunggu Aesa.

"Ini nih" Aesa dengan asal menunjukkan pada Alya, "Mungkin di rumah Indah ada acara deh, kayak rame gitu kedengarannya".

"Assalamualaikum".

Orang yang baru saja menjadi topik pembicaraan mereka datang mengucap salam sambil membawa nampan berisi beberapa macam kue.

"Panjang umur, Ndah" ujar Alya setelah menjawab salam.

"Lagi ghibahin aku ya?" Indah meletakkan nampan hijau yang dibawanya, "Ini dikasih Ibu".

"Ada apa di rumahmu, Ndah?" tanya Aesa.

"Arisan" jawab Indah.

Ia meminta Alya untuk menggeser duduknya sehingga ketiganya dapat duduk di satu kursi panjang ruang tamu.

"Loh, ada Ibuku juga dong" sahut Alya.

"Kirain tau" balas Indah.

"Pamitnya sama Mas Bayu, aku di kamar catat materi nih ketinggalan banyak" tunjuk Alya gemas pada buku catatan milik Aesa yang tadi dia pinjam.

"Eh aku ambilin gelas satu lagi ya, buat Indah" Aesa beranjak membawa pula sketch book bersamanya untuk dia simpan di kamar.

Dia biarkan suara ribut samar dari Alya dan Indahterdengar sampai dapur, Aesa raih satu gelas di rak dan kembali ke rumah tamu.

"Jadi pulang dari pasar langsung bantu Budhe ya?" tanya Aesa yang baru saja datang kepada Indah.

Indah mengangguk sebagai jawaban, "Nanti malem aku tidur sini ya, Es" pinta gadis itu.

"Boleh, Alya sekalian?".

"Enggak deh, kapan-kapan aja" tolak Alya, "Mas Bayu ngeselin, kompor dia".

Mungkin Bayu sangat menyayangi sang Adik sehingga ingin terus berada di dekatnya, atau dengan alasan lain Alya bisa dia jadikan sebagai tameng atau juru bicara antara dia dan Ayahnya.

Sudah dari kecil jika saat selesai bermain Alya tak kunjung pulang makan Bayu akan bilang bahwa Alya berbohong pada orang tuanya kalau gadis itu sedang bermain dengan Indah.

Sesampainya di rumah Alya akan dimarahi, namun saat Bayu yang ketahuan berbohong maka akan dimarahi juga hingga akhirnya keduanya dikurung di kamar mandi.

Bukannya takut, mereka malah tertawa karena bermain air bersama layaknya seorang bajak laut yang sedang berada dalam kapal yang terombang-ambing di lautan.

My Lovely Ghost | SELESAIWhere stories live. Discover now