13. Peliharaan Baru

Start from the beginning
                                    

Mendengar hinaan yang keluar dari mulut Erlan tentu tidak membuat Anin merasa insecure, karena apa yang di katakan laki-laki itu tidak benar adanya, justru Erlan paling gampang terpancing jika bersamanya.

"Hidih gak mau ngaku, kemaren aja lo liat gue pake baju haram langsung misuh misuh kepanasan," balas Anin jujur.

"Gue cowok, udah jelas."

Anin mengangkat bahunya acuh, dia memilih berjalan ke arah kandang kucing yang di taruh di bawah dekat meja belajar untuk mengecek kucing barusan yang di pungut tadi.

"Kak! Lo gak kasih makan kucing nya?" tanya Anin.

"Gak! Males."

Anin bergerutu kesal. "Ngeselin banget! Kan tadi gue udah bilang sama lo, kucingnya kasih makan, kasian..."

"Hm."

Terpaksa Anin yang harus turun tangan. "Pasti kalian laper ya?"

Erlan mendengus kesal, semenjak ada kehadiran kucing sialan itu Anin jadi tidak peduli lagi padanya. "Gue buang mampus lo meng!"

"Kak, lo ada rekomendasi nama gak? Gue bingung banget mau kasih nama siapa," ucap Anin seraya menguyel nguyel kucingnya.

"Tejo sama mawar, cocok buat mereka," jawab Erlan asal.

Kucing yang Anin temui ternyata sepasang, berjenis kelamin jantan dan betina, cuma beda warna. Anin pun menimang nimang pikirannya, "Boleh boleh, gue setuju tuh!"

"Punya gue Tejo, punya lo Mawar ya, jadi sepasang, gimana?"

Erlan bergidik ngeri. "Semunya buat lo aja, gue gak mau."

"Lo takut kucing?" tanya Anin.

"Gue gak takut!"

"Tapi?"

"Geli anj!"

Anin tersenyum miring punya ide jail. "Liat deh kak, kucing nya mau nenen tau."

"Terserah."

Anin merangkak menaiki kasur mendekati Erlan yang ikut menjauh. "Nih, tapi dia nenennya mau sama lo."

"Anjing! Lo jangan macem macem ya!"

"Ini bukan anjing, tapi kucing" koreksi Anin.

"Bodo amat! Jauhin Tejo sama Mawar dari gue gak Nin!" geram Erlan menjauhkan tubuhnya.

"Gak mau! Soalnya mereka mau nenen sama lo."

"Bangsat! Gue gak punya susu! Lo jangan aneh aneh!"

Anin semakin tertawa cekikikan melihat Erlan yang ketakutan. "Punya susu kok jadi pajangan doang."

"Punya susu kok gak di isep," balas Erlan.

Plak

"Dasar mesum!"

Kali ini Erlan yang menampilkan senyuman smirk. "Sini gue isep, mau gak hm?"

"Ogah! Najis banget! Susu gue cuma boleh buat anak gue nanti!"

"Kelamaan, bikin aja belum, gimana mau di isep hm?"

Sialan, pikiran laki-laki itu malah kesana kemari, kan jadi geli sendiri. "Mampus! Lo isep aja nih susu kucing!" greget Anin menjejalkan kucing itu ke wajah Erlan.

°°°°

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

°°°°

"Giorgino menolak kembali kerja sama dengan perusahaan kita!" Hendra menaruh kasar berkas berisi penolakan dari rekan bisnisnya di atas meja.

"Kenapa bisa gitu mas? Bukannya bulan lalu dia sudah setuju?"

"Iya, tapi keputusan dia sekarang sudah berubah semenjak kita bekerja sama dengan Arhan."

"Tapi mas, gak mungkin kan cuma karna kita jodohin Anin sama Erlan itu berpengaruh besar?"

"Tidak, Ini jauh dari itu. Sepertinya ada orang yang membuat dia tidak percaya lagi dengan kita."

"Tapi siapa?" tanya Jihan.

"Besok kita temui Agres di rumah sakit"

Jihan mengangguk. "Yaudah, semoga aja gak ada apa apa sama apa yang terjadi selama ini ya mas."

"Hm."

"Kamu udah balas pesan Anin?"

"Belum mas, aku masih takut kalau nanti Anin nanyain keberadaan kita. Dia pasti sedih kalau tau kita udah gak di indonesia lagi."

"Kamu bilang apa adanya aja sama Anin, dari pada dia kecewa karena kita gak ngasih kabar," ucap Hendra.

"Iya juga sih mas, besok nanti aku coba telepon dia deh, sekalian nanyain hubungannya sama Erlan gimana."

"Iya, Han. Kalau gitu hari ini kita makan di resto aja, kamu jangan masak."

"Iya mas."

Malam ini Hendra mengajak Jihan makan di luar, dan tentu hanya berdua saja, tapi biasanya jika ada Anin pasti lebih rame, rusuh, dan berisik yang menambah suasana menjadi ceria.

ERLANGGA | ENDWhere stories live. Discover now