10. Dilarang masuk

5 1 0
                                    

HALO SEMUA JANGAN LUPA:
~FOLLOW
~KOMEN
~VOTE

SELAMAT MEMBACA

✨💫

Shazia menyusuri tempat yang sekarang  mereka tempati untuk wisata. Terlihat seorang pria yang sedang duduk di kursi taman sendirian.

Shazia menghampiri pria tersebut lalu bergabung duduk di sampingnya.
Pria itu menyadari kehadiran shazia, sekilas ia melirik shazia.

"Lo ngapain ke sini" Ucap fathan saat shazia bergabung duduk bersamanya. Ya pria tersebut adalah fathan

"Kamu kenapa pergi dari acara itu" Timpa shazia mengajukan pertanyaan tanpa menjawab ucapan fathan tadi.

"Engap gue di sana, juga itu karena ada lo" Ungkap fathan membuat shazia terdiam.

"Lo caper bangett asli deh"

"Kenapa make nyanyi segala"

"Gue ikut wisata, karena gue kira lo gak ikut, taunya lo tetap pergi"

"Awalnya gue udah bayangin pariwisata  ini gue bisa tenang tanpa lo, gue nikmatin bareng teman yang lain tanpa adanya lo, gue pengen refresing senang-senang, tapi itu semua gak terjadi karena adanya lo"

"Lo itu benar-benar parasit dalam hidup gue" Bentak fathan, segala ucapan keji itu benar-benar dilontarkan fathan.

Saat ini shazia hanya mencoba sebaik mungkin untuk mengatur nafasnya yang terasa sesak itu.

Smartwatch yang dipakainya kini lagi-lagi bereaksi pertanda penyakit shazia kambuh.

"Aishh, sial.. Gue udah muak sama lo, dasarr cewe penyakitan" Gerutu fathan, setelah itu ia bangkit dari duduknya bergegas pergi namun dicegat oleh shazia yang kini meremas ujung bajunya.

"Tolongin aku" Pinta shazia menunjuk tempat obatnya yang terjatuh sedikit jauh dari tempat mereka duduk.

Fathan melihatnya, namun ia tidak menanggapi sama sekali perkataan shazia, ia tetap melanjutkan jalannya, dengan menghempas kasar tangan shazia yang menggenggam ujung bajunya.

"Han ini sakit banget, tolongin aku" Sekuat apapun shazia meneriaki fathan, namun pria itu benar-benar tidak memperdulikannya

Shazia menatap sendu kepergian pria itu, kini ia benar-benar merasa sakit hati yang membuat jantungnya terasa semakin ngilu, ia benar-benar kesulitan menggapai tempat pilnya itu.

Shazia benar-benar merasa kesakitan saat ini, dilihatnya tidak seorangpun yang berada disana, benar-benar sunyi.

"S-S-siapapun tolongin aku" Gumamnya.

Sebelum pada akhirnya penglihatannya memburam, dan seluruh tubuhnya yang terasa lemas. Ia masih mencoba untuk menggapai pilnya, Hampir saja tubuhnya terjatuh, namun seseorang telah menangkapnya.

"Hati-hati" Ucap pria itu lembutt

Shazia mengenali suara itu. Namun ia tidak bisa melihat begitu jelas.

"Nih obat kamu" Pria itu menyodorkan sebuah tempat kecil berisikan beberapa pil.

Shazia menggapainya, segera ia membuka tutupnya, namun karena terburu-buru dan badannya yang sudah terasa begitu lemas ia tidak mampu melakukannya.

Melihat itu Alfarezel kembali menggapai obat itu, menaruh sebutir pil ditangan shazia, lalu mengambil sebuah  air mineral di dalam tasnya.

Secepatnya shazia meneguk obatnya, lalu mengatur nafasnya perlahan. Perlahan juga penglihatannya mulai membaik, ia menghapus bekas tangisnya dengan punggung tangannya.

"Pake ini" Alfarezel menawarkan sebuah kain kecil pada shazia.

"Makasih" Shazia menggapainya

Denyut jantungnya kembali normal setelah beberapa menit ia meminum obatnya.

Keduanya kembali hening, shazia benar-benar merasa berbudi jasa pada alfarezel. Lagi-lagi ia diselamatkan olehnya.

"Makasih ya atas semuanya" Shazia membuka topik, memecahkan keheningan itu.

"Sama-sama" Balasnya singkat

Alfarezel bangkit dri duduknya, kembali menggapai ranselnya.

"Mau kemana??" Tanya shazia

"Ke suatu tempat" Jawabnya

"Aku ikut boleh ga"

"Tapi, udah hampir tengah malam" Cegat alfarezel, namun bukan shazia jika tidak batu, ia terus memaksa agar diperizinkan ikut dengannya.

"Aku balik ke tenda juga pasti gak bisa tidur" Ucapnya dengan memasan ekspresi melas.

"Yaudah" shazia ikut bangkit lalu mereka berdua beranjak pergi dari sana.

Alfarezel terus menuntun jalan diekori shazia dibelakang, udara malam begitu dingin membuat shazia terus berusaha menghangatkan badannya.

Alfarezel melirik gadis itu, ia berhenti, melepas luaran yang di pakainya. Lalu memasangkan di kedua bahu shazia.

"Aku gak apa-apa kok" Tolaknya, namun alfarezel memaksa agar shazia jangan melepasnya.

"Kamu sendiri gimana? Gak kedinginan?" Tanyanya, namun hanya mendapatkan gelengan dari pria itu.

Berjalan hampir 20 menitan, akhirnya mereka sampai dimana ada sebuah papan bertuliskan dilarang masuk namun tetap di terobos oleh alfarezel.

Shazia terus memandangi keadaan sekeliling, sekarang posisi mereka jauh di dalam hutan, sesekali ia mendengar suara-suara aneh, membuat bulu kuduknya bergidik ngeri.

"Ayo masuk" Perintah alfarezel menahan kawat yang dijadikan pagar itu. Shazia menurut dengan hati-hati ia melangkahi kawat itu.

Sebuah danau dengan beberapa bunga di sekelilingnya membuat shazia tertegun kagum menatapnya. Begitu indah, ia tiada henti tersenyum. Segera ia menyusul alfarezel yang sedang berada di tepi danau itu.

"Bagaimana bisa kamu tahu tempat ini" Tanya shazia sambil memasukkan tangannya ke dalam air danau itu, sejuk, nyaman rasanya.

"Tadi siang gue jalan-jalan terus nemuin tempat ini deh" Jujurnya, ia tersenyum kecil melihat gadis itu akhirnya kembali happy.

Dengan usilnya shazia melemparkan secercah air ke wajah alfarezel, membuat alfarezel terkesiap kaget. Dengan mengusap air di wajahnya shazia begitu lantang menertawai dirinya.

Alfarezel membalas perbuatan shazia, namun dengan tangannya yang begitu besar, membuat shazia seperti sedang di lempari air se ember.

Wajah shazia kini basah kuyup hingga rambutnya pun ikutan basah. Shazia yang tadinya tertawa kini memasang wajahnya datar.

Alfarezel merasa bersalah, ia tak tahu harus berbuat apa.
"Maaf, maaf... Gue gak sengaja" Sesalnya, namun shazia diam beberapa menit, lalu kembali menyemburkan air ke wajah alfarezel.

Lagi-lagi shazia pun tertawa begitu lepas, sekarang giliran alfarezel yang basah kuyup akibat perbuatan shazia itu.

Alfarezel hanya membalas dengan senyuman, shazia yang melihat itu tertegun, baru kali ini ia melihat pria itu tersenyum

"Tampannya" Batin shazia bergumam, pada saat itu juga alfarezel meliriknya, segera shazia memalingkan muka ke sembarang arah, mencoba menghindari kontak mata dengan pria itu.

Kini shazia membaringkan tubuhnya diatas rumput tebal itu, menatap langit malam dengan hamparan bulan bintang yang begitu indah di pandang.

"Wahh indahnya ciptaan Tuhan" Ucapnya kagum, alfarezel yang mendengar itu melirik shazia yang posisinya berada di sampingnya.

Ia ikut melirik kemana arah pandangan gadis itu tertuju, dan benar saja apa yang diucapkannya, ribuan bintang bersinar terang diatas sana. Akhirnya alfarezel pun ikut membaringkan tubuhnya.

Mereka berdua memandangi langit malam. Rasanya mereka ingin seperti ini terus.

Semoga betah ya

Byeeeee🥰

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fiance FailedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang