23 | Yang Terjebak

599 69 0
                                    

Seruni tengah mempersiapkan proses ritual tumbal waras yang akan segera dilakukannya lagi. Tumbal yang kedua harus segera ia berikan untuk Eyang Jagaswira, atau dirinya akan gagal memiliki kekuatan setara dengan kekuatan Yvanna. Ia tak mau gagal kali ini, hanya karena ada Yvanna yang selalu menghalangi langkahnya untuk menghancurkan Keluarga Harmoko.


"Wanita itu harus benar-benar aku buat berhenti di tempatnya. Aku akan menghentikannya, seperti bagaimana aku menghentikan Asmarani di masa lalu," ujar Seruni, sambil membakar kemenyan merah di dalam wadah tanah liat miliknya yang berisi arang.

Bau kemenyan itu mulai tersebar ke seluruh penjuru ruangan tempat ritual. Seruni mulai membacakan mantra untuk memanggil makhluk suruhannya dan kali ini ia akan memanggil yang baru, karena kemarin makhluk suruhan yang sebelumnya sudah dilenyapkan oleh Yvanna ketika akan menyerang Manda. Makhluk itu muncul di hadapan Seruni tak lama kemudian. Seruni pun menaburi wadah tanah liat tadi dengan bunga tujuh rupa di atasnya, untuk memperlihatkan pada makhluk itu bahwa kehadirannya sangat dinantikan oleh Seruni.

"Pergilah ke rumah nomor sembilan di Desa Pananjung. Aku sudah menandai orang yang akan menjadi tumbal bagi ritualku hari ini di dalam rumah itu. Buat pikirannya menggila. Buat kewarasannya tidak lagi bisa bekerja dengan baik," perintah Seruni, yang kemudian disetujui oleh makhluk suruhannya.

Makhluk suruhannya itu pun segera menghilang dari hadapan Seruni. Makhluk itu keluar dari rumah tersebut dan hendak pergi menuju ke tempat yang sudah Seruni sebutkan. Namun sayang, makhluk itu harus tertahan di dalam lingkaran ajian tutup langkah yang sudah Yvanna pasang sebelumnya. Saat ini Yvanna, Tika, Manda, Lili, dan Roni tengah menatap ke arah makhluk yang terjebak itu. Melihatnya berusaha sekuat tenaga agar bisa keluar dari lingkaran ajian yang terpasang.

"Sebentar lagi," ujar Yvanna.

"Apanya yang sebentar lagi?" tanya Roni.

"Sebentar lagi makhluk itu akan musnah karena terdorong oleh kuatnya ajian tutup langkah. Dan kalau makhluk itu musnah, maka Seruni akan merasakannya dan dia akan terpancing untuk keluar dari dalam rumah itu," jelas Manda.

"Lalu, apa yang akan kita lakukan jika dia benar-benar terpancing keluar dari dalam rumah itu?" Roni ingin mendengar keseluruhan rencana.

"Kita bertiga akan menangkap Seruni di bagian luar rumah, sementara Kak Yvanna dan Lili akan masuk ke sana melalui jalan yang lain untuk menghancurkan ritual tumbal waras yang sedang diadakan oleh wanita tua itu," Manda mengungkapkan detailnya.

"Tapi apakah tidak akan berbahaya jika begitu? Seruni saat ini memiliki kekuatan, 'kan?" Roni tampak khawatir.

"Dia memiliki kekuatan jika ada di tempat yang memiliki perantara antara dirinya dan Iblis yang dipujanya. Jika dia keluar dari rumah itu, maka dia tidak lagi memiliki kekuatan apa-apa. Dia tidak ada di tempat yang menjadi perantara dengan Iblis," jelas Yvanna.

"Ah ... jadi maksudnya, rumah itu adalah perantara diri Seruni dengan kekuatan yang diberikan oleh Iblis. Jadi ketika dia tidak berada di dalam rumahnya, maka dia tidak akan memiliki kekuatan apa-apa," Roni mulai paham.

"Ya, benar. Itulah alasannya, mengapa dia tidak pernah muncul secara langsung di hadapan Kakekku ataupun aku. Dia bukan pemilik kekuatan murni, maka dia jelas sadar bahwa Kakekku ataupun aku bukanlah tandingan yang bisa dia hadapi dengan mudah," tambah Yvanna.

Roni pun tertawa pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Hal itu jelas membuat Tika dan Manda menatap ke arahnya, sementara Yvanna dan Lili tetap fokus pada yang mereka tuju.

"Kenapa tertawa, Pak Roni? Apakah ada yang lucu bagi Bapak?" tanya Manda.

"Bukan lucu, Letnan Manda. Aku tertawa bukan karena merasa lucu akan sesuatu. Aku tertawa karena terus saja mendengar sesuatu yang sangat rumit dari setiap penjelasan yang Yvanna berikan. Tapi anehnya, meskipun penjelasan yang dia berikan selalu terdengar rumit bagiku, aku tetap saja tidak ingin melewatkan satu hal pun yang berhubungan dengan cara kerjanya. Jadi aku merasa lucu terhadap diriku sendiri saat ini," jelas Roni, apa adanya.

"Itu lebih tepat jika disebut dengan 'penasaran', Pak Roni," cetus Lili. "Saat ini anda sedang berkubang di dalam rasa penasaran yang kuat, sehingga anda tidak mampu untuk berpaling meski hanya untuk menghadapi sesuatu yang lebih masuk akal. Itu wajar terjadi, karena anda sebelumnya adalah seseorang yang memiliki pikiran cenderung realistis, daripada pikiran yang tidak realistis. Jangan khawatir, anda akan semakin terbiasa dengan semua kegiatan kami jika terus-menerus ikut dalam setiap langkah yang kami buat."

Roni pun kini mengangguk-anggukkan kepalanya, pertanda bahwa apa yang dikatakan oleh Lili tentang dirinya saat itu adalah hal yang bahkan ia sendiri pun tidak dapat membantahnya.

"Apakah itu masih bisa disebut normal, sekarang, Dokter Lili?"

"Apakah anda merasa semuanya normal, Pak Roni?" Lili balik bertanya.

"Ya, aku rasa begitu."

"Bagus," sahut Manda sambil menepuk-nepuk kedua pundak Roni dengan kuat. "Itu tandanya anda masih waras seperti kami. Sekarang, mari kita lihat saja apa yang akan lebih terjadi pada makhluk itu dan berhenti curhat."

Roni tampak tak percaya dengan apa yang baru saja Manda lakukan padanya. Mungkin seharusnya Roni saat ini boleh sedikit mengomel, namun Tika memberi kode untuk memaklumi sifat Manda yang terkadang memang sering tidak terduga.

"Biasanya dia tidak pernah begitu terhadap atasan, Pak. Mungkin itu adalah efek hormon yang terjadi ketika sedang hamil. Mohon pengertiannya," bisik Tika.

"Iya, mungkin kamu benar. Hormon wanita hamil memang yang paling sulit ditebak," balas Roni, ikut berbisik seperti yang Tika lakukan.

Makhluk yang terjebak itu mulai kehilangan fokusnya. Ajian tutup langkah terus mendesaknya untuk mundur, hingga pada akhirnya makhluk itu mulai tetdorong ke belakang dan melesat ke bawah lalu lenyap seperti yang sudah Yvanna nantikan. Di dalam rumah yang sedang diawasi tersebut, Seruni bisa merasakan bahwa telah terjadi sesuatu makhluk suruhannya. Ritual tumbal waras yang seharusnya sudah ia mulai, mendadak harus ia tinggalkan. Ia berlari keluar dari ruang ritualnya menuju ke arah depan rumah. Wanita tua itu menuruni beberapa anak tangga ketika melihat ada bekas terbakar yang terlihat pada tanah di halaman rumahnya tersebut.

Yvanna dan Lili kini telah masuk ke dalam melalui jendela samping rumah itu. Tika, Manda, dan Roni bersiap untuk menangkap Seruni jika sudah mendapat tanda dari Yvanna maupun Lili. Seruni mendekat pada tanah yang terbakar. Ia meraba bekas hangus yang begitu nyata, lalu mulai menerka-nerka.

"Yvanna?" gumamnya, pelan.

Tika, Roni, dan Manda pun langsung menodongkan pistol mereka kepada Seruni, dari tiga arah yang berbeda.

"Tepat sekali!" tegas Tika. "Sekarang angkat tanganmu, atau kami tidak akan segan untuk menembak!"

Seruni pun tersenyum getir.

"Curang. Dia benar-benar curang seperti Asmarani," geramnya.

* * *

TUMBAL WARASحيث تعيش القصص. اكتشف الآن