3 | Merenungi

713 73 0
                                    

"Aku jadi benar-benar selemah itu. Aku benar-benar lemah, sampai tidak tahu kalau selama ini aku sering dirasuki oleh makhluk kiriman dari Bibi Seruni," sesal Larasati, yang saat itu tengah bersandar pada dada bidang Narendra.


Mereka kini berada di rumah lama Keluarga Harmoko. Pram, Lili, Tio, dan Silvia ikut bersama mereka. Hanya Naya dan Reza yang memilih menetap di rumah Keluarga Adriatma malam itu, karena merasa rindu pada Arini. Lili masih terjaga dan masih bisa mendengarkan pembicaraan kedua orangtuanya dari balik pintu kamar. Sejak tadi Larasati benar-benar belum bisa berhenti menangis. Suara tangisannya terdengar jelas oleh Lili, meskipun Larasati sudah berusaha meredamnya.

"Sudah, Bu. Sudah. Kita sama-sama tidak tahu kalau kamu dirasuki oleh makhluk kiriman Bibi Seruni. Yvanna juga memutuskan diam, karena takut kehilangan kamu," bujuk Narendra.

"Tapi tanpa aku sadari, selama ini aku sudah banyak membuat Yvanna menjadi tertekan, Yah. Kamu dengar sendiri apa yang Lili jelaskan pada kita tadi, bahwa selama ini sudah sangat sering aku bertingkah tidak masuk akal dan korbannya adalah Yvanna. Yvanna, Yah. Putri kesayangan kita yang jadi korban saat pikiranku dirasuki oleh makhluk itu. Dia memilih menjadi tameng untuk Tika, Manda, dan Lili, agar mereka selalu aman dari sikap tidak warasku. Dia berkorban dan aku merasa sakit hati atas hal yang tidak aku ketahui," ungkap Larasati dengan jujur.

"Aku paham, Bu. Tapi masalahnya itu adalah keputusan Yvanna sendiri. Kamu tahu persis kalau dia memang bukan orang yang egois. Dia itu sangat menyayangi Tika, Manda, dan Lili. Jadi wajar kalau akhirnya dia memutuskan begitu demi membuat mereka bertiga hidup dengan tenang."

Larasati terdiam selama beberapa saat, meskipun suara tangisnya masih belum berhenti.

"Aku benar-benar tidak paham, mengapa Bibi Seruni sampai setega itu terhadap keluarga kita. Apa salah kita terhadapnya? Bahkan aku masih ingin mempertanyakan, apa salah Ibuku terhadapnya sehingga dia ingin sekali menumbalkan kewarasan Ibuku? Aku tidak paham kenapa dia mendendam terhadap keluarga kita, padahal sejak dulu keluarga kita selalu baik terhadapnya. Apakah dia mau menyalahkan kita atas meninggalnya Almarhum Paman Danu?" pikir Larasati.

Narendra mengerenyitkan keningnya selama beberapa saat.

"Untuk apa dia menyalahkan kita atas meninggalnya Almarhum Paman Danu? Almarhum Paman Danu meninggal saat sedang dalam perjalanan menuju ke tempat kerjanya, 'kan? Lalu, apa urusannya dengan kita kalau sampai Bibi Seruni menyalahkan keluarga kita atas kematiannya? Itu sangat tidak masuk akal, Bu," sanggahnya.

"Lalu apa alasannya, Yah? Kenapa Bibi Seruni sampai ingin sekali membuat keluarga kita hancur? Kenapa?" tanya Larasati.

"Kita sama-sama tidak tahu, Bu. Kita sama-sama tidak pernah paham dengan tujuan Bibi Seruni yang ingin sekali menjadikan salah satu anggota keluarga kita sebagai korban dari ritual tumbal waras yang dilakukannya," jawab Narendra. "Jadi, bersabarlah dulu untuk saat ini. Intinya, besok kita harus pikirkan cara untuk memperbaiki keadaan dengan Bagus dan Ayuni. Tadi kita tidak sempat mengatakan apa-apa kepada mereka, karena kondisimu yang belum sepenuhnya pulih."

Lili sejak tadi mendengarkan pembicaraan itu sambil mengirim pesan kepada Manda. Manda terus saja membalas pesannya, karena mungkin wanita itu juga penasaran dengan pembicaraan antara Narendra dan Larasati yang tidak bisa didengarnya secara langsung.

MANDA
Lalu, Ibu bilang apa lagi setelah mengungkapkan sesalnya?

LILI
Ibu mulai mempertanyakan soal apa alasan sebenarnya yang menjadi penyebab wanita tua bernama Seruni itu ingin sekali menghancurkan keluarga kita.

MANDA
Dan Ayah menjawab apa?

LILI
Ayah menjawab 'tidak tahu', ya karena memang Ayah tidak tahu. Tapi Ibu curiga kalau wanita tua bernama Seruni itu menyalahkan keluarga kita atas kematian Suaminya, sehingga dia sampai menaruh dendam. Nama Suaminya Danu, itu yang kudengar dari Ayah ketika dia menyebutnya.

MANDA
Dan apakah Ayah setuju dengan kecurigaan Ibu?

LILI
Tidak. Ayah tidak setuju. Menurut Ayah, Almarhum Suami wanita tua itu meninggal karena kecelakaan saat akan pergi ke tempat kerjanya. Jadi sudah jelas menurut Ayah, hal itu tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan keluarga kita.

Jojo membaca isi pesan itu dan kemudian memberikannya kembali pada Manda.

"Coba tanya pada Lili, siapa nama lengkap Almarhum Suami wanita tua bernama Seruni itu," pintanya.

Manda segera mengetik pertanyaan yang Jojo sebutkan, lalu tak lama kemudian Lili tampak kembali membalas.

"Dia bilang tidak tahu. Ayah atau Ibu sama sekali tidak menyebut nama lengkapnya sejak tadi," ujar Manda.

"Katakan pada Lili, coba tanyakan pada Ayah atau Ibu," saran Jojo.

Manda menurut dan mengirim pesan lagi pada Lili. Kedua mata Manda membola ketika membaca balasan selanjutnya.

"Dia bilang, 'Kakak sangat ingin aku digantung malam ini juga di halaman rumah? Kalau aku menanyakan secara langsung pada Ayah dan Ibu, itu sama saja aku memberi tahu mereka bahwa aku sejak tadi sedang menguping apa yang mereka bicarakan!', begitu katanya," Manda menyampaikan sambil menahan tawa.

Jojo langsung terkekeh pelan, lalu menerima timpukan bantal sofa dari Ben yang masih ada bersama mereka di ruang tengah rumah itu.

"Kamu itu selalu saja usil sama Lili. Kalau Aris tahu, dia akan mengomel berjam-jam di depanmu karena merasa tidak terima Lili kamu ganggu," tegur Bagus sambil menepuk-nepuk pundak Jojo dengan tegas.

"Kapan lagi aku bisa menjahili Lili, Paman? Kalau Lili sudah menikah dengan Aris, maka artinya aku ...."

"Akan berhenti menjahili Lili?" tebak Manda.

"Akan semakin sering menjahilinya, Sayangku," ralat Jojo dengan cepat. "Aku harus membuat Aris jadi pengidap darah tinggi, biar Lili tidak kekurangan pekerjaan setelah menjadi Istrinya."

Manda pun langsung memutar kedua bola matanya akibat merasa sebal dengan tingkah Suaminya yang selalu saja usil.

"Dan kamu akan mendapat kamehameha dari Kak Tika setiap kali Lili mengadu padanya," tambah Yvanna, agar Jojo sadar kalau tidak akan semudah itu bisa menjahili Lili jika ada Tila di sampingnya.

"Duh, kamu itu kok hobi sekali merusak imajinasiku sih, Yv?" keluh Jojo.

"Yvanna bukan merusak imajinasimu, tapi menasehatimu. Cobalah belajar membedakan, Nak," saran Ayuni.

Mereka semua kembali pada topik pembicaraan tentang Seruni dan ritualnya yang dijalaninya, yaitu ritual tumbal waras.

"Sudah berapa lama ritual tumbal waras itu mengejar Keluarga Harmoko, Nak?" tanya Bagus, tampak ingin tahu.

"Aku kurang tahu soal berapa lamanya wanita tua itu melakukan ritual tumbal waras dan mengejar keluarga kami, Paman. Yang aku tahu adalah, Almarhumah Nenekku dulu benar-benar berjuang keras untuk mempertahankan Keluarga Harmoko agar terhindar dari ritual tumbal waras itu. Puncaknya adalah ketika Almarhumah Nenekku akhirnya mengorbankan diri untuk membuat wanita tua itu benar-benar menjauh. Tapi nyatanya, wanita tua itu masih juga mempunyai cara untuk membuat Keluarga Harmoko hancur dan cara itu adalah dengan merasuki pikiran Ibuku," jelas Yvanna.

* * *

TUMBAL WARASWhere stories live. Discover now