20 | Bimbangnya Lili

627 67 0
                                    

Tika membuka pintu mobilnya setelah mengantar Zian yang akan pergi ke kantor pagi itu. Yvanna dan Manda baru saja selesai berpamitan pada Arini, ketika akhirnya mendekat pada Tika yang masih mengelap kaca mobil bagian luar karena agak berembun.


"Kita akan langsung menjemput Lili, Kak?" tanya Manda.

"Iya. Kalau aku tidak menjemputnya, dia mungkin akan merajuk selama satu minggu ke depan," jawab Tika.

"Tenang saja. Kalau pun Lili merajuk, kita bisa meminta Aris untuk membujuknya untuk berhenti merajuk," ujar Yvanna.

"Oh ... kalau aku malah lebih suka langsung mengurung ular putih milik Kak Aris agar Lili tidak bisa mengajaknya bermain-main," cetus Manda.

Tika dan Yvanna kini menoleh ke arah Manda sambil memasang ekspresi wajah tak percaya.

"Manda, kamu sadar 'kan kalau ular putih milik Aris itu bisa menghilang sesuka hati dari hadapanmu? Kalau kamu mengurung ular putih itu pada suatu tempat yang tidak bisa Lili temukan, ular putih itu tetap saja bisa menghilang dari tempatmu mengurungnya dan mendadak muncul di hadapan Lili," ujar Tika.

Manda langsung menekuk wajahnya saat mendengar kenyataan yang sempat ia lupakan.

"Dan sekarang setelah aku ingat tentang hal itu, aku langsung merasa sebal. Mengapa begitu? Karena mau tak mau, aku akan mengikuti usulan kalian, yaitu meminta Kak Aris untuk membujuk Lili jika dia merajuk."

Tika dan Yvanna pun tertawa geli saat melihat tampang Manda yang tak bisa menyembunyikan perasaan sebalnya.

"Sudahlah, mungkin itu adalah pertanda untuk kita agar menerima kenyataan bahwa Lili kini sudah memiliki pawang yang tepat," Yvanna berusaha menghibur Manda.

"Oh, itu terdengar jauh lebih menyebalkan dari yang kudengar diawal tadi, Kak Yvanna. Terima kasih," ucap Manda.

Mobil milik Tika segera meninggalkan halaman rumah Keluarga Adriatma. Mereka akan menjemput Lili terlebih dahulu, sebelum menemui Roni yang akan membawakan berkas hasil autopsi. Yvanna akan membawa mereka pada suatu tempat yang kemungkinan sering dikunjungi oleh Seruni selama ini. Dengan mengunjungi tempat itu, ada kemungkinan mereka bisa mengikuti langkah Seruni ketika akan kembali ke rumahnya.

Lili langsung masuk ke mobil itu ketika Tika datang menjemput ke rumah lama milik Keluarga Harmoko. Wanita itu tampak sudah siap sejak tadi, sehingga Larasati sendiri yang mengantarnya sampai ke pagar.

"Kak Yvanna sudah punya rencana ingin melakukan apa hari ini?" tanya Lili, setelah menyerahkan satu kotak rendang yang dibuatnya untuk Manda.

"Tergantung dari seberapa jauh kita bisa menipiskan jarak dengan Seruni, Dek," jawab Yvanna.

"Kita hanya akan menghentikannya, atau ... kita akan biarkan Iblis yang dipujanya mengakhiri semua hal yang Seruni lakukan selama ini? Seperti yang Kakak lakukan terhadap Akbar Salim," Lili ingin tahu.

"Kalau soal itu, jawabannya adalah 'entah'. Aku belum mendapat firasat lain selain tentang gua yang kemarin kita datangi serta jalan masuk Iblis yang dipuja oleh Seruni. Kenapa? Apakah kamu bicara dengan Kakek, mengenai apa yang kamu ketahui tentang Seruni?" Yvanna bertanya balik.

"M-hm ... itu benar. Aku membicarakannya dengan Kakek, semalam. Dan ... Kakek juga tampak tahu bahwa aku merasa berat menghadapi perkara ini, karena kita akan menghadapi anggota keluarga sendiri," jawab Lili dengan jujur.

"Tapi kalau mengingat semua perbuatan Seruni terhadap Nenek, Kakek, Ibu, dan bahkan hampir terhadap Manda kemarin sore, aku sama sekali sulit membuat pertimbangan bahwa dia adalah anggota keluarga kita," ungkap Tika. "Entah kenapa aku hanya bisa menganggapnya sebagai musuh, meski sudah tahu kalau dia adalah Adik kandung Almarhumah Nenek. Mungkin ... karena aku juga tahu bahwa Nenek berkorban melindungi keluarga kita karena Seruni hendak menyakiti kita semua. Kalian semua tahu betul bukan, bahwa aku satu-satunya di dalam Keluarga Harmoko yang masih tidak bisa menerima kepergian Nenek yang begitu cepat."

Lili pun terdiam dan merenungi semua kata-kata Tika saat itu. Perasaan Lili semakin tidak menentu. Namun tak bisa disangkal, kalau Lili juga memiliki perasaan tidak suka pada satu sisi diri Seruni. Lili tidak suka dengan dendam yang terus dipupuk oleh wanita tua itu, sehingga membuat seluruh anggota Keluarga Harmoko terancam.

"Terkadang, kita harus melewati sebuah batas untuk tahu bahwa apa yang kita yakini bisa saja salah atau bisa saja benar. Kamu tidak salah karena merasa tidak ingin melawan anggota keluarga kita sendiri, setelah tahu mengenai siapa Seruni sebenarnya. Tapi satu hal yang harus kamu ingat, Lili, bahwa kita masih berdiri dengan tegap sampai detik ini adalah karena Allah masih menyayangi kita dan sayangnya Allah itu tersalurkan melalui pengorbanan yang Almarhumah Nenek lakukan. Aku harap kamu paham dengan situasi saat ini, lalu segera memutuskan akan memihak ke arah siapa dan segera memberi solusi untuk akhirnya nanti," tutur Yvanna.

Manda menatap ke arah Lili yang tampak sedang merenung.

"Kalau kamu masih merasa ada dilema di dalam hatimu, coba bicarakan dengan Kak Aris. Mungkin dia akan bisa memberimu sedikit pencerahan melalui sudut pandangnya. Semalam aku juga sama kok seperti kamu, bimbang tidak tentu arah setelah tahu mengenai siapa Seruni. Tapi setelah aku membicarakannya dengan Suamiku dan mendengarkan pendapat dari sudut pandangnya, akhirnya aku memantapkan diri untuk memegang satu pendirian," ujar Manda.

"Ya, mungkin Kak Manda benar. Aku harus mencoba bicara pada orang yang memiliki sudut pandang berbeda dengan orang-orang yang ada di dalam keluarga kita. Kalau aku hanya berbicara dengan orang-orang yang berpikiran sama denganku, maka pikiranku hanya akan mengeluarkan pendapat yang monoton," tanggap Lili.

"Kalau begitu tunggu apa lagi? Silakan mengobrol dengan Aris. Lewat chat saja, biar tidak terlalu mengganggu pekerjaannya di Cafe," saran Tika.

Lili pun segera mengeluarkan ponselnya dari dalam saku. Yvanna menatap ke arah Tika, dan tatapan itu membuat Tika paham bahwa Yvanna mungkin ingin sedikit bertanya mengenai sarannya untuk Lili barusan.

"Aku sedikit ingin memberinya kelonggaran, agar tidak terlalu terpaku pada aturan keluarga kita yang benar-benar keras. Toh sebentar lagi dia juga akan keluar dari rumah Ayah dan Ibu, setelah menikah dengan Aris," bisik Tika.

"Mm ... pikiran yang jauh lebih terbuka. Aku setuju dengan pendapat Kakak," balas Yvanna, ikut berbisik.

"Kalian sedang membicarakan apa? Kenapa berbisik-bisik seperti itu?" tanya Manda.

Yvanna menoleh ke belakang lalu mengambil sepotong rendang yang ada dalam wadah di tangan Manda.

"Aku dan Yvanna sedang membicarakan soal wanginya aroma rendang yang Lili buat. Yvanna sekarang ingin mencicipinya sedikit," jawab Tika, agar Manda tidak perlu bertanya terlalu jauh.

"Mm ... rasanya enak dan dagingnya empuk, Kak. Lili tampaknya sudah bisa memasak rendang dengan hasil yang sempurna," nilai Yvanna, apa adanya.

* * *

TUMBAL WARASWhere stories live. Discover now