4 | Berita

754 74 0
                                    

Aroma masakan yang begitu sedap tercium oleh semua penghuni rumah pagi itu. Arini jelas sudah menduga kalau Yvanna serta Manda telah menyelesaikan semua pekerjaan rumah dan sama sekali tidak menyisakan satu pekerjaan pun untuk dikerjakan olehnya. Ia keluar dari kamar dan bisa melihat kalau meja makan benar-benar sudah terisi dengan menu sarapan pagi. Lantai, jendela, karpet, dan bahkan setiap lemari tampak sudah bersih. Di halaman depan terdengar suara sapu yang sedang beradu dengan rerumputan. Ketika Arini mengintip ke jendela, ternyata Reza saat itu sedang membersihkan seluruh halaman rumah, termasuk halaman rumah Ayuni.


"Ya Allah. Tidak menantu perempuanku, tidak menantu laki-lakiku, semuanya hobi mengerjakan pekerjaan rumah," gumam Arini, sambil mengelus dada dan berjalan menuju dapur.

"Semua makanannya sudah kamu bawa ke meja makan, Manda?" tanya Yvanna yang masih menggoreng perkedel jagung.

"Iya, Kak. Sudah semuanya aku bawa ke meja makan," jawab Manda.

Arini masuk ke dapur dan langsung mendekat pada Yvanna.

"Aduh ... kamu itu benar-benar susah sekali disuruh istirahat. Kok semua pekerjaan sudah kembali selesai dikerjakan padahal masih jam enam. Kamu sedang hamil, Nak. Istirahatlah sejenak," saran Arini.

"Tidak apa-apa, Bu. Toh sekarang aku tidak mengerjakan pekerjaan rumah sendirian. Ada Manda juga yang membantuku," ujar Yvanna.

Arini pun menepuk keningnya, lalu menatap ke arah Manda.

"Coba sekali-sekali kamu yang nasehati Kakakmu, Nak. Mungkin kalau kamu yang menasehatinya, maka dia akan mendengarkan nesehatmu," pinta Arini, kepada Manda tepat di depan Yvanna.

Yvanna pun mengulum senyum sambil mengangkat perkedel jagung yang sudah matang.

"Uhm ... apakah Kak Yvanna tidak pernah mendengarkan nasehat Ibu untuk beristirahat sejenak?" tanya Manda.

"Iya, dia tidak pernah mendengarkan nasehat Ibu," jawab Arini.

"Nah ... kalau begitu sudah jelas tidak akan ada harapan bagi aku, Bu. Kalau nasehat dari Ibu saja tidak dia dengarkan, apalagi nasehat dari aku," ujar Manda, memutuskan menyerah sejak awal.

Arini pun langsung meringis usai mendengar apa yang Manda katakan. Naya dan Nania muncul di ambang pintu dapur, bertepatan dengan datangnya Tika ke rumah itu.

"Assalamu'alaikum," ujar Tika.

"Wa'alaikumsalam," jawab semua orang.

"Bi, ini aku bawakan udang tumis balado," Tika menyerahkan satu mangkuk ke tangan Arini.

"Wah ... menu tambahan lagi. Apakah meja makan kita masih cukup untuk menyajikan semua menu makanan yang dimasak oleh tiga orang menantu di rumah keluarga kita?" tanya Nania, berbisik dengan wajah bahagia.

Naya memperlihatkan ponselnya, yang mana pada saat itu ia sedang menerima pesan dari Silvia. Nania pun membacanya.

SILVIA
Aku yang berstatus menantu, tapi aku yang malah jadi Ratu kalau salah satu Putri dari keluarga ini ada di rumah. Lihat baik-baik ... kurang penuh apa meja makan itu saat ini? Nay, Lili juga masak kari kepiting kesukaan kamu loh.

Nania pun langsung menatap ke arah wajah Adik bungsunya tersebut.

"Aku ingin makan kari kepiting," rajuk Naya.

Yvanna dan Manda pun kompak menoleh ke arah Naya yang masih berdiri di ambang pintu dapur.

"Kenapa enggak bilang dari tadi, Dek? Padahal tadi penjual sayur bawa kepiting segar loh, saat aku dan Manda belanja," sesal Yvanna.

Nania memperlihatkan ponsel Naya pada yang lainnya.

"Dia baru saja menerima foto kari kepiting buatan Lili dari Silvia. Makanya dia baru bilang kalau ingin makan kari kepiting," jelas Nania.

Setelah tahu akan hal tersebut, Manda pun langsung mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Lili. Yvanna juga dengan cepat memanggil Reza dari halaman depan.

"Za! Reza! Sini dulu, Dek!"

"Ada apa, Kak?" tanya Reza, yang segera mendekat ke arah Yvanna yang saat itu berdiri di luar pintu dapur.

"Cepat kamu pergi ke rumah Ayah dan Ibu. Ambil kari kepiting yang Lili buat. Istrimu ingin makan kari kepiting pagi ini," jawab Yvanna.

"Oh, oke. Aku ambil kunci mobil dulu kalau begitu," tanggap Reza.

Arini pun menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat apa yang Manda dan Yvanna lakukan untuk memenuhi keinginan Naya.

"Yang ngidam siapa, yang repot dan buru-buru siapa. Kalian sendiri bagaimana? Kalian tidak mau makan sesuatu yang berbeda pagi ini?" tanya Arini.

Ben dan Jojo datang ke meja makan saat pertanyaan itu baru saja terlontar dari mulut Arini. Manda pun menoleh ke arah Yvanna.

"Kak? Kakak enggak ngidam ingin makan sesuatu? Di sini yang sedang hamil itu Naya dan Kakak. Jadi seharusnya yang ditanya ingin makan apa, ya, kalian berdua. Bukan aku," ujar Manda.

"Aku enggak merasa ingin makan apa-apa, Dek. Makan seadanya saja seperti biasa," jawab Yvanna, yang kini sudah menyajikan makanan untuk Ben.

Arini kembali meringis pelan sambil menepuk keningnya.

"Ben ... suruhlah Istrimu mengidam. Dia lagi hamil muda, jadi seharusnya dia sedang mengidam saat ini," perintah Arini.

Ben ternganga saat mendengar apa yang Ibunya inginkan. Yvanna sendiri justru berusaha untuk tidak tertawa keras setelah mendengar apa yang Arini perintahkan pada Ben.

"Bu, mengidam itu bukan sesuatu yang bisa direncanakan ataupun disengaja. Kalau memang sudah waktunya bagi Yvanna untuk mengidam, ya dia pasti akan meminta dengan sendirinya pada Kak Ben," ujar Jojo.

"Yvanna tidak akan bilang. Dia dan Istrimu itu sama saja, mereka terlalu mandiri. Jadi kalau ada keinginannya untuk makan sesuatu, pasti dia langsung memasaknya sendiri, bukan minta dicarikan atau dibelikan," balas Arini, sudah terlalu hafal dengan sifat kedua menantu perempuannya.

Jojo, Ben, dan Nania pun langsung tertawa pelan. Hal yang Arini katakan mengenai Yvanna dan Manda sudah jelas benar adanya. Bahkan kedua wanita itu pun tampaknya tidak akan mengelak sama sekali.

"Selama kami bisa memenuhi apa yang kami inginkan secara mandiri, kami jelas tidak perlu membuat Suami kami kerepotan, Bu. Lagi pula, Suami kami 'kan harus bekerja dan fokus pada pekerjaannya. Kalau kami selalu manja kepada mereka, maka mereka jelas tidak akan bisa fokus dengan pekerjaan," ujar Yvanna.

"Tapi aku mau dan bersedia memenuhi, kok, kalau kamu mau meminta apa pun. Perkerjaan bisa aku tunda. Aku jelas akan lebih memilih meluangkan waktu untuk kamu," ujar Ben, seraya mengusap-usap rambut Yvanna dengan lembut.

Nania dan Jojo langsung melempar Ben dengan serbet, usai mendengar ucapan manis pria itu yang tak pernah dikeluarkan untuk orang lain, selain Yvanna.

"Bucin saja ya, kerjamu? Hm? Bucin terus!" omel Nania.

Ben tidak peduli dengan omelan dan lemparan serbet itu. Ben hanya menatap ke arah Yvanna dengan penuh cinta tanpa henti. Naya dan Manda hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat tingkah manis Ben terhadap Yvanna. Reza muncul tak lama kemudian dan segera memberikan kari kepiting yang Naya inginkan. Setelahnya, Reza mendekat ke arah Yvanna dan Manda.

"Kak, Kakek sakit," lapornya.

* * *

TUMBAL WARASWo Geschichten leben. Entdecke jetzt