11 | Ajian Tebar Sekat

652 65 2
                                    

Roni menunjukkan tempat kejadian perkara, di mana jasad semua korban masih tergeletak pada posisinya masing-masing. Belum ada jasad yang diangkat dari sana, karena Dokter Forensik dan tim olah TKP yang bertugas sedang mencoba memeriksa semua hal, sebelum dilaporkan kepada Roni secara langsung. Yvanna dan Lili tampak mengamati semua jasad itu. Lili mendekat pada salah satu jasad dan menyentuhnya dengan ujung jari. Sekelebat bayangan melintas di dalam pikirannya, mengenai tragedi yang terjadi pada seluruh anggota keluarga tersebut.


"Tersangkanya benar-benar menggila. Semua yang terjadi di sini adalah hasil perbuatannya, yang diakibatkan oleh kegilaan yang terjadi dalam pikirannya," bisik Lili, yang hanya bisa didengar oleh Yvanna, Manda, Tika, dan Roni.

"Apa penyebab kegilaan si tersangka? Bisa dicari tahu, Dokter Lili?" tanya Roni, ikut berbisik.

"Tunjukkan di mana jasad tersangkanya, Pak Roni. Biar Lili menyentuhnya juga untuk mencari tahu," saran Manda.

Roni pun segera kembali memberi jalan untuk keempat wanita itu. Keempat wanita itu pun kembali mengikuti langkah Roni menuju ke tempat yang menjadi lokasi bunuh diri si tersangka. Tika menahan nafas sejenak ketika melihat bagaimana kondisi jasad si tersangka. Banyaknya luka seperti bacokan pada tubuh bagian depan dan belakang membuat wanita itu mengerenyitkan kening.

"Dia bunuh diri dengan cara menggantung diri, tapi di sekujur tubuhnya banyak sekali luka bacokan dari senjata yang dipakainya untuk membantai seluruh anggota keluarganya. Bukankah seharusnya dia bisa memilih salah satunya saja? Jika dia ingin membacok tubuhnya, maka dia hanya perlu melakukannya sampai kehabisan darah. Kenapa dia harus melakukan kedua-duanya? Setelah membacok tubuhnya sendiri, dia tetap menggantung dirinya. Itu agak tidak masuk akal," ungkap Tika.

"Ya, terlebih ada juga luka bacokan yang sama pada bagian punggung," sahut Manda. "Bagaimana caranya dia bisa membacok punggung sendiri dengan sangat rapi seperti itu?"

Manda kemudian mempersilakan Lili untuk mendekat, setelah mencetuskan pertanyaan yang terlintas di dalam pikirannya. Lili segera menyentuh jasad tersangka dengan ujung jarinya seperti tadi, lalu kembali melihat sekelebatan bayangan di dalam pikirannya.

"Dia memang menggantung dirinya sendiri di sini, tapi bukan dia pelaku yang membacok seluruh tubuhnya sendiri. Iblis itu yang melakukannya. Tampaknya Iblis yang satu itu sangat suka menikmati penderitaan dari tumbal yang diberikan oleh Seruni," ujar Lili, seraya melangkah meninggalkan jasad yang masih tergantung tersebut.

"Mm ... ritual tumbal waras memang selalu saja tidak bisa kita terima dengan akal sehat. Maka dari itu, mari jangan berharap bahwa kita akan menemukan sesuatu yang bisa diterima oleh akal. Kita menghadapi ritual penumbalan yang berbeda dari ritual penumbalan yang selama ini kita hadapi. Sekarang biar aku mencari keberadaan Seruni. Kita harus menemukannya, sebelum ada lagi korban yang harus merasakan bagaimana saat dirinya dijadikan tumbal dari ritual tumbal waras itu," ujar Yvanna, tampak sangat tenang.

"Kalian akan memenuhi janji, bukan? Kalian tadi berjanji padaku akan menjelaskan mengenai siapa itu sosok Seruni, yang sejak tadi namanya terus saja kalian sebut," Roni berusaha mengingatkan keempat wanita yang ada di hadapannya.

Hal itu membuat Tika dan Manda kini membawa Roni menjauh dari Yvanna dan Lili, agar Roni bisa mencerna dengan cepat penjelasan yang mereka berikan mengenai Seruni. Lili kini menatap ke arah Yvanna yang masih menatap ke arah sekeliling lokasi tersebut.

"Kakak mencari sesuatu?" tanyanya.

"Iya, Dek. Aku mencari jejak-jejak Seruni," jawab Yvanna.

"Jejak-jejak, Seruni? Apakah menurut Kakak hal itu bisa kita dapatkan di sekitar sini?"

"Siapa tahu ada, Dek. Kalau memang tidak ada, berarti Seruni masih menggunakan makhluk suruhannya untuk merasuki pikiran orang yang dia tumbalkan itu. Tapi kalau dia tidak memerintahkan makhluk suruhannya, berarti dia secara langsung datang ke sini untuk membuat pikiran orang yang ditumbalkannya menggila. Itulah mengapa aku mencoba mencari jejak-jejak keberadaan Seruni di tempat ini," jelas Yvanna, untuk membuat Lili merasa puas akan jawabannya.

Yvanna mulai menggunakan ajian tebar sekat ke seluruh penjuru halaman belakang rumah yang mereka kunjungi saat itu. Lili bisa melihat di bawah kedua kakinya bahwa ajian itu tampak sedang bekerja seperti yang Yvanna inginkan. Manda, Tika, maupun Roni juga menyadari hal yang sama, sehingga membuat mereka bertiga segera mendekat ke arah Lili.

"Apa ini, Dokter Lili? Yvanna menggunakan ajiannya?" tanya Roni.

"Benar, Pak Roni. Kakakku sedang menggunakan ajiannya untuk menemukan jejak-jejak Seruni di tempat ini," jawab Lili.

"Jejak-jejak, Seruni? Bukankah, Seruni selalu memerintahkan makhluk suruhannya jika ingin menumbalkan seseorang?" heran Manda.

"Kak Yvanna bilang padaku bahwa ada dua kemungkinan saat ini, Kak Manda. Kalau memang jejaknya tidak ada di tempat ini, berarti Seruni masih menggunakan makhluk suruhannya untuk merasuki pikiran orang yang dia tumbalkan. Tapi kalau dia tidak memerintahkan makhluk suruhannya, berarti dia secara langsung datang ke sini untuk membuat pikiran orang yang ditumbalkannya menggila. Itulah yang tadi kudengar dari Kak Yvanna," jelas Lili.

"Kalau Seruni tidak memerintahkan makhluk suruhannya untuk merasuki pikiran orang yang ditumbalkan dan membuatnya harus datang sendiri ke tempat ini, berarti saat ini Iblis yang dipuja oleh Seruni sedang menahan kekuatan yang dipinjamkannya. Yang artinya, bisa jadi Seruni saat ini sedang dalam kondisi tidak berdaya tanpa kekuatan pinjaman itu," ujar Tika, mengungkapkan apa yang saat itu ia pikirkan.

"Kekuatan pinjaman? Maksudnya, orang bernama Seruni itu sebenarnya tidak punya kekuatan apa-apa, tapi berniat ingin mengalahkan Yvanna? Begitu maksudmu, Letnan Tika?" tanya Roni, hampir tertawa meski masih tertahan-tahan.

Tika, Manda, dan Lili tampak mengerenyitkan kening dengan kompak, saat tahu kalau Roni sedang menahan-nahan tawa di hadapan mereka.

"Apanya yang lucu, Pak Roni?" tanya Lili.

"Ya, apanya yang lucu sehingga anda menahan-nahan tawa seperti itu?" tambah Manda.

"Maaf. Tapi jujur saja saat ini aku ingin sekali menertawai pikiran bodoh manusia bernama Seruni, itu. Aku sudah melihat sendiri sebanyak tiga kali, di mana Yvanna mematahkan semua ritual penumbalan yang begitu sulit untuk dicerna dengan akal sehat. Dia bahkan tidak mengeluarkan banyak tenaga ketika mematahkan semua ritual itu. Dan sekarang aku harus mendengar bahwa ada sesosok manusia yang tidak punya kekuatan apa-apa di dalam dirinya tapi ingin mengalahkan Yvanna, sehingga membuatnya bersekutu dengan Iblis. Itu sangat lucu bagiku. Lucunya di mana? Manusia bernama Seruni itu tampaknya tidak mampu bercermin dengan baik. Dia seharusnya sadar diri, sebelum punya niatan ingin mengalahkan Yvanna. Bukankah itu sama saja dia ingin menunjukkan bahwa dirinya memang sebodoh itu, sehingga melakukan hal yang sangat nekat?" jelas Roni.

Tika, Manda, dan Lili kini saling melirik satu sama lain usai mendengar penjelasan dari Roni. Mereka bingung ingin menanggapi seperti apa mengenai penjelasan itu.

"Ya, anda tampaknya benar, Pak Roni. Dia jadi terlihat seperti ingin menunjukkan kebodohannya sendiri," Yvanna menyetujui pendapat Roni soal Seruni.

* * *

TUMBAL WARASHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin