6 | Alasan Yvanna

719 84 0
                                    

Yvanna, Tika, Manda, dan Lili pun segera berjalan memasuki kamar itu. Lili menutup pintu dan menguncinya, karena ia adalah yang paling terakhir masuk. Yvanna duduk pada kursi yang tersedia di samping tempat tidur. Tika, Manda, dan Lili duduk di tepia sekeliling tempat tidur, karena Pram meminta demikian.


"Biar Yvanna saja yang duduk di kursi. Dia butuh banyak bersandar karena sedang hamil dan punggungnya pasti akan lelah," ujar Pram.

"Iya, Kakek. Kami paham akan hal itu," tanggap Tika, mewakili Manda dan Lili.

Pram pun terdiam sejenak, lalu menatap ke arah Yvanna. Manda, Lili, maupun Tika sudah jelas tahu kalau Pram ingin mendengar penjelasan yang lebih daripada semalam, dari Yvanna. Hanya saja, mungkin ada beberapa hal yang membuatnya ragu untuk menanyakan hal tersebut.

"Selama ini ... apakah Kakek juga sering membuatmu kesulitan?" tanya Pram pada akhirnya.

Yvanna tidak segera menjawab. Wanita itu masih diam dan hanya menatap lurus ke arah Pram.

"Selama ini, setiap kali Ibumu mengadu pada Kakek bahwa sikap anak-anak perempuannya sudah melewati batas, kamu selalu paling cepat maju untuk melindungi Tika, Manda, dan Lili. Kamu paling cepat mengambil tindakan, agar mereka bertiga sama sekali tidak perlu mendapatkan hukuman ataupun tekanan. Kakek pikir itu adalah bentuk dari rasa tanggung jawabmu terhadap keluarga kita. Tapi kenyataannya, itu adalah bentuk rasa sayangmu kepada mereka bertiga," Pram membeberkan hal yang akhirnya ia sadari setelah melewati kejadian semalam.

Tatapan Tika, Manda, dan Lili pun kini terarah kepada Yvanna. Namun Yvanna memilih untuk tidak berekspresi sama sekali.

"Kamu memilih bungkam tentang hal yang terjadi pada Ibumu, karena kamu tahu apa risikonya jika kamu buka mulut. Kamu memilih melindungi Tika, Manda, dan Lili, karena kamu tahu apa risikonya jika sampai mereka merasa tertekan. Selama ini bahkan kamu dengan berani menghadapi Seruni tanpa sepengetahuan Kakek. Makhluk yang merasuki pikiran Ibumu adalah suruhannya dan ketika makhluk itu berhasil merasuki pikiran Ibumu, setelahnya makhluk itu akan menjadi perantara bagi Seruni untuk membuat Ibumu kehilangan kewarasannya. Tapi kamu menahannya sebisa yang kamu mampu, meskipun kamu belum sepenuhnya berada pada titik puncak. Seandainya kamu tidak melakukan yang kamu yakini, maka Ibumu mungkin akan sering bertindak tidak waras dan Ayahmu mungkin tidak akan tahan berada di sisinya."

Yvanna pun membuka telapak tangan kanannya dan menggenggam tangan kanan Pram untuk mengalirkan kekuatannya pada tubuh pria paruh baya tersebut. Tidak ada yang berbicara saat Yvanna melakukan hal itu. Mereka hanya menatap dalam diam, meski hati masing-masing terus meronta ingin segera mendengar sebuah penjelasan.

Pram bisa merasakan sesuatu seakan tengah terdorong dari dalam tubuhnya, ketika Yvanna mengalirkan kekuatannya. Tenaga dan kekuatan yang Pram miliki mendadak kembali seperti biasanya, seakan sejak tadi ada sesuatu yang menahan tenaga serta kekuatan itu.

KRAKKK!!!

Tika, Manda, dan Lili serempak menoleh ke arah jendela yang kacanya mendadak retak. Hal itu terjadi seiring dengan pulihnya diri Pram dari keadaan yang terlihat sakit oleh semua orang.

"Bagaimana, Kakek? Sudah terasa jauh lebih baik setelah tidak ada lagi yang menggerogoti dari dalam?" tanya Yvanna, yang akhirnya buka suara.

Wajah Pram tampak begitu terkejut, usai mendapat pertanyaan seperti itu dari Yvanna. Tika, Manda, dan Lili sendiri sudah menduganya lebih awal, karena mereka sama-sama melihat bagaimana retakan pada salah satu kaca jendela.

"Se--sekarang kamu juga bisa mengetahui jika ada yang berusaha menyakiti seseorang dari dalam raganya, Nak?" tanya Pram.

Yvanna pun mengangguk untuk membenarkan pertanyaan dari Pram.

"Sejak awal aku sudah melihatnya ketika akan masuk ke kamar ini. Hanya saja aku harus membuat Kakek merasa tenang lebih dulu, sebelum kulakukan tindakan pada makhluk yang Seruni kirimkan. Tampaknya dia menyerang Kakek melalui makhluk kirimannya karena merasa kesal, akibat tidak lagi bisa merasuki pikiran Ibuku," jelas Yvanna.

"Wah ... wanita tua itu tampaknya tidak pernah mengenal kata menyerah, ya? Ada-ada saja kelakuan dan pikiran jahatnya," gemas Lili.

"She's crazy, and always be," sahut Manda, atas kegemasan yang Lili rasakan.

Tika kini ikut menggenggam tangan Pram seperti yang Yvanna lakukan.

"Cobalah bangun, Kek," pintanya. "Biarkan kami melihat dan memastikan bahwa Kakek sudah benar-benar membaik sekarang."

Pram pun menuruti permintaan cucunya. Ia bangkit dari posisinya dan benar-benar merasa tubuhnya seringan dan sesehat biasa. Hal itu membuat Tika, Manda, dan Lili merasa lega. Yvanna pun tampak kembali mengeluarkan ajiannya untuk melindungi Pram.

"Aku akan membicarakan yang tadi Kakek bicarakan kepadaku," ujar Yvanna.

"Ya, Kakek akan mendengarkan kamu," tanggap Pram.

"Sejak Kakek mengizinkan Ibu untuk menutup kemampuannya agar bisa menjalani kehidupan yang normal, aku merasa ada tanggung jawab yang jatuh pada tangan dan kedua pundakku. Aku merasa harus melindungi semua anggota Keluarga Harmoko, agar pengorbanan yang dilakukan oleh Almarhumah Nenek tidak sia-sia. Alasanku melindungi Kak Tika, Manda, dan Lili tidak hanya sekedar seperti yang tadi Kakek katakan. Itu benar, bahwa aku menyayangi mereka. Alasanku melindungi mereka yang sebenarnya adalah, aku tidak pernah ingin kehilangan penopang di dalam hidupku yang rumit. Sejak menerima tanggung jawab setelah Ibu menutup kemampuannya, aku sering kali merasa lelah dan rapuh pada setiap kesempatan. Dan aku merasa yang bisa membuatku kembali bangkit dan kembali berdiri tegap di tengah-tengah lelah dan rapuh yang aku rasakan adalah mereka bertiga. Kak Tika selalu mendengarkan keluh kesahku, Manda selalu memberikan masukan yang cukup sinis, dan Lili selalu ada untuk membuatku bersabar ketika berhadapan dengan jalan buntu. Itulah alasannya, mengapa aku tidak mau mereka bertiga terkena masalah dan tekanan dari Ibu yang selalu dirasuki oleh makhluk kiriman wanita tua itu selama delapan belas tahun. Aku lebih merasa lega jika tidak warasnya pikiran Ibu ditumpahkan kepadaku yang jelas tahu segalanya, daripada ditumpahkan kepada mereka bertiga," jelas Yvanna.

Manda memajukan bibirnya beberapa senti usai mendengar penjelasan dari Yvanna terhadap Pram.

"Kak Yvanna kok mengingatku hanya karena aku sinis, sih? Tidak ada alasan lain gitu? Karena aku cerdas, kek. Karena aku cantik, kek," protes Manda.

"Cerdas dan cantik itu bagiannya Lili, Manda. Buktinya, ular putihnya Aris saja hanya senang berada di dekatnya selama ini," balas Tika.

Manda ternganga saat mendengar apa yang Tika katakan. Lili berusaha menahan tawa, sementara Yvanna hanya menggeleng-gelengkan kepala saat mendengar pembicaraan itu.

"Tidak usah marah padaku atau Lili, Manda. Setidaknya di dalam Keluarga Adriatma ada seseorang yang selalu saja ingin sekali berada di dekatmu setiap saat, meskipun itu bukan ular putihnya Aris. Dan orang itu adalah Suamimu sendiri, Jonathan Adriatma," tambah Tika.

"Kak Yvanna! Kak Tika menjengkelkan!" adu Manda, benar-benar merajuk.

* * *

TUMBAL WARASOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz