oikeíos

6.6K 791 274
                                    

Holaa ketemu lagi sama Jee,

Happy reading guysss

Sudah dua minggu ini Harry menghabiskan waktunya dengan belajar membuat ramuan bersama Severus.

"Aduk melawan arah jarum jam sebanyak lima kali baru masukkan gerusan biji bunga nya Potter!" ucap Severus saat Harry hampir menaruh gerusan biji nya terlebih dahulu sebelum mengaduk ramuannya.

Harry sendiri mengangguk patuh. Ia begitu fokus membuat ramuannya sampai tak sadar matahari sudah mulai condong ke barat. Remaja itu bahkan melupakan makan siang saking fokus nya.

Begitu langkah membuat ramuannya selesai, Harry menghela nafas lelah. Ia menunggu tanggapan Severus yang sedang memeriksa miliknya.

"Ramuannya berwarna biru terang Potter dan bukan biru gelap." ucap Severus datar.

Harry menghembuskan nafas putus asa begitu mendengar ucapan sangat Professor. For merlin sake, ini adalah ramuan ke lima nya hari ini dan masih gagal. Harry menunduk murung, sepertinya ia memang tak memiliki bakat dalam ramuan.

"Aku bersedia mengajarimu secara privat bukan untuk melihatmu menyerah seperti itu Potter, ramuan ini juga tak mudah dan tak ada yang bisa membuatnya hanya dalam satu hari percobaan." cibir Severus membuat Harry mendongak kembali menatap Professor ramuannya tersebut.

Oh, betapa Harry ingin memanggil Professor nya dengan sebutan 'Mom' lagi. Remaja manik Emerald itu begitu merindukan sikap penuh perhatian tanpa kepura-puraan seperti dulu dari Severus.

"Apa yang kau pikirkan? Kenapa kau menatapku sembari tersenyum seperti itu?" selidik Severus tak nyaman. Senyum Harry mengingatkan nya pada dua orang yang penting dalam hidupnya. Satu ibunya, dan satu lagi Severus tak akan pernah mengakui hal tersebut.

Harry menggeleng pelan. Masih tersenyum, remaja itu berkata, "Aku hanya sedang berfikir kau tak seperti yang aku fikirkan selama ini Professor."

"Ma-maksudmu?" tanya Severus tegang. Apa muridnya itu tahu Severus lah yang membocorkan ramalan tentangnya sehingga menyebabkan kematian ibunya?

"Kau cukup sabar mengajariku walau aku selalu gagal sedari tadi." jelas Harry.

Bahu Severus yang semula tegang kembali mengendur. "Aku tak sesabar itu, jadi diamlah." elaknya.

Harry kembali tersenyum, kali ini senyumnya tampak lebih tulus. "Apapun itu Terima kasih Professor, untuk semuanya."

Telinga Severus memerah, tubuhnya bergerak tidak nyaman dengan situasi yang sedang ia hadapi. Tak pernah tercetus dalam fikiran Severus ia dapat satu ruangan dengan Potter -Potter manapun- tanpa salah satu dari mereka atau bahkan keduanya merasa emosi.

"Diam Potter! Dan disini aku bertanya apa tujuanmu sebenarnya ingin belajar ramuan, -Jangan mengelak dengan alasan yang kau ucapkan dua minggu yang lalu! Aku tahu itu alasan yang dibuat buat." tekan Severus tajam mengalihkan pembicaraan.

Harry terbatuk canggung. Mengalihkan pandangannya dari sang Professor, remaja Gryffindor itu menunduk. Ruangan tersebut hening, Severus masih menunggu Harry membuka suara.

"It was because of him, the most important person in my dad's life." lirih Harry.

Severus menegang begitu Harry kembali bersuara. Apa maksud bocah itu? Dan apa apaan dengan kata him? Bukankah Harry harusnya mengucapkan kata her? Fokus Severus kembali begitu Harry melanjutkan kalimatnya.

"Saat aku hilang, aku bertemu dengannya Professor." Harry tertawa kecil begitu memutar kembali kenangan ia bertemu Severus remaja.

"Pertemuan yang sangat canggung, dia begitu kaku, dan aku yakin sampai sekarang pun ia masih kaku." kali ini Harry tersenyum. Ia selalu tersenyum jika membicarakan ayah tersayangnya itu.

i alítheiaWhere stories live. Discover now