EPISTROFI

5.8K 777 258
                                    


Keduanya membuka mata begitu sudah tak ada lagi guncangan yang mereka rasakan. Ice-blue bertemu Emerald, membuat mereka terpaku beberapa saat.

Ethan yang lebih dulu memutuskan pandangan, pemuda pirang itu mundur tuk memberi jarak. "Sepertinya kita sudah kembali di masa kita. Untuk memastikannya, kita harus mengidentifikasi keadaan di sekitar." Ungkap Ethan.

Helios mengangguk. "Bagaimana kalau kita ke Diagon Alley sekalian untuk membeli beberapa barang? Kalau ternyata ini benar masa kita, kita bisa langsung ke Gringgots untuk mengembalikan identitas." Usul yang termuda.

Ethan mengangguk setuju. "Kalau begitu bersiaplah, kita akan berangkat dalam setengah jam."

Dengan kata-kata Ethan, mereka bersiap-siap di kamar masing-masing. Tiga puluh menit kemudian, Ethan dan Helios sudah berada di depan perapian yang biasa mereka gunakan sebagai jaringan Floo. Ethan mengenakan setelan nya yang biasa, kemeja hitam, celana kain dan jas hitam. untungnya ia tak memakai kacamata hitam dan payung hitam, jika tidak, Helios akan berfikir pemakaman mana yang akan pemuda itu hadiri.

Helios sendiri hanya mengenakan celana jeans, kaos longgar dan hoodie yang tampak agak kebesaran--ugh, sepertinya kata agak, kurang tepat. Sejujurnya, hoodie itu terlalu besar tapi ia tak punya pilihan, hanya itu hoodie yang ada, dan sekarang musim dingin. Ia tak mau mati kedinginan oke. Helios meringis melihat perbandingan setelan yang ia pakai dengan Ethan. Ditambah perbedaan tinggi keduanya, mereka terlihat seperti pria dewasa yang membawa keponakan nya keluar.

"Ingatlah untuk tidak salah, dan segera susul aku. Aku akan menunggu mu disana,--Diagon Alley!" Teriak Ethan setelah mengucapkan beberapa patah-kata pada Helios.

Helios merotasikan matanya sebelum berjalan ke jaringan Floo dan mengikuti jejak Ethan. "Diagon Alley!" Dengan terdengarnya teriakan Helios, ia ikut menghilang dari sana.

Helios nyaris terjatuh begitu sampai di Diagon Alley jika sebuah lengan tidak menahan tubuhnya.

"Ingatlah untuk tidak ceroboh Lios. Bersikap selayaknya bangsawan, kita berada di tempat umum." Bisik Ethan datar.

Helios mengangguk patah-patah. Setelah menarik nafas sejenak, dia menormalkan ekspresi dan sikap tubuhnya. "Aku mengerti, ayo!"

Ethan memandang Helios puas, dia tersenyum tipis sebelum menyusul Helios yang sudah berjalan duluan menuju cafe di ujung jalan.

"Aku pesan teh hangat saja." ucap Ethan pada pelayan yang datang.

"Cheesecake dan Black Forest masing-masing lima potong sir," pinta Helios.

"Hanya satu Lios." interupsi Ethan saat pelayan ingin menuliskan pesanan.

"Lima." Helios bersikeras.

Ethan menggeleng. Helios benar benar harus di batasi soal makanan manis.

"Tidak, hanya satu untuk masing masing." tolak Ethan.

Helios memalingkan wajah nya kesal, tidak menanggapi Ethan sedikit pun. Hal tersebut cukup membuat si pirang sedikit tertekan.

"Baiklah kau boleh pesan dua." Ethan mencoba berkompromi.

Tak ada balasan dari Helios membuat Ethan mengerutkan kening nya.

"Dua atau tidak sama sekali, cepat pilih."

Helios menatap Ethan kesal tapi tak bisa berbuat apapun. Dengan berat hati remaja bersurai coklat gelap itu memesan dua untuk masing masing cake nya.

Setelah mencatat pesanan, pelayan meninggalkan keduanya. Helios masih menatap Ethan dengan kesal.

"Ada apa?" tanya Ethan heran.

i alítheiaWhere stories live. Discover now