Ekdíkisi

6.8K 859 168
                                    

James memandang kosong ke depan. Pikiran nya melayang ke beberapa hari lalu saat ia berbicara dengan kedua orang tua nya.

Flashback on...

"James." Panggil seorang wanita yang masih tampak cantik di usia nya yang sudah menginjak usia paruh baya.

James menatap wanita yang telah melahirkan nya tersebut penuh hormat.

"Kapan kau akan membawa seseorang pilihan mu pada kami James? Kau tahu usia kami tak lagi muda. Ibu takut, kami tak akan sempat bertemu dengan nya." Ucap wanita itu dengan senyum keibuan di wajah nya.

James mengelus tangan Euphemia lembut. Pemuda itu tersenyum penuh sayang ke arah wanita terkasih nya tersebut.

"Tenang lah Bu, aku akan membawanya secepat nya padamu. Kau pasti akan menyukai nya, dia sangat lembut meski sedikit pendiam-err sebenarnya dia sangat pendiam." James meringis malu namun tak menyembunyikan nada sayang yang sangat terlihat di suaranya.

Euphemia tersenyum senang. "Benarkah? Kalau begitu kau harus secepat nya membawa menantuku kemari. Aku tak sabar bertemu dengan nya."

"Jadi? Gadis mana dia? Apa dia gadis muggle yang pernah kau ajak kemari James?" Tanya Fleamont tertarik.

"Aku tak pernah bilang dia perempuan ayah!" Protes James tak setuju.

Mendengar protesan putranya, Fleamont tertawa. "Kalau begitu ayah tunggu kau bawa kekasih mu kemari James. Dan kuharap tidak ada seks sebelum menikah."

Fleamont menatap James mengancam membuat pemuda berkacamata itu mengangguk patah patah dengan wajah memucat.

Suasana mencekam sejenak sebelum Euphemia memecah nya dengan riang. "Baiklah, berarti pembicaraan kita selesai, aku tak sabar bertemu menantuku secepat mungkin. Aku akan kembali ke kamar lebih dulu, kalian jangan tidur larut." Dengan begitu, Euphemia beranjak kembali ke kamar nya dengan hati berbunga.

Sepeninggal Euphemia, Fleamont Juga berdiri. Menepuk bahu james singkat, pria paruh baya itu pergi ke ruang kerja nya meninggalkan James yang memikirkan perkataan ayah nya tadi.

Flashback off.....

"Hei James! Kau baik baik saja?" Sebuah suara menyadarkan James dari lamunan nya. Pemuda berambut coklat madu itu menatap James khawatir. Sahabat nya itu akhir-akhir ini sering termenung sendiri membuat ia dan yang lain sedikit cemas.

James menggeleng perlahan. "Aku tak apa, hanya beberapa hal yang mengganggu pikiran ku." Jawab James lemah. Ia tak mungkin bercerita kalau ia mengkhawatirkan Severus. Ia belum siap jujur ke ketiga sahabat nya. Memikirkan itu, James menunduk sedih. Jika ada yang mengatakan ia pengecut, katakan saja! Faktanya, ia tak sanggup melihat Severus menjadi bulan bulanan lagi, bahkan jika Severus tergores sedikit saja, ia tak sanggup menanggung nya. Lebay memang, tapi ia hanya terlalu menyayangi Severus. Tak ingin pemuda manis itu kembali terluka walau hanya segores.

Pemuda berambut coklat madu itu, Remus, memicingkan mata nya. Ia yakin ada yang di sembunyikan James pada mereka. Dan itu sudah lama. Ia tau James sering menghilang tiba tiba, tapi kemana pemuda berkacamata itu pergi? Ia tak punya bayangan apapun. James juga sudah jarang mencari masalah-Pengecualian saat di kelas.

Sebelum Remus hendak bertanya lagi, sebuah burung hantu elang mendarat di hadapan mereka. Hal itu membuat Sirius dan Peter yang sedari tadi berebut daging panggang menghampiri mereka.

"Ada surat." Ucap James begitu mengambil sepucuk surat yang di tempel di kaki burung hantu tersebut. Burung hantu itu memandang James merendahkan sebelum terbang begitu saja.

i alítheiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang