Bab 1: Tiba-tiba Bakpao

174 33 31
                                    

Selamat membaca :)
*
*
*

Pagi ku, cerah ku

Matahari bersinar

Ku gendong gas melon ku, di pundak ... ♪♪♪

Dengan riang seorang gadis menggumamkan sebuah lagu yang ia nyanyikan dengan asal-asalan. Sungguh, perusak hak cipta sekali gadis ini!

"Weleh... weleh. Sudah mirip seperti Samson aja kamu Nduk." ujar wanita paruh baya di sampingnya.

Gladis Anjani, gadis 23 Tahun dengan tubuh lebar itu terkekeh geli atas ujaran wanita yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri itu. Kini keduanya tengah berjalan beriringan menuju rumah Kemala, wanita itu meminta Gladis untuk membuatkan beberapa makanan porsi besar untuk acara arisannya.

Seperti yang gadis itu nyanyikan beberapa saat lalu, ia menggendong sebuah tabung gas hijau seberat 3kg di pundaknya. Karena kedua tangannya sudah berisikan kantung plastik yang dijinjing. Ia melilitkan tabung gas tersebut dengan sebuah kain panjang, sekilas ia terlihat mirip persis dengan penjual jamu.

Gladis yang dibantu oleh Kemala, mencoba menurunkan tabung gas digendongannya, lalu segera memasangkannya ke kompor yang sudah berada di atas meja di dekatnya.

Brak!

Hentakan gas yang Gladis letakan di atas meja kecil di samping kakinya, menimbukkan suara yang agak kuat dan memancing telinga sensitif seekor kucing yang berdiri tak jauh jaraknya dari meja.

Hari ini Gladis berniat untuk memasak di halaman belakang rumah Kemala. Sungguh mempermudahkannya dalam bergerak, mengingat dapur milik Kemala tidaklah seluas dapur miliknya di rumah. Jika tetap memaksakan untuk memasak di dapur Kemala, Gladis mungkin sesekali akan tersangkut di antara sekat meja dan juga kompor. Jujur saja, tubuh Gladis memang sedikit montok.

"Wes, Bunda masuk dulu sebentar. Kamu mulai aja masaknya, nanti Bunda kesini lagi." Kemala segera memasuki rumah setelah mendapatkan anggukkan dari Gladis. Sepertinya gadis itu terlalu fokus menyambungkan tabung gas pada kompor. Setelah berusaha beberapa saat, kompor pun siap untuk digunakan.

Kumpor sudah siap, sekarang tinggal menyiapkan alat dan bahan. Gladis memisahkan beberapa bahan untuk setiap menu yang berbeda. Bahan untuk membuat makanan pembuka, makanan berat dan manisan. Kurang lebih 15 menit, Gladis sudah selesai menyiapkan bahan untuk memasak menu pertama.

"Oke, mari kita mulai masaknya!"

"Ayo!"

Gladis melompat ke belakang karena terkejut akan kehadiran Kemala yang tidak ia sadari. Entah sejak kapan wanita yang kini tengah tertawa itu sudah berada di sampingnya. Akhirnya, setelah beberapa saat saling menggoda satu sama lain, kini keduanya tengah sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Gladis fokus memarinasi daging yang sudah dipotong kecil-kecil, lalu menusuknya pada tusukan bambu yang sudah ia raut sebelumnya.

Kenapa tidak membeli tusukan yang sudah jadi saja? Lebih praktis. Benar, tetapi Gladis akan tetap menggunakan tusukan bambu yang ia buat. Selain dapat menghemat pengeluaran, memasak daging dengan menggunakan bambu akan membuat aroma daging lebih harum dan rasanya akan berkali-kali lipat lebih lezat. Dan di situlah seninya, pikir Gladis.

Jika Gladis sibuk dengan menyiapkan bahan, maka di sisi lain Kemala tengah sibuk dangan arang dan proses pembakaran. Sesekali wanita itu akan membalas perkataan sang Suami yang berada di balik layar ponsel yang menampilkan panggilan video. Tampak begitu kental raut rindu dari wajah Kemala. Betapa rindunya ia kepada pria yang tengah berada di Negeri asing itu, demi mendapatkan uang untuk menghidupi keluarganya.

My 99kg Girl! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang