Bab 16: Pergi

49 16 0
                                    


Selamat membaca
*
*
*




Srasshhhh

Tangan cantik yang mulus tanpa celah itu tengah mengaduk-aduk isi dari sebuah panci yang sudah terdapat berbagai macam jenis sayuran di dalamnya. Tak hanya sayuran, ada sejumlah udang besar tanpa kulit juga di sana.

Aroma sedap yang di hasilkan membuat hidung siapa pun yang mencium menjadi tertarik untuk mendekat. Tapi sayangnya, hanya dirinya seorang yang berada di sini. Di sebuah dapur minimalis yang menyatu dengan ruang tamu, yang hanya dibatasi dengan tirai manik-manik cantik dari sudut ke sudut.

Kini hidangan kesukaannya sudah siap, sayur tumis dan udang, telur mata sapi setengah matang dan juga nasi jagung. Perutnya yang sedari tadi bergemuruh membuatnya sesegera mungkin meletakan semua hidangan di meja kecil di ruang tamu yang berhadapan dengan TV yang sudah menyala.

Ting!

Suara pop up pesan mengalihkan pandangannya dengan mulut yang penuh, ketika tau siapa yang mengirimkan pesan ia langsung kehilangan selera makannya.

Anak pungut 🖕
Kenapa nggak angkat tel... (14)

Pesan dari saudara angkatnya itu membuat rasa lapar yang ia derita seketika menghilang, bahkan makanan yang di dalam mulutnya pun terasa sulit untuk di telan. Sejak ia mendarat kemarin malam hingga sampai di apartemen, tak ada habisnya lelaki itu menghubunginya dan mengirimkan pesan. Membuatnya kesal setengah mati.

"Sial!"umpat Isabella dengan raut lelahnya.

Bagaimana tidak lelah, ketika baru saja mendudukkan patat cantiknya di kursi empuk di tempat ini, ia langsung saja di paksa untuk bekerja ekstra mengurusi Naskahnya yang sudah deal dengan salah satu Perusahaan produksi Film di tanah air. Niat hati ingin membawa Ardana untuk membantunya, tapi apalah daya jika si anak pungut itu lebih memilih untuk pergi dan meninggalkannya. Sedikit rasa kepercayaan yang ia berikan kepada lelaki itu seketika hilang, malah membuat rasa bencinya semakin mendalam.

"Apa yang bisa diharapin dari si Anak pungut, hah... " helaan nafas berat di iringan kepala yang mendongak lelah keatas Isabella lakukan.

"Sebenarnya yang anak pungut di sini siapa? Kenapa malah aku yang terbuang, cih!"

Mengingat bagaimana keluarganya sudah membuangnya, membuat Isabella semakin kuat memaki di dalam hati. Wajah-wajah orang tuanya, saudari kandungnya, bahkan si anak pungut! Membuatnya muak! Benar-benar sangat muak!

Karena sudah kehilang selera makan, ia pun memutuskan untuk membereskan sisa makanan dan memutuskan untuk melanjutkan pekerjaanya yang sudah hampir selesai.

Isabella, apakah dia antagonisnya di sini? Jika di ibaratkan, ia hanyalah selembar kertas polos yang tergores oleh tinta hitam dan merah.

Dengan sisa semangat yang ada, perempuan cantik itu mendekati komputernya dan berkutat pada pekerjaan hingga tertidur tanpa ia sadari.

***

Dengan tekad yang kuat, Gladis sudah menyiapkan tenaga dan juga amunisinya untuk menurunkan berat badan. Tentu saja ia tidak sendiri, tapi ditemani oleh Ardana. Gladis kini tengah berlari memutari lapangan hijau di samping taman bermain yang tak jauh dari rumahnya.

My 99kg Girl! Where stories live. Discover now