Bab 9. Ingin Dia Kembali

63 22 0
                                    

Selamat membaca....
*
*
*

Angin sore menerpa lembut wajahnya. Mata bengkaknya menutup, menikmati sapuan angin sejuk sejak beberapa waktu lalu. Kepalanya tidak bisa menghilangkan bayang-bayang pengusiran Gemilang yang melukai harga dirinya. Lebay? Tidak, ia tidak lebay. Terlalu membawa perasaan? Mungkin. Ia memang tipikal yang yang selalu terbawa perasaan. Baper lah istilah jika zaman sekarang.

Hhah~

Dengan menghebus nafas berat, ia membuka matanya. Kini kepalanya tertunduk ke samping, mengarah pada gundukan tanah yang kecil. Di atasnya terdapat sebuah nama lucu dengan gambar kepala kucing. Membuatnya kembali memutar ingatan masa kecil yang sangat menyakitinya.

Kity.

Nama kucing betina yang baru berusia dua tahun ketika ia di taman ke dalam tanah. Gladis mendapatkannya sebagai hadiah ulang tahun yang ke-5, dari sang Ayah. Waktu itu Kity masihlah sangat kecil, usianya mungkin barulah beberapa minggu saat Ayah menemukannya di samping bangkai saudaranya yang sudah mati. Sepertinya kucing malang itu ditinggalkan oleh induknya, atau mungkin memang sengaja dibuang oleh seseorang yang tidak bertanggung jawab. Pikir Ayah Gladis pada waktu itu.

"Pak Ines!"panggil Gentala pada seorang petugas kebersihan yang baru sampai di pinggir jalan di seberangnya. Tangannya melambai-lambai, meminta pria yang tak jauh lebih tua darinya itu untuk mendekat.

"Kenapa, Mas Genta?"tanya Ines.

"Ini Pak, anak kucing mati. Induknya nggak ada,"terang Gentala dengan menunjuk sudut semak. "sisa satu yang hidup, mau saya bawa pulang."lanjutnya dengan memperlihatkan Kity kecil.

"Kalau begitu, ini langsung saya kubur saja ya, Mas Genta."

"Iya, Pak. Saya permisi duluan ya Pak, mari. "pamit Gentala.

"Mari, Mas."

Tapi, baru saja beberapa melangkah dengan menggendong Kity kecil, Gentala menemukan bangkai induk kucing yang sudah membusuk. Disampingnya terdapat sebungkus makanan yang sudah berjamur.

"Astaghfirullahalazim,"Gentala mengucap sembari menutup mulutnya.

Dapat Gentalan simpulkan. Induk kucing tersebut mati karena keracunan dan anak-anaknya mati kelaparan, karena sudah begitu lama menunggu sang induk yang tak kunjung kembali untuk memberikan susu.

"Pak Ines... lho? Sudah pergi?"

Gentala menoleh ke belakang, mencari-cari sosok Ines yang sudah menghilang. Karena tidak tega membiarkan bangkai kucing itu begitu saja, dan tidak mungkin pula mencari Ines yang sudah pergi entah ke mana, akhirnya Gentala memutuskan untuk menguburkan Induk kucing itu sendiri.

Setelahnya, Gentala pulang dengan pakaian yang kotor. Namun disetiap langkahnya menuju rumah, ia berniat dengan kuat untuk menjaga dan merawat anak kucing yang malang ini. Dan siapa sangka, saat sudah sampai dirumah ia mendapati sang putri yang sudah sangat antusias memandang sosok kucing kecil di gendongannya. Ia bersyukur karena sang anak mau menerima anak kucing malang ini dan merawatnya hingga besar.

Gladis kecil merawatnya dengan kasih sayang yang begitu besar. Ia tidak tahu, apakah ia sudah benar melakukannya? Entahlah, ia hanya meniru bagaimana cara Kemala dan Ayahnya membesarkan dirinya. Memberi makan, memandikan, mengajak bermain dan memberikan kasih sayang. Gladis seakan melihat dirinya sendiri dalam diri Kity. Mereka sama-sama tidak memiliki Ibu. Tapi Gladis beruntung karena masih memiliki Ayah seperti Gentala dan tetangga baik seperti Kemala. Tidak seperti Kity, kucing kecil ini sendirian. Hanya Gladis yang ada di sisinya.

My 99kg Girl! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang