Bab 2: Gemilang And His Fu*king Mouth!

127 25 27
                                    

Selamat membaca :*
*
*
*

Aroma harum dari kue yang baru keluar dari panggangan begitu menggoda hidung siapa saja yang mencium wangi manisnya. Dengan perlahan, Gladis memindahkan loyang kue yang mengepulkan asap lembut di atasnya.

Di sudut meja, Gemilang duduk diam dengan sepiring penuh kue di tangan. Pria itu terlalu larut dalam kenikmatan hidangan manis si perayu mulut pahitnya, hingga lupa dengan keberadaan sosok lain di samping.

Jangankan menyadari akan keberadaan orang lain, merasa canggung sedikit kepada Gladis saja tidak. Padahal perilaku pria itu beberapa saat lalu sudah termasuk perilaku tidak sesonoh. Tapi lihatlah, jangankan merasa tak enak hati, peduli saja tidak. Nyatanya hanya Gladis di sini, yang merasa jantungnya berpacu dua kali lebih cepat dari biasanya.

"Hai... " sapa seorang lelaki yang sedari tadi duduk diam di samping Gemilang.

Harus Gladis akui, bahwa lelaki yang kini berdiri tegak di sampingnya ini memiliki figur wajah yang sangat enak dipandang. Apa lagi dengan dua iris mata sedalam dan sebiru samudera miliknya itu, sesekali akan membuat Gladis tiba-tiba terhanyut seketika. Sungguh, ia tidak tengah membual... lelaki ini mempunyai mata yang sangat indah. Dan Gladis merasa iri dibuatnya.

Bagaimana bisa sosok yang sudah memiliki wajah dan fisik sempurna itu, masih diberi mata yang juga tak kalah cantiknya. Bukankah ini sedikit pemborosan? Setidaknya sumbangkan sedikit tinggi bandannya yang semampai itu! Jika bisa, silahkan di transfer melalui bluetooth.

"Ada yang bisa saya bantu?" ujarnya dengan tersenyum manis. Astaga, dengar... ayo dengar. Jantung Gladis seperti tengah berpesta pora. Berdetak kencang, tidak karuan.

"Oh iya, perkenalkan, saya Ardana Dwi Saragih, biasa dipanggil Ardana. Umur kita nggak beda jauh kok, saya 25 tahun, kamu 23 tahun kan?" ujaran Ardana ini ternyata mengundang tatapan selidik dari Gladis. Dari mana pria itu tau tentang usainya? Seakan mengerti dengan respon Gladis, Ardana terdiam sejenak lalu tertawa kecil setelahnya.

"Gemilang yang cerita. Selama tinggal bertetangga di kost yang lama, Gemilang banyak bercerita tentang kamu."

Tak ayal, tutur katanya melegakan pemikiran buruk Gladis mengenai lelaki itu.

Tapi, tunggu.

Apa tadi pria itu bilang? Gemilang sering membicarakannya? Sungguh? Aneh sekali manusia ajaib itu ingin membicarakannya. Jangan-jangan Gemilang...

Brak!

Saat tengah asik dengan pikirannya, tiba-tiba saja sebuah piring melayang ke meja, tepat di depan Gladis. Membuatnya sampai mundur ke belakang karena terkejut. Begitu pula dengan Ardana yang berada di dekat Gladis, pria berwajah tampan itu juga terkejut hingga memegang dadanya yang terasa sedikit berdenyut.

"Apa sih!"

"Apa? Apa? Mau marah?"

Balas Gemilang tak ingin kalah. Wajah galaknya membuat Gladis sedikit takut, namun tetap saja tidak menyurutkan kekesalan gadis itu akan sikap tak sopan Gemilang.

"Dipanggil dari tadi nggak nyahut-nyahut, suka lo, sama temen gue?"

Lagi, Gemilang berujar dengan tarikan sinis di sudut bibirnya. Mata Gladis melebar, ia tak percaya Gemilang begitu gamblangnya bertutur kata.

"Kalau iya, kenapa? Masalah buat lo? Siapa lo, ngatur-ngatur gue?" Gladis tertawa puas di dalam hati ketika melihat raut masam Gemilang.

"Siapa, lo bilang? Heh! Maemunah! Gini-gini gue yang sering bantuin Bunda gantiin popok lo waktu kecil. Sungkem lo sama gue!" Gemilang mendorong-dorong kening Gladis dengan gemas.

My 99kg Girl! Where stories live. Discover now