"Gue tunggu Lan keponakan unyu unyu dari kalian berdua," tambah Devan seraya makan camilannya.

"Kepo lo pada," balas Erlan.

"Gak ada salahnya kali Lan bagi bagi pengalaman? Jadi gimana rasanya?" tanya Mahen menaik turunkan kedua alisnya semakin kepo.

"Tanya aja bini gue, dia yang ngerasain," jawab Erlan asal.

"Anjir! mana bisa gitu? Kan lo juga ngerasain Lan? Pengalaman bersejarah setelah halal." sembur Mahen semakin penasaran.

"Gue tau gue tau!" Devan mengangkat tangannya ke atas."Pasti mantep kan? Kaya uh gimana gitu kan?"

"Bangsat! Emang lo pernah ngerasain" sontak Mahen melirik sinis Devan yang kelewat frontal, mulutnya lemas kayak mulut tetangga.

"Gak si, gue cuma nonton aja."

"Nonton apaan maksud lo?" tanya Erlan dingin.

"Biasalah."

Kemudian Erlan menyalakan pematik api dan mengarahkannya ke rokok yang berada di bibirnya. Erlan memang tercandu candu sama rokok, sehari bisa habis satu bungkus.

"Bagi Lan, pahit banget mulut gue." Erlan melempar satu batang rokok ke temannya yang tidak modal, bisanya cuma minta punya orang lain.

Faldo dan Daren mendekati mereka untuk ikut nimbrung.

"Lan," panggil Daren.

Alis Erlan terangkat pertanda 'apa?

"Gue ikut gabung tim basket lo boleh kan, bro?" tanya Daren.

"Bukannya lo atlet renang? Kenapa malah ikut basket?" tanya Erlan.

"Tau tuh! Gue aja heran sama nih anak, bisa bisanya hijrah ke tim basket," celetuk Faldo.

"Basket cuman jadi kegiatan sampingan gue aja, Lan. Lagian gue juga gak akan ninggalin atlet" ucap Daren.

"Berapa lama?"

"Selama 3 bulan, habis itu gue bakal keluar."

"Lo bisa apa ikut basket?"

Daren pun membuka handphone nya dan menunjukkan sesuatu pada Erlan. "Hm, besok lo udah bisa ikut latihan sama tim gue di sekolah" ujar Erlan setelahnya.

Daren tersenyum senang."Gue pasti bakal berusaha keras buat tim lo, Lan!"

"Iya. dan lo, harus ikut mematuhi aturan di dalamnya!"

"Siap!"

Devan mengacungkan jempol ke arah Daren. "Mantap! Cuma lo doang anjay yang langsung di terima sama kapten sekaligus!"

"Thanks, Van!" balas Daren.

"Yoi."

02.30 am.

Setelah selesai berkumpul bersama teman temannya membahas soal tanding nanti, kini Erlan kembali ke rumahnya yang terlihat gelap, sepertinya semua orang di rumah ini sudah tertidur lelap.

Erlan mendorong motornya sampai di garasi tanpa menyalakan mesin, karena takut jika mengganggu dan menimbulkan kebisingan walaupun tahu tidak akan kena marah. Tapi tetep saja takut kalau Anin yang ngamuk nyawanya bisa melayang yang ada disuruh tidur di luar.

Sampai di dalam rumah, Erlan memasuki lift supaya cepat ke kamar menemui istrinya yang pasti sudah tertidur. Perlahan, Erlan memutar knop pintu itu dan membukanya.

Terlihat Anin tengah tertidur pulas dengan posisi miring sambil memeluk guling kesayangan di selimuti selimut tebal yang menutupi tubuh mungilnya.

Sebelum mendekati Anin, Erlan memilih bersih bersih terlebih dahulu dan berganti pakaian. Pulang dari luar jelas banyak debu yang menempel.

Lalu Erlan kembali menggosok gosok rambutnya yang basah, kemudian ikut merebahkan tubuhnya di samping Anin.

"Guling nya keenakan banget di peluk sama lo!" geram Erlan menyingkirkan guling itu dari pelukan Anin, memindahkan tangan Anin ke tubuhnya. "Mending lo peluk gue aja kayak gini biar bisa tidur nyenyak sampe pagi."


Erlan mendusel dusel di ceruk leher Anin yang nyaman. "Wangi bayi."

Aroma tubuh Anin benar benar menjadi favorit untuknya akhir akhir ini.

"Good night my wife," bisik Erlan di telinga Anin.

Tiba tiba saja lampu kamar mati yang menandakan bahwa waktu tidur telah tiba. Di kesunyian malam ini lah Erlan baru bisa tidur setelah semua orang yang ada di rumahnya sudah tertidur lebih dulu.

"Rey, hari ini saya ada meeting dengan Anthony, kamu tolong urus aktivitas karyawan di sini selama saya pergi"

Reynand, pria berumur 24 tahun itu mengangguk paham. "Okay Sir."

"Bagus! Saya percayakan semuanya pada kamu" ucap Hendra.

"Siap!"

Hendra bersama asisten pribadi nya pun pergi meninggalkan ruangan.

Kali ini Rey dapat tersenyum puas melihat atasan nya pergi. "Akhirnya, sekarang gue bisa berduaan sama Alicia di ruangan ini "

Kemudian Rey mengambil handphonenya dari dalam saku dan menelpon seseorang.

"Hay baby, you can come here now!" ucap Rey tersenyum smirk.

"Wow! is your boss really gone?" tanya perempuan itu dari seberang sana.

"Yes baby! Come here fast, I can't wait!" bisik Rey.

"Okey! i will do everything for you, wait for me!"

ERLANGGA | ENDWhere stories live. Discover now