000

62 21 125
                                    

       000.Sebelum kejadian

  Memiliki keluarga lengkap adalah anugrah terindah dari tuhan yang patut disyukuri.
______________________________

_Happy Reading_

Brina Olivier Smith. Nama yang sangat indah bukan?
Smith nama Dad. Aku gadis keturunan Belanda-Indonesia, Mom melahirkanku dan juga Brian di Haarlem, Belanda. Memiliki wajah cantik itu anugrah terindah bagiku. Kulit putih mulus seperti mutiara, hidung mancung, memiliki bola mata bulat bewarna hitam, dan yang membuat senyumku bertambah manis dengan lesung pipi dikedua pipi mulusku. Sedari kecil aku sangat dekat dengan Dad, bukan berarti aku dan Mom tidak dekat hanya saja, sejak aku dan Brian berusia 8 tahun Mom menetap Dibelanda untuk mengurus perusahaan Dad yang berada di sana. Kenapa harus Mom? Karena Dad saat itu sering sakit-sakit jadi Dad memutuskan tinggal diindosia bersama kami. Mom pulang ke indonesia satu bulan sekali bahkan pernah waktu itu Mom pulang hanya setahun sekali saking sibuknya. Mom wanita yang sangat cantik wajar saja jika kecantikan itu menurun ke aku yang katanya mirip artis indonesia Mawar De Jongh.

Brian Elmi Smith. Dia kembaranku sekaligus kakak satu-satunya yang aku miliki. Kalo aku cantik jangan tanyakan lagi bagaimana ketampanan yang dimiliki Brian. Berkumis tipis, memiliki tubuh yang atletis, Brian memiliki bola mata lebih kecil dariku yang bewarna coklat sama seperti Mom. Brian sangat menyayangiku meski terkadang sikapnya bikin jengkel tetap saja harus kuakui aku juga menyayangi.

                  ****

"Dad. Apa Dad juga akan menetap di sana bersama Mom?" Aku bertanya manja. Ada rasa khwatir dihatiku, rasa yang tidak mengizinkan Dad pergi.

"No, baby girl, Dad will be there just one week," Dad membalas. Pria paruh baya yang masih terlihat tampan menciumi pipiku dan mencubit gemash hidung mancungku.

"Come on, dasar gadis manja," Brian meledekku ikut mencubit hidungku. Dad hanya terkekeh geli melihat kelakuan kedua anaknya.

Aku mendengus kesal. "Bilang aja Abang iri," aku membalas tidak terima. Aku menjulurkan lidahku untuk meledek Brian, sementara Brian hanya menggeleng kepala tidak habis pikir.

"Dad hanya satu minggu di sana, Dad janji," Dad terus membujukku yang sekarang sangat manja padanya mencumi pipiku kembali. Takut Brian cemburu Dad juga mencium jidat lebar Brian yang seperti football pitch.

Aku mendengus pasrah. "Alright Dad, tapi janji hanya satu minggu 'kan?" Aku mengangkat jari telunjukku. Kemudian Dad membalasnya dengan cepat. "Dad promise, baby girl"

"Kamu ini, Dad 'kan hanya pergi satu minggu bukan untuk menetap di sana," Brian kembali meledekku.

"Dad. Bang Brian tuh," aku mengadu manja.

"Baby boy benar Dear. Dad hanya seminggu di sana bukan untuk menetap, jadi baby girl jangan takut." Dad membela Brian. Sementara sang empu tersenyum penuh kemenangan.

"Alright Dad. Tapi setelah sampai di Belanda langsung kabarin, Brina."

"Siap dear."

"Baby boy harus jagain baby girl, ya. Jangan berantem selama Dad pergi," Dad bepesan pada Brian. Perasaaanku semakin tidak enak saja.

"Siap, Dad. Aku akan jaga beauty girl dengan baik," Brian membalas begitu antusias.

"Kalo gitu, Dad. Pergi dulu ya," Kata Dad. Sebelum pergi Dad kembali menciumi pipiku dan Brian secara bergantian. Sangat sulit rasanya melepaskan Dad untuk pergi tapi mau gimana lagi?

Aku memeluk tubuh Dad saat akan memasuki mobilnya. "Dad janji akan kabari, Brina. Setelah sampai nanti?" Aku kembali bertanya meyakinkan diriku sendiri.

My Only One (On Going)Where stories live. Discover now