Part 12 | Solidaritas

728 46 1
                                    

Assalamualaikum

Sebelum membaca ada baiknya tinggalkan jejak kalian dengan vote dan komen!!

Jangan jadi readers Silent nulis susah guys!!

Happy Reading!

****

Hari ini Zaid dan Hafidzah kembali sekolah seperti biasa setelah mengambil cuti 2 hari dengan alasan acara keluarga, tidak mungkin juga mereka beralasan cuti karena habis nikah.

Seperti sekarang ini Zaid sedang berada di kelasnya setelah bel masuk berbunyi. Namun suasana kelas tersebut belum terlalu banyak siswa-siswi berdatangan, padahal pelajaran akan segera dimulai.

"Eh, habis ini pelajarannya siapa sih?" celetuk Emir.

"Kamu nanya?" ucap Fajar.

"Bego!" gumam Adzriel menepuk keningnya. Ia mengambil buku yang tergeletak di meja dan melemparkan buku tersebut ke arah Fajar. Yap, tepat sasaran, buku tersebut mendarat di wajah tampan Fajar.

"Aduh, muka gue yang ganteng gini malah lo timpuk sama buku? Untung aja muka gue masih utuh, dan tetep ganteng." Fajar mengelus-elus wajahnya.

"Lo sih cari masalah," ejek Emir.

"Kapan? Dimana?" bingung Fajar.

Emir menghela nafas panjang, matanya menyorot tajam kepada Fajar sang pelaku yang hanya menyengir lebar tanpa ada dosa.

Fijar mencegah Emir yang ingin menghajar teman nggak ada akhlaknya tersebut. "Udah-udah weh, jangan berantem. Ingat gue ketertiban kelas!" ujar Fijar.

Lima menit kemudian, guru yang terkenal paling killer memasuki kelas, hingga membuat semua murid langsung terdiam dan duduk tegap di bangku masing-masing.

"Silahkan keluarkan bukunya, dan kumpulin tugas Minggu lalu. SEKARANG!" bentak guru itu yang di ketahui bernama Siva.

Semua murid menelan salivanya dan segera mengeluarkan buku mereka masing-masing. Zaid membuka tasnya dan mencari buku yang bermapel matematika, wajahnya tampak sekali kebingungan dengan tangannya yang tidak berhenti mencari sesuatu di tasnya.

Aidan yang sedang menaruh bukunya di atas meja pun kini menoleh menatap Zaid yang kebingungan. "Kenapa Id?" tanyanya.

Zaid menoleh, ia menghela nafas gusar. "Buku gue ketinggalan," ucapnya.

"What? Kok bisa?" heboh Fajar.

"Ya, bisa lah bego, namanya juga lupa!" semprot Emir.

"Terus gimana?" tanya Fijar kepada Zaid.

"Harus siap di hukum," ucap Zaid tersenyum kecil.

Terlihat semua teman-teman Zaid menghela nafas. Aidan menatap Zaid yang wajahnya nampak pias. Aidan menatap bukunya sebentar, dan kemudian ia mengambilnya dan memasukkannya kedalam tas.

"Lo di hukum gue juga harus ikut di hukum," ujar Aidan.

"Bener, gue juga harus ikut," ucap Adzriel seraya memasukkan bukunya kedalam tas.

"Gue juga," ucap Fajar, Fijar, Emir serentak.

"Guys, kalian udah ngerjain susah-susah. Cuma karena gue kalian harus ikut di hukum, padahal kalian ngerjain." Zaid menatap satu persatu sahabatnya.

"Kita kan solid, apapun harus dilakukan bersama-sama," celetuk Fajar yang mendapat anggukan setuju dari mereka semua.

Zaid tersenyum kecil. "Thanks," ucapnya yang dibalas anggukan dari mereka.

Z A I D (ON GOING)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt