Part 13 : Bunga Ilalang

Start from the beginning
                                    

"Kenapa tadi ngagetin gue di kelas?" tanya Aesa, "bikin malu aja" gadis itu menyeruput teh manisnya setelah ditiup singkat.

"Gak sengaja" jawab Chandra.

Si cantik berdecak jengkel pada jawaban Chandra yang membuatnya tidak puas, "Lo kemana aja? Hampir tiga harian ini gue gak liat lo".

"Saya gak kemana-mana, di sini aja" lagi-lagi Chandra menjawab seadanya.

"Kalau gak kemana-mana, kenapa gak muncul aja temenin gue kemarin pas sakit di rumah sendiri?" tanya Aesa lagi.

"Bukannya kalau saya muncul malah bikin kamu tambah sakit ya?".

Aesa menunjuk dirinya sendiri dari atas sampai bawah beberapa kali, "Liat! Gue gak kenapa-kenapa tuh".

"Gak usah nyalahin diri sendiri kenapa sih?" kesal Aesa, "Gue juga udah bilang itu bukan karena lo kan, Chandra" tekan gadis itu.

"Ngerti?". Chandra mengangguk kecil sebagai jawaban.

"Jadi, kemana aja lo?".

"Saya cuma ke danau" jawab Chandra, "Waktu pulang ke rumah liat kamu sudah sama Budhe, saya balik lagi ke danau".

Aesa kembali menyeruput teh hangat buatannya yang sangat nikmat itu, dia kembali melihat Chandra.

"Kayaknya yang bikin gue lemah itu kalau kita sentuhan" celetuk Aesa terpikirkan tiba-tiba.

Chandra mengulurkan tangannya, "Coba sentuh" ucapnya.

Aesa berdecak lalu mengangkat tangannya dan hendak menjatuhkannya di atas telapak tangan Chandra, hal tak terduga pun terjadi saat tangan Aesa menembus telapak tangan Chandra bagai menghempas asap.

Gadis itu melebarkan matanya, "Kok bisa?" gumamnya menatap telapak tangannya sendiri.

Biasa Aesa masih bisa merasakan dinginnya jari-jemari Chandra yang kadang menggenggam salah satu jarinya atau saat Chandra tertidur di atas lengannya.

Chandra tersenyum sombong, "Bisa dong, Chandra" sosok itu menepuk dadanya membanggakan diri.

"Ya udah, gini aja terus kalau sama gue" ujar Aesa.

"Boleh" Chandra menyanggupi, "Apapun asal kamu gak sakit lagi".

Aesa tertawa renyah diikuti oleh Chandra, keduanya terlihat bahagia dengan obrolan sederhana yang mereka ciptakan sendiri.

Rasa takut itu masih ada, namun terselip diantara perasaan positif lainnya. Aesa sudah mulai terbiasa dengan kehadiran Chandra, bahkan saat di sekolah dia merasa ada orang rumah yang menunggunya pulang.

Chandra selalu duduk di teras menunggu Aesa pulang walaupun dia bisa pergi ke sekolahan jika ingin melihat Aesa. Tapi si cantik berpesan agar tidak mengganggunya saat sedang belajar, maka dari itu Chandra turuti saja mau Aesa meski kadang dia tetap ngeyel dan diam-diam mengikuti gadis itu ke sekolah.

Aesa merogoh tasnya mengambil dompet untuk dia lihat isi di dalamnya, ia memutuskan besok akan ikut Indah bersama Ibunya pergi ke pasar untuk berbelanja.

"Cukuplah buat seminggu, nanti bikin bekal aja" gumam gadis itu.

Sedang asik mengintip dompet, dobrakan pintu mengejutkannya beserta beberapa teman lain yang ada di dalam kelas.

Mata Aesa melebar melihat seorang gadis menghampiri Indah. Ia ingin bangkit hendak menolong namun tak ada satupun dari teman sekelas yang berani melihat apa yang terjadi di sekitar mereka.

"Indah ya?".

Indah mengangguk dengan polosnya, ia lalu menepuk kursi di sebelahnya mempersilahkan gadis itu untuk duduk.

My Lovely Ghost | SELESAIWhere stories live. Discover now